Suara binatang yang hinggap di batang pohon membuat Jennie menoleh panik dengan tangan mengepal ke atas seperti ingin menonjok habis siapa saja yang mengancam. Jelas tonjok-tonjokkan tidak berlaku disini, melihat hutan rindang yang aneh dengan hewan-hewan bersuara pekak membuat semua orang yakin bahwa rata-rata sekitarnya diliputi kekuatan sihir.
Akar-akar seperti ular itu terus meliuk-liuk aneh di sekitar pohon. Jennie rasa semak-semak di konstelasi memang seperti ini bentuknya.
"Aduh gimana nyari nya? Masa pakai telepati batin? di kira ibu dan anak?" Gerutu Jennie bungkuk-bungkuk seperti mencari koin undian.
Kaki nya gemetaran semenjak langkah pertama, namun Jennie yakin Si Raja tidak mungkin setega itu meninggalkan manusia perempuan di hutan aneh belantara ini. Tapi, kalau dipikir-pikir sebenarnya Gezos mudah sekali membuangnya di sini agar tidak merepotkan jadi tawanan, namun sedari tadi Jennie merasakan energi kuat juga hawa dingin yang sangat kentara sama seperti dirinya berada di lapangan tempat Organisasi rahasia Chadwyks.
Aura ini sangat familiar hingga seluruh kulit Jennie seperti terkena angin kencang saking dinginnya. Walau hal sekarang agak mengerikan namun sepertinya energi kuat ini milik Gezos, pria itu tidak benar-benar menyuruhnya untuk berkeliling mencari sendirian, Jennie jelas diikuti dengan sebagian diri Sang Raja.
"Halo manusia kecil" sapa suara serak laki-laki yang menggema.
Jennie menoleh sana-sini mencari sumber suara itu dengan mata memicing. Ayolah, hanya mencari Pohon ajaib lalu harus melewati uji nyali seperti ini? Haruskah? Gadis itu melihat sendiri hutan nya memang aneh namun seperti ada kedamaian yang tidak berujung menyelimuti.
Masih waspada dengan sekitar Jennie memungut batu hitam kehijauan di atas tanah kemudian memasang posisi bersiap ingin melempar ke segala arah.
"Hai" suara itu semakin dekat, kali ini tidak lagi menggema seperti sebelumnya.
Jennie menodongkan batu nya dengan takut-takut sambil mulut mengucap doa. Bukan, kali ini bukan doa kepada tuhan. Dirinya refleks menyebut nama Feiye, nama yang terlintas di kepala nya dengan tiba-tiba.
"Aku di sini, bodoh"
Jennie terpekik begitu merasakan batu yang ia genggam bergerak-gerak membuat telapak nya geli. Gadis itu langsung menjatuhkan batu aneh tersebut dengan degup jantung keras. Ia bahkan bisa mendengarnya sendiri.
Tepat batu itu terjatuh, sebuah lendir hitam membumbung tinggi, lebih tinggi daripada Jennie. Gadis yang baru setengah jam mencari Pohon ajaib itu membeku ketakutan melihat makhluk di depannya. Bentuknya adalah kadal namun tidak memiliki kulit layaknya binatang reptil, di atas kepalanya ada mahkota berhias macam-macam batu.
Jennie menggeleng-geleng tidak percaya, ya ampun ia saja tidak berani memegang ular piton apalagi reptil jadi-jadian seperti ini?
"Santai wahai kamu... Sedang apa kalau boleh tau?" Tanya Kadal tersebut sembari berkacak pinggang.
Jennie menatap nanar pada tubuh makhluk itu, urat-uratnya menonjol seram, banyak binatang kecil bergerak-gerak dalam tubuh lendirnya itu. Tekstur tubuh si kadal sedikit mirip dengan katak beracun di hutan Amazon, namun jelas ini bukan hutan Amazon.
"Me-mencari pohon ajaib, Raja Akik" sahut Jennie ragu-ragu.
Kadal tersebut seperti bingung dengan sebutan Jennie, hey bahkan raut wajah nya tidak terlihat jelas karena benar-benar seperti cicak yang menempel di baju mu lalu kamu dengan heboh membanting-banting pakaian mu. Bedanya Jennie tidak bisa membanting kadal di hadapannya ini.
"Ya, karena mahkota mu itu batu-batu, ku pikir itu batu akik" lanjut Jennie menuding mahkota yang dipakai si kadal.
Kadal tersebut mengangguk-angguk saja walaupun tidak mengerti. Sejujurnya ia ingin bertanya,mengapa ada manusia di hutan ini? Namun rasanya agak aneh kalau langsung akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, She's Not a Believer
Romance[1] . Chadwyk, petarung yang fisiknya diatas rata-rata. Seakan mengetahui takdir mereka dilahirkan ke dunia. Chadwyks adalah garda terdepan untuk melindungi hamba-hamba Dewa dari dzalim nya sesama manusia. Bertahun-tahun manusia berlindung pada mere...