43. Hurt

1K 164 67
                                    

^Author POV^

Hitam.

Suasana berkabung.

Tamu yang melayat sangat banyak.

"Kouki, berhenti menangis"

"Gomen hiks"

Isakan tangis terdengar di ruangan yang terdapat peti putih berisi seorang perempuan cantik yang tertidur dengan bunga di sekelilinginya.

Perempuan yang dicintai banyak orang.

Perempuan yang dapat mengubah seorang Bakugou Katsuki.

Perempuan yang singgah di hatinya.

Meski terasa sebentar.

Ketika semua pelayat pergi, giliran keluwrga yang berkumpul makan dalam satu meja.

"Katsuki wa?"

"Masih di sana..."

"...biarkan saja kalau begitu"

Manik merahnya menatap istrinya yang tertidur untuk selamanya.

Dielusnya pipi pucat nan dingin.

Surainya yang masih terlihat terawat dan halus.

Tangan yang tidak membalas genggaman hangatnya.

"Ne [y/n]...", gumamnya. "Kenapa kau memendamnya sendiri? Bicarakan saja padaku...ini semua tak akan terjadi. Apa aku suami yang buruk? Apa aku ayah yang buruk?"

Air mata yang ia tahan sejak tadi mulai membanjiri pipinya.

"Kuso..."

Genggamannya mengerat.

"Kenapa harus kau yang pergi...aku tidak tahu harus apa tanpamu [y/n]...apa aku bisa membesarkan anak-anak sendiri...oi, [y/n] jawab aku...beri aku semangat seperti yang selalu kau lakukan"

Tangan dingin dibawa ke pipinya.

Dikecupnya sayang telapak dingin tersebut.

Isaknya tertahan di telapaknya.

Hatinya terasa terkoyak.

Ia belum siap ditinggal pergi oleh istrinya.

Ia letakan lagi tangan dingin tersebut.

Mengusap punggung tangannya dengan ibu jarinya.

Sebuket bunga kesukaan istrinya di letakan tepat di lipatan tangannya.

Ciuman terakhir diberikannya.

Tubuhnya gemetar.

"Aishiteru nda...zutto...zutto"

Bagian dari dirinya hilang.

Separuh jiwanya pergi.

Frustasi dab putus asa.

Ia tidak menunjukan dirinya yang lemah di depan umum.

Sampai jasad beserta petinya menjadi abu.

Sampai nisan bertuliskan nama sang istri ada di sana.

Di cuaca yang cerah dengan langit biru, dirinya berkabung.

Menatap kosong nama di batu nisan tersebut.

"Kita hanya bertiga sekarang..."

"Kaachan hiks..."

"Kenapa kau tega meninggalkan kami [y/n]? Apa kau tidak kasihan anak kita masih kecil...dan aku..."

"Touchan sudah"

"Ayah hanya...merasa bingung Kouki, ibumu segalanya bagi ayah"

Mata yang sembab dan bengkak.

Younger Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang