^Author POV^
"Uhuk, hoek...ah, lemas rasanya"
Pagi harimu dimulai muntah di toilet.
Sejak jam 5 pagi rasa mual terus berlanjut sampai jam 6 pagi.
Bayangkan lemasnya bagaimana.
"Uhh, mungkin aku kecapekan", keluhmu.
"Libur saja kalau begitu"
"Tidak, tidak, ini hari terakhir untuk stan proyek. Aku mau selesaikan dulu"
"Ya sudah terserah kau, kalau ada apa-apa langsung telpon saja", kata suamimu memberimu teh tawar hangat.
Kepalami bersandar pada sofa.
Bakugou yang melihatmu terlihat lelah karena selain sibuk kuliah kau juga yang menjaga Kouki.
Bangun tengah malam karena Kouki menangis.
Anak lelaki itu kini berusia 3 bulan.
"Benar kau tidak apa? Pucat begitu", tanyanya menyakinkan.
"Uhn...tadi masih mual tapi sekarang sudah tidak"
"Aku buatkan kau bubur saja dulu"
"Katsuki"
"Hm?"
"Gantian menyusui dong"
"Hah? Baka ka omae?"
"Sono oppai", kau menunjuk suamimu. "Buat apa menonjol kalau tidak digunakan? Terus lelaki kan--"
"Hah!? Kau ini bicara apa?!"
"Oppai lelaki buat apa sih? Buat roti sobek?", katamu sambil meremas lembut dadamu.
Bakugou hanya merona melihat tingkahmu yang absurd.
"Bahkan All Migth dan Endeavor dadanya gede...hah, aku kalah dengan pria"
"UZAI!"
Matamu memutar malas melihat reaksi suamimu.
"Lagipula...", seringai Bakugou pun tercipta. "Dada pria tidak visa keluar susu karena...'susu'nya keluar di temoat lain"
"Ohok!", perkataan Bakugou membuatmu tersedak saat minum.
"Pagi hari itu baiknya minum susu iya kan? Kau mau 'susu' dariku?"
"A-aku mau ke kamar!"
Bakugou tertawa penuh kemenangan.
"Bakatsuki..."
Sedang muka istrinya sudah semerah gurita rebus.
💥💥💥
^Reader POV^
Aku kecapekan ya?
Mungkin saja.
Sejak ada Kouki, aku jdi sering lembur dan harus membagi waktu antara kuliah, pekerjaan rumah, dan Kouki.
Ah, dan Katsuki.
Apalagi sejak ada Kouki dia sering minta "jatah" tiap harinya.
A-alasannya biar ASIku lancar.
Tapi bukan begitu caranya!
Jika aku kuliah atau Katsuki masuk pagi, aku menitipkan Kouki di penitipan anak.
Tapi terkadang di rumah orang tua kami, itu mereka yang minta sih.