^Reader POV^
Lihat dia, haha.
Katsuki terus tersenyum melihat bayi mungil yang digendongnya.
Anak kami.
Sama seperti saat menggendong Kouki, tapi dulu dia lebih hati-hati.
Aku masih di rumah sakit.
Tunggu jahitannya kering, katanya.
"Katsuki, kau mau menyusuinya?"
"Hah? Ah, maaf aku...haha"
Ketawa sendiri, apa dia mulai gila?
Aku menggendong bayiku yang sangat mirip dengan Katsuki.
Aku harap kelakuannya tidak seperri Katsuki tentu yang kumaksud sifat Katsuki yang jelek.
Seperti memecahkan properti karena tidak sabaran.
"ASImu lancar kan?"
"Iya, kan sudah terbiasa berkat Kouki"
"Kau butuh sesuatu? Makanan atau--"
"Katsuki"
Aku menatapnya dan tersenyum padanya.
Dia khawatir sekali.
"Aku tahu kau sangat senang Katsuki, tapi untuk sekarang aku tidak butuh apapun. Cukup ada kau di sini itu saja dan...Kouki mana?"
"Sementara aku titipkan di rumah ibu"
Iyaya, bayi rentan jadi tidak bisa sembarangan dibawa ke rumah sakit.
Tapi aku yakin Kouki memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat dari anak seumurannya.
"Padahal tidak apa dibawa kemari, dia pasti mau lihat adiknya"
"Hah! Dia nanti iri tidak bisa kau peluk lama lagi, haha"
Realy? Katsuki kau masih cemburu dan bersaing dengan anakmu sendiri?
"[Y/n], anak ini belum punya nama"
"Benar juga, kau saja yang kasih"
"Bomber"
"Kau pikir dia peledak?"
"Bakutoki"
"Dipikir bom waktu?"
"Hah, kau saja"
Kenapa saat menamai begini selalu saja berdebat?
Aku menatap keluar jendela.
Sekarang musim panas.
Aku menatap Katsuki setelahnya.
Mata kami bertemu.
Aku menatap anakku yang masih asyik minum.
Jari kelingkingku digenggam tangan mungilnya.
"Natsuki...", bisikku.
"Natsuki ka...ii namae"
"Deshou?"
"Karena lahir di musim panas"
"Dan dia mirip denganmu, tapi sebenarnya aku punya nama lain"
"Apa?"
Aku beralih menatap Katsuki. "Katsuki no. 2"
"Tidak ada nama lain apa?"
"Katsuki junior disingkat Kaji"
"Nggak nyambung, mending Natsuki"
"Rengoku"
"Sudah Natsuki saja!"
"Pfft, hehe"
Aku hanya ingin menghiburnya yang tampak kurang tenang.
Selama di rumah sakit kan Katsuki dan Kouki di rumah sendirian.
Apa baik-baik saja?
"Anu Katsuki", aku khawatir. "Kau dan Kouki aman kan?"
"Tenang saja! Aku bisa diandalkan!"
"Masa?"
"Yap!"
"Tapi kata tetangga kita ada suara gaduh"
"Ehm, itu..."
"Katsuki"
"Hah, iya, iya...Kouki lebih mengurusku ketimbang aku mengurusnya"
"Eh, maji?"
Dia mengangguk.
Wah, Kouki benar-benar perkembangannya cepat sekali.
"Suara gaduh itu karena aku melarangnya memasak"
"Sokka...", aku bisa bayangkan. "Aku bukannya menahan kemampuannya atau membatasi, sekalipun dia sangat pintar...dia tetap anak kecil"
"Aa, sou da"
Meski dia sangat pintar karena quirknya, anak-anak tetaplah anak-anak.
Quirknya cepat sekali muncul ya.
"Memang sih, dia pernah tidur sambil menangis terus sebut-sebut kau"
"Eh, aku? Bukan ibu kandungnya?"
"Yah, yang manapun dia merindukan ibunya, mungkin karena dia tidak ada yang empuk-empuk pfft!"
Empuk-empuk apa maksudnya?
"Oeek"
"Ssh, ssh, daijoubu yo Natsuki"
Fuh, hampir saja menangis.
"Katsuki, maksudmua yang empuk-empuk?"
"Yah..."
Kenapa menatapku?
Eh, lihat ke mana matamu?
Natsuki maksudnya?
Aku rasa bukan.
Aku ke arah mana yang dia lihat.
"Katsuki ecchi!"
"Hahaha, kan ke istri sendiri tidak apa"
"Hah, pokoknya Kouki mesum sejak dini itu salahmu"
"Namanya juga anak laki"
"Natsuki jangan seperti ayahmu dan kakakmu ya"
"Woi"
Aku harap selama aku masih di sini sampai keuar rumah sakit Kouki tidak belajar aneh-aneh dari Katsuki.
Kouki cepat sekali belajar soalnya.
Ah, bicaranya sudah lancar belum?
Kalau kelewat lancar bisa curiga orang.
"Katsuki, aku ada nama cadangan lain sebenarnya"
"Apa?"
"Rengoku"
"Terlalu kuno, Natsuki saja"