Level 31

850 188 23
                                    

Waktu tujuh hari Jennie manfaatkan sebaik dan selancar mungkin. Ia sedang berada di Vanaheim dengan Kogand saat ini, pria itu mengitarinya dengan wajah menerka-nerka. Kemudian duduk di sebuah kursi hadapan Jennie.

Sudah lumayan lama semenjak mereka bertemu tujuh menit kala itu. Dan pada hari ini Robin Hood KW tidak akan menyia-nyiakan waktunya, kasihan melihat Jennie yang diantar Gauron langsung dari Istana Raja.

"Kamu benar-benar gak apa-apa?"

Nona Tawanan mendengus "Kalau ku sekarat yang ada aku tiduran di kasur, Bapak Penyihir"

Kogand melotot "Sudah! Sana pulang!, Dikhawatirkan kok malah ngajak ribut"

"Ya sudah sih, maaf. Aku juga udah sembuh dari kapan tau. Yang Mulia aja lebay"

Kogand melotot kemudian menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Ia panik sendiri "Masuk neraka kamu ngatain beliau begitu!"

Jennie menggeleng-gelengkan kepalanya, ternyata Kogand jauh lebih aneh dibanding pengguna-pengguna baru Facebook atau Omegle. Namun orang-orang lain pun akan berkata demikian, jadi sejujurnya Jennie lah yang salah.

"Aku bilang Yang Mulia Gezos itu impoten, di depan beliau langsung pun tidak ada apa-apa tuh"

Sialnya Kogand dan Nona Tawanan mengobrol pada tempat terbuka. Mirip kafetaria di Bumi namun bedanya ada di luar, pemandangan air terjun asri dan gedung-gedung akademi di tebing menjulang terlihat. Siswa dan para anggota guru sedang beristirahat di Kafetaria pun menoleh ke arah Jennie, mereka melotot terkejut.

Senior Kogand menghampiri, wajahnya penuh ancaman.

"Apa kamu manusia?" tanya nya.

Jennie mengangguk patah-patah.

"Sebelum kamu dihukum Amúsia lebih baik kami hukum kamu tepat di sini, atau tidak bersujud minta maaf pada Gezos langsung. Tapi bahkan kamu gak pantas menampakan wajahnya di hadapan beliau" beberapa siswa dan senior mengangguk-angguk setuju menatap Jennie tak habis pikir.

Mayoritas siswa perempuan menatapnya sinis, persis dengan tatapan geng nya Eunha di Bumi.

Kogand pada tempatnya menggeleng "Ah! Dia teman ku, kami memang sedang bertengkar aku akan menghukum nya sendiri. Akan ku potong lidahnya nanti!" ujar nya kemudian melotot ke arah Nona Tawanan penuh teror namun tatapan paling dalam nya seakan berbicara 'ayo pura-pura!'.

"Jangan mengubah topik!" bentak Kogand, akting yang sangat natural, ucapannya berkata bahwa teman ia itu justru harus segera mengubah pembicaraan.

Jennie menelan ludah susah payah, dilihat oleh senior dan siswa sebanyak ini di siang menyegarkan dengan camilan kafetaria adalah pengalaman baru yang membuat jantung berdegup cepat, mau tak mau ia harus berpura-pura.

"Ya,ya,ya, aku gak peduli! Pokoknya aku sudah bayar hutang!"

Kogand menggeram "Paman ku menagih, wanita sialan!

Senior tadi tampak menyipit, matanya masih menatap Jennie penuh teror kemudian ia berisyarat agar Kogand cepat-cepat menghukum temannya ini. Siswa-siswi lain sudah kembali pada aktifitas masing-masing. Mengobrol, saling mempelajari sihir baru, mencomot camilan dan lainnya.

Tetapi, Robin Hood KW juga Nona Tawanan tidak bisa semudah itu kembali pada kegiatan mereka. Keduanya harus pura-pura berbicara galak, mata melotot seperti beradu argumen. Topik mereka jauh dari hal utang-utangan.

"Aku ke sini mau pamit! Tiga hari ke depan aku kembali ke Bumi..." ujar Jennie pelan, matanya tetap garang.

Kogand melotot sungguhan "Ah! Bohong.." intonasi nya juga sama-sama galak.

Hey, She's Not a Believer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang