^Reader POV^
"Arigatou Shinsou"
"Hm, ya"
Berkat ketemu Shinsou tadi di jalan aku jadi tidak kesusahan bawa brang belanjaan.
Mana siang lagi panas, bawaan banyak belum ditambah anak-anak.
Hah, lelahnya.
"Mau kubuatkan minum?"
"Tidak usah, kalau bisa aku mau jus sehat"
"Ha-ha, iya kubuat"
Bilangnya tidak usah tapi malah minta.
Barang belanjaan diletakkan di meja makan.
Anak-anak yang tertidur aku baringkan di ranjang bayi di kamar.
Baru aku membuat pesanan sahabat kampretku ini.
Bisa-bisa bilang tidak usah tapi minta.
Yah, tidak apa juga.
"Mana si bom pemarah itu?"
"Dinas luar kota"
"Tanpa mengajakmu?"
"Tidak sampai tahunan kok"
"Bukan itu yang kumaksud, sudahlah"
"Fufu, nih"
Hah, lelahnya hari ini.
Dan sudah lama juga tidak bicara begini.
"Kabarmu baik ya Shinsou"
"Seperti yang kau lihat, lelah juga jadi hero"
"Pfft! Padahal kau dulu ngotot mau jadi hero"
"Urusai"
Pfft! Jadi ingat masa-masa sekolah.
"Aku ikut terseret"
"Salahin terus"
"Siapa juga yang salahin kau Shinsou"
"Hm, terserah"
"Ih, ngambek kayak cewek"
"Dia baik padamh kan?"
"Siapa? Katsuki?"
"Sipalagi bego"
"Yah...terlalu baik"
"Mustahil"
Dia yang tanya dia juga yang terkejut.
Tatapan tidak percayanya itu menusuk sekali.
Berbincang berdua begini seperti masa lalu.
Saat-saat masih sekolah yang menyenangkan.
"Kau sendiri sudah punya?"
"Sombong ya sombong mama muda anak 2"
"Hahaha, kau tidak ikutan jadi nolep kan?"
"Urusai"
💥💥💥
^Author POV^
B
erbincangan larut.
Membicarakan banyak hal yang terjadi.
Baik masa lalu.
"Aku ingat ekspresimu waktu kelas gabungan"
"Yang mana?"
"Kau lawan aku, ekspresimu kicak [y/n]"
"Yang mana?"
Masa kini.
"Aku resign dari pekerjaanku"
"Hah? Terus? Kau buka sendiri?"
"Ya, maunya begitu"
Masa depan nantinya.
"Coba tebak kalau anakmu besar sedikit saja dan sering tengkar dengan ayahnya"
"Ah, bisa kubayangkan rumah ini seperti apa nantinya"
Pembicaraan yang entah kenapa merambah ke berbagai arah.
Kalian berdua sudah jarang bisa mengobrol begini.
Apalagi ketemu.
Kalau ketemu saja langsung auto civil war dengan suamimu :v
"Hei, kabar Aizawa-sensei bagaimana?"
"Sensei ya..."
"Apa masih..."
"Meski di depanku dan Eri keihatan tidak apa..."
"Sokka...kawaiso"
"Di sela aku bekerja di lapangan aku masih mencarinya"
"Pasti berat bagi sensei"
"Yah, semua terjadi sangat mendadak"
"Wah, sudah jam segini", manikmu melirik ke arah jam dinding. "Aku buatkan sesuatu ya"
Langkahmu menuju dapur untuk membuat sesuatu untuk tamumu.
Kau lupa memberinya camilan.
"Ada cake! Kau mau Shinsou?"
"Hm, ya"
Tujuanmu hanyalah mengalihkan pembicaraan yang akan membuatmu menitihkan air mata.
Keadaan dari guru yang membina kalian berdua semasa sekolah menyanyatkan hati.
Eit, spoiler :v
Ehem!
Dua piring kecil dengan cake stroberi di atasnya tersaji di meja ruang tamu.
"Cake dan teh memang nikmat~"
"Selalu ya"
"Ehehe, habis manis terbitlah pahit"
"Dasar, kau masih suka teh tawar [y/n]?"
"Yap! Teh tawar itu enak, rasa teh aslinya berasa!"
"Mulai deh maniak teh"
"Kau sendiri maniak kucing"
"Urusai"
"Cih, urusai wa Shinsou da"
Kalian pun menertawakan diri sendiri.
Masih tidak berubah sejak masa sekolah.
Hm, apa benar begitu? :v
Apa benar tidak ada yang berubah?
Hehe :v
"[Y/n], makanmu masih berantakan ya"
"Eh? Iya kah? Sebelah mana?"
"Sini"
Chu~
Yuk bisa yuk :v
Shinsou mengecup sudut bibirmu yang membuatmu auto terkejut.
"Shin--"
"Damatte"
Ini adalah dosa yang kalian buat.
Hal yang tidak seharusnya kau lakukan dan seharusnya menolak.
Namun, seolah iblis menguasai dirimu.
Kaupun larut dalam ciuman manis sesaat dengan sahabatmu sendiri.
"Shinsou dame"
"Suki da"
"Shinsou sore wa--"
"Damatte"
Ini tidak boleh.
💥💥💥
Marilah seluruh reader-san tachi :v
Gerakan ntr bersama :v