Level 28

1K 200 140
                                    

Qees 1 menangis deras saat melihat Nona yang ia layani itu digendong Raja dengan keadaan menyayat hati, pakaiannya kotor dan mulut bersimbah darah sangat membuat Istana Khortas gempar dan panik. Tidak hanya itu, kabarnya pun sampai pada Kogand di Vanaheim.

Teman sekaligus mantan pacar bohongan ini sampai tidak tenang mau melanjutkan kegiatannya, ia berkali-kali minta izin kepada Pemimpin Tertua Dewa Vanir untuk meninggalkan Vanaheim sebentar saja, namun pria berjenggot putih panjang itu bersikukuh tidak mengizinkan.

Ini sudah empat hari. Gezos memang langsung menyembuhkan luka dalam dan luka luar milik Jennie namun tidak dengan pikiran, disaat tidak sadarkan diri makin super sulit membuatnya untuk memasuki benak gadis itu. Sialnya Hidra memang menargetkan sihir gelap di sana.

Konstelasi Olimpus belum hadir di Istana, mereka harus perpindahan tempat karena memang dititahkan Raja sejak dua minggu lalu, dan lagi dipanggil beliau perlu persiapan mental dan fisik apalagi setelah mereka tau bahwa sebab asbab nya adalah Aphrodite, berkat Dewi Cantik itu sampai Konstelasi nya pun dipanggil. Mau ditaruh dimana wajah mereka sebagai Konstelasi nomor dua setelah Asgard? Sudah jauh-jauh hari Hera dan Zeus memperingatkan Aphrodite agar tidak macam-macam dan menjalankan tugas sebagai Dewi juga nasib tanpa misuh-misuh.

Kamar Gezos hening setelah pria itu membawa makanan ke dalam. Sama sekali tidak mengizinkan orang-orang Istana untuk masuk walau sekedar melihat kondisi Nona tawanan.

Padahal Qees 1 menangis kencang sampai sujud, sisi keibuan selama ratusan tahun tidak juga hilang.

Raja menghela nafas, beruntung sekali ada yang melapor. Lokasi pertarungan Hidra dan Jennie adalah Lardomia, tempat bangunan-bangunan megah berada dan penghuni nya mendengar suara dentuman-dentuman di area Koloseum Pasilus terlarang yang sudah rubuh.

Lebih beruntung lagi saat Dhyp memberitahu bahwa di kamar Nona tawanan terjadi sesuatu, amat aneh. Lengang, hening, padahal di beberapa waktu sebelumnya terdengar suara desis dan dinding yang terpukul, begitu dihampiri tidak ada seseorang. Gauron mengamuk pada waktu yang sama, insting nya sangat terhubung dengan majikannya, hewan itu marah, panik dan sakit, Ruby kehilangan kontrol kekuatannya dan membakar area lorong kamar para pelayan.

Gezos memijat pangkal hidung, ini akan amat susah, berapa hari lagi gadis itu tertidur? Bisa jadi Jennie sedang bermimpi aneh, mengingat bahwa sihir gelap itu efek nya tidak mudah hilang.

Amat susahnya kalau Raja tidak bisa memberi solusi, harus menunggu sampai pikiran gadis tersebut benar-benar pulih. Lebih bagus bila Jennie melawan dan menolak sihir tersebut dalam pikirannya sendiri agar pulih lebih normal.

Beliau duduk di pinggir ranjang, tangannya mengelus surai Nona tawanan halus.

Sungguh, kalau gadis itu bertanya mengapa Raja tidak bisa membaca pikiran ia, maka beliau harusnya memberitahu dengan sangat mudah dan singkat. Selama ini jawabannya simpel.

Mata Jennie terbuka perlahan, namun itu belum sadar. Gadis ini masih ada dalam benaknya sendiri. Ia membuat posisi nya jadi terduduk, melirik Gezos di sebelahnya yang sedang tersenyum kecil.

"Ada musuh?" Tanya Jennie seperti bergumam.

Raja menggeleng "Sudah mati"

Nona tawanan menghela nafas dalam ketidaksadarannya. Dia mengulurkan tangan, Gezos menariknya, membawa gadis manusia itu ke pelukan.

"Yang... Mulia, telat datang sih..."

Gezos mengangguk "Iya, maaf" sahut beliau menanggapi walau tau bahwa lawan bicaranya benar-benar tidak dalam keadaan sadar.

"Aku,- suka Yang Mulia, Gezos, Jaehyun"

Sang Raja menghela nafas, toh percuma kalau beliau menjawab bila beliau juga sudah lama jatuh hati kepada Tawanannya itu. Jennie tidak sadar dan ini akan lebih konyol bila ia menanggapi omongan orang mengigau.

Hey, She's Not a Believer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang