^Reader POV^
"Luar kota?"
"Aa, tada isshukan"
"Oh, itu alasan kenapa kau memasak hari ini?"
"Bukan!"
Tugas di luar kota ya...
Aku tidak kaget, toh itu hal biasa ya kan?
"Kapan berangkat?"
Mana mungkin nanti kan?
Apa besok?
Lusa?
Dia diam saja huh.
Malam begini larut aku baru pulang dari kerja.
Kerja lembur bagai kuda di hari pertama hiks :')
Pakai masih tahap percobaan lagi.
Aku kan juga nggak tega tingalin anak-anak.
Katsuki kok tega sih?
"Umai~"
"Habiskan kalau begitu"
Masakan Katsuki memang paling enak~
Kalau dia dinas luar kota...
Berarti rumah agak tenang.
Setiap hari Katsuki dan Kouki selalu berdebat.
Bikin sakit kepala.
Dan aku heran dengan Natsuki yang tampak menikmatinya sepertiku.
Gemesin.
"Anak-anak sudah tidur?"
"Iya, aku sedikit khawatir karena menitipkan mereka di penitipan. Kita tidak bisa andalkan orang tua terus juga"
Apalagi Natsuki, dia masih bayi dan harusnya sering berinteraksi dengan orang tuanya.
Apa aku harus resign?
Padahal baru juga kerja.
Atau buka sendiri di rumah?
Itu hal bagus.
"Hal itu yang--"
"Aku akan resign"
"Aku belum hilang lho [y/n]"
"Hehe, aku memang labil maaf ya"
Aku memikirkan hal itu selama kerja tadi.
Akibatnya kerjaan keliru semua dan harus lembur, hah~
"Kenapa Katsuki? Kau terlihat ehm...enggan"
"Hanya...khawatir saja"
"Apa yang kau khawatirkan?"
"Banyak hal..."
Katsuki melow begini bukan Katsuki biasanya.
Dibalik sifatnya yang bikin sakit kepala itu, ada sifat yang bisa membuatku berdebar.