Level 10.

918 212 41
                                    

Gadis itu masih belum bisa berkomunikasi baik dengan Gauron. Jennie jelas saat berangkat dirinya dibantu oleh Sang Raja namun sekarang di atas awan dengan hewan tersebut yang melebarkan sayapnya ia gugup tentu saja. Kulit Gauron tebal seperti tubuh kalajengking, ekspresi hewan itu tak bisa ditebak

Jennie melirik Gauron yang tengah fokus melajukan kecepatan terbang nya dengan mata yang sangat tajam seperti elang.

Apakah Gezos memang sengaja membiarkan Nona tawanan pergi bersama Gauron? Jennie mengurus kucing saja sudah kewalahan bagaimana dengan yang ini? Berkali-kali lipat lebih ganas dari singa. Iya mungkin mudah saja bagi Sang Raja membiarkan dirinya ditelan bulat-bulat oleh Gauron.

Jennie menepuk pelan punggung Gauron yang ia tunggangi kemudian membuka suara pelan "Hey, mungkin kita bisa berteman kalau sedikit berkenalan kan?"

Gauron tetap diam di tempatnya dengan raut wajah yang masih serius.

Jennie menelan ludahnya susah payah dengan helaan nafas panjang. Kalau ia memaksa yang ada Gauron menjadi sensitif kemudian memutuskan untuk menggerogoti tubuhnya tidak bersisa.

"Eh, kamu kan pemakan racun ya?" Tanya Jennie baru sadar.

Gauron mendengus ejek, heran mendengar majikan nya bisa sampai lupa. Jennie tersentak, jelas-jelas ia mendengar peliharaan nya ini mendengus padanya. Berarti sudah pasti kan kalau Gauron bisa mengerti bahasa manusia biarpun dia tidak bisa berbicara langsung.

"Kamu mendengus? Duh, jangan malu-malu aku gak tuli loh, bro" ujar Jennie sedikit tersenyum.

Jennie melirik kembali Gauron, ia yakin hewan seperti ini mungkin mirip degan Chímaira (Chimera) anak Tifon dan Ekhidna seperti yang tertera di dalam buku sejarah umum Bumi. Tetapi jelas Gauron mungkin lebih besar dan pintar, setidaknya itu pikir Jennie.

Gauron melirik ke bawah sana, mencium bau aneh sesuatu seperti bau busuk menyengat. Tatapannya fokus meneliti yang terlihat hanya jalan setapak berlumpur dengan rumput-rumput pendek gersang, merasakan kejanggalan Gauron memperlambat laju terbang nya sambil berhati-hati.

Jennie yang merasa aneh pun ikut menoleh ke bawah mencari-cari sesuatu yan sekiranya ada sesuatu keanehan. Hidung nya sedikit mencium bau busuk dari bawah sana sesuatu yang tidak terlihat membuatnya makin kebingungan.

Disaat Gauron dan Jennie lengah, dari arah belakang Burung raksasa yang bulunya seperti duri dan kepala mirip topi kerucut meraung keras menyambut pendatang asing.

Raungan itu sangat menggema hingga akhirnya sekawanan prajurit burung yang mirip dengan Burung raksasa namun lebih kecil itu datang dari arah bawah.

Gauron menggeram sangat kencang, nafsu membunuh dan rasa amarahnya meluap-luap setelah bertahun-tahun terkurung di alam hampa milik Sang Raja.

Gauron melirik Jennie untuk meminta persetujuan dari majikan nya itu. Gauron mendesak hingga Jennie hanya mengangguk-angguk tanpa pikir.

Burung raksasa yang merupakan pemimpinnya itu terbang cepat ke atas tidak memberikan ruang untuk pendatang baru nya saking bersetujuan, namun Gauron mengejarnya dengan membabi buta. Ia marah kemudian mengibaskan sayap lebarnya. Entah apa yang hewan itu lakukan namun burung raksasa itu terpelanting ke bawah karena kibasan sayap Gauron yang memiliki sihir kuat.

Tepat setelah si pemimpin terjatuh ke bawah para kawanan lain muncul dari rumput gersang. Sekitar tiga puluh prajurit burung mengepung Gauron dan Jennie.

Mereka meraung saling bersautan, suaranya sangat memekakkan telinga hingga Jennie menutup kedua telinganya dengan tangan.

Tiga burung di depan kemudian meludahi Gauron dengan gerakan tidak terduga, Gauron merengut tak suka kemudian sedikit mengangkat tubuhnya melindungi sang majikan. Jennie melotot, serius kan? Baru saja si pemakan racun itu ogah-ogahan diajak berteman kenapa sekarang justru baik sekali.

Hey, She's Not a Believer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang