Jennie tersenyum begitu Qees 3 yang paling
bungsu itu tersenyum dan melangkah keluar kamar setelah mengantarkan majikan manusia nya beberapa kertas. Entah apa yang ia lakukan namun Jennie sedang menulis, iya benar Jennie sedang menulis cerita.Gadis itu agak cringe melihat ternyata Konstelasi Semesta memiliki masing-masing perpustakaan yang isinya lumayan kurang mengenakan. Banyak karya-karya hasil penulis Dewi Vanir yang adegan romantisnya dewasa. Hampir setiap chapter ia baca selalu ada adegan seperti itu. Awalnya agak antusias karena ia sendiri sewaktu di Bumi harus sembunyi-sembunyi bila ingin membaca adegan mature.
Kali ini, justru ia bebas. Empat hari berlalu ia hampir tujuh puluh lima persen seharian di kamar nya menghabisi setiap novel. Entahlah, nona tawanan sedang tidak ingin menemui Sang Raja terlebih dahulu. Setidaknya ia butuh penyegaran, lelah membujuk, percuma saja kalau beliau pada akhirnya tidak akan pernah jatuh cinta padanya. Atau lebih mirisnya Gezos menikahi Dewi, mengingat peraturan itu.
Kalaupun, memang aturan mutlak itu dirubah memang sudah pasti Yang Mulia Jaehyun tersebut ada rasa dengan nya? Ngimpi saja.
"Eh-eh, kalau Robin baca ini jijik gak, ya?" monolog ia. Tragisnya adalah Jennie menulis cerita BL, dasar bodoh.
Awalnya ia cukup bingung menulis genre apa, karena hampir seluruh alur sudah di tulis di novel-novel konstelasi. Bad boy sudah lewat, Pernikahan Kontrak pun lewat, cerita yang modelnya seperti film serial Fifty Shades, Harry Potter dan Avengers pun lewat. Hampir semua sudah ada, maka dari itu Jennie jahil menulis genre ini.
Ia akan menantikan ekspresi Kogand begitu melihat adegan ini. Bisa dipastikan Robin Hood KW tersebut menangis guling-guling sembari muntah darah.
Sejujurnya, ia pun seringkali menulis cerita pendek kalau tugas kuliah atau tugas les nya menumpuk. Nah, kalau begini tiba-tiba Nona tawanan jadi teringat tentang nilai akademiknya.
Jennie berdehem kemudian menjentikkan jarinya, menyetel musik dengan sihirnya. Tidak ada radio, tidak ada teknologi. Ia memakai sedikit sihirnya, menyetel lagu western yang menggema di kamar. Pas sekali, ia menyetel soundtrack Fifty Shades of Freed, sejujurnya Jennie pun harus sembunyi-sembunyi menyetel lagu ini dari Chungha karena bisa jadi kakak tirinya mengadu kepada Ayah mereka bahwa ia menonton film yang kurang pantas.
Jennie berdecih, masa bodoh. Toh sekarang tidak akan ada yang menyadari.
Oh, tidak. Jennie yang tidak menyadari Sang Raja sudah memasuki kamar nya sejak ia bersenandung semangat menulis adegan BL tersebut. Di kertas satunya ia menulis romantis biasa tidak ada unsur-unsur sesama jenis.
Gezos merengut, astaga lagu ini benar-benar kencang sampai tawanannya tidak menyadari ia. Beliau berkeliling sebentar di kamar gadis manusia itu. Ia menghela nafas kemudian duduk di pinggir ranjang melihat Nona tawanan yang tersenyum-senyum sembari menulis.
"Sini, kertasnya" ujar Gezos tiba-tiba.
Jennie berteriak "ROBIN!" ia mengerjap "EH- Yang Mulia maksudnya"
Gezos merengut lebih dalam, apa-apaan latah itu? Kalau memang sedang memikirkan orang lain ya pergi saja dong ke orang nya jangan seperti gadis yang kasmaran.
"Yang Mulia ngapain ke sini? Pertama kali loh masuk kamar aku, mau dibantuin merangsang?"
Raja melotot kemudian menggeleng dan bergerak mengambil kertas yang ada di tangan Jennie.
Gadis itu menarik kertasnya ke belakang, menyembunyikan nya. Sungguh kalau sampai Sang Raja melihat mau dikemanakan harga diri dan rasa malu ia?
Gezos menghela nafas "Kamu gak boleh nulis yang sesama jenis begitu, dosa. Katanya mau jadi orang beriman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, She's Not a Believer
Romance[1] . Chadwyk, petarung yang fisiknya diatas rata-rata. Seakan mengetahui takdir mereka dilahirkan ke dunia. Chadwyks adalah garda terdepan untuk melindungi hamba-hamba Dewa dari dzalim nya sesama manusia. Bertahun-tahun manusia berlindung pada mere...