Satu hal yang ditakuti Chadwyks.
Pemimpin Amúsias.
Satu ketakutan yang menyeret semua ketakutan termasuk kelemahan mereka.
Mata mereka terbuka namun yang mereka lihat bukanlah ladang jagung, bukan lapangan besar tempat tadi, bukan juga senjata besar lingkaran yang baru mereka buat. Melainkan ruang hitam, hampa dingin dan penuh ketakutan. Mereka berpijak pada pijakan berair namun seperti sebuah jurang hitam yang jika dilihat tidak akan ada habisnya.
Chungha mengerutkan kening, ia melihat Chadwyks berjongkok dengan kepala menunduk sedalam-dalamnya kemudian mengucap sesuatu tidak jelas. Ada sebuah suara berat dan besar memekakkan telinga dan hanya memenuhi ruang hitam itu, suara nya seperti tanpa batas.
Biarpun Chungha tidak tau apa yang sedang terjadi namun ia merasakan bahwa yang ia hadapi ini bukan lagi hal yang berada di dunia semata. Wanita itu memang mendengar suara namun suara itu sangat tidak jelas menyampai di telinga nya.
Sangat lama sampai rasanya ketakutan itu datang lagi, bersamaan dengan Chadwyks yang menangis deras di depan sana. Suara mereka bergetar seperti meminta ampun dan belas kasih, seperti sesuatu mengancam mereka agar mati dan lenyap dari dunia ini.
Belum lama itu terjadi, sebuah kepul asap putih datang dari berbagai arah menuju mereka, seperti ingin melenyapkan.
Snap !
Lapangan besar kembali terlihat. Namun perasaan Chungha jauh lebih berat, sesuatu menyuruhnya pulang dan tidak lagi kembali ke sana. Dadanya berdegup kencang, nalurinya berkata agar ia segera menuju mobil di depan ladang jagung sana kemudian bersembunyi dari sesuatu.
Hal terakhir yang Chungha liat adalah lapangan besar dengan pohon rindang yang daunnya berjatuhan, awan menggelap, Chadwyks tidak lagi menampakan wujudnya. Mungkin masih berada di ruang hitam mengerikan tadi. Para penjaga di lapangan pergi entah kemana, dan Jennie yang sama sekali tidak terlihat, sepertinya adik tiri ia itu kabur.
Tubuhnya bergerak gelisah dalam rengkuhan pria berbaju zirah ini. Jennie menelan ludah saat matanya jatuh pada bawah kaki di sana ia sudah jauh sekali dari rumahnya, sudah jauh sekali dari Benua Asia. Tidak, ia bahkan sudah meninggalkan Bumi.
Kecepatan luar biasa ini sedikit membuatnya pusing, bahkan Jennie yang seumur-umur tidak pernah keluar angkasa tiba-tiba bisa bernafas di tempat yang tidak seharusnya memiliki gravitasi. Jennie tau, ia tau ini bukanlah tempatnya yang ajaib namun pria yang sedang membawanya ini yang memiliki kekuatan hebat itu.
Gadis ini juga yakin bahwa yang mengalahkan Chadwyks adalah pria tersebut. Jennie mendongak, melihat rahang pria itu yang kokoh dengan bahu tegap nya. Gila, bahkan tadi saat di lapangan Jennie belum sama sekali melihat wajah si penculik.
Gila, tampan sekali sampai Jennie ingin pingsan rasanya. Tangan ia refleks meraba rahang itu membuat sang empu menunduk untuk melihat gadis di gendongannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, She's Not a Believer
Romance[1] . Chadwyk, petarung yang fisiknya diatas rata-rata. Seakan mengetahui takdir mereka dilahirkan ke dunia. Chadwyks adalah garda terdepan untuk melindungi hamba-hamba Dewa dari dzalim nya sesama manusia. Bertahun-tahun manusia berlindung pada mere...