Jennie memijat tengkuknya, sudah lewat dua hari justru semakin terasa kalau tubuhnya memang tidak baik-baik saja. Gadis itu berusaha untuk mengatur pola keseharian nya agar sehat kembali, berolahraga, makan-makanan sehat dan tidur tepat waktu namun tetap saja seakan ada yang salah.
Satu jam yang lalu Ruby bahkan memuntahkan isi makanannya di rumah kecil ia, Gauron memang kuat. Hewan itu hanya tertidur sepanjang hari sampai para pelayan yang memberinya makan pun bingung. Sementara majikan mereka lebih bingung dengan dirinya sendiri, Jennie sadar bahwa ia sering melamun, tetapi itu bukan kemauan sendiri. Semuanya spontan.
Dua hari ini juga Gezos tidak di Istana, beliau pergi ke Konstelasi Asgard dan bertemu Dewa Odin, mengadakan kolokium penting soal peraturan di Konstelasi tersebut yang dilanggar oleh Loki. Memberi hukuman istilahnya.
Nona tawanan meringkuk di kasurnya. Tangan dia bergerak menarik selimut namun kembali menurunkan, hawa kamar gadis itu semakin tidak enak saat suara di atap yang familier memasuki gendang telinga.
Suara desisan itu, dan tubuh yang bergerak dalam keheningan.
Jennie terduduk di ranjang kemudian bangkit berdiri, tangan nya mengeluarkan tombak kecil dengan dua kepala runcing, serta kelereng portal yang ia siapkan sewaktu-waktu saat dirinya butuh.
Dengan kondisi tubuh Nona tawanan yang jauh dari kata sehat dan baik-baik saja sangat tidak memungkinkan bila dirinya bertarung sendirian di kamar. Ruby sedang diurus oleh para pelayan, Gauron berada lumayan jauh di taman.
Clap!
Itu dia, Ular berkepala sembilan yang besarnya bertambah kini mendesis pelan, ia muncul di dekat jendela. Parahnya kali ini Ular tersebut bisa melihat dengan baik, entah bagaimana bisa berevolusi atau hanya saja sewaktu itu hewan ini tidak mengerahkan seluruh kemampuannya dan menganggap Nona tawanan adalah seseorang yang mudah di taklukan.
Tetapi situasi sudah berubah. Jennie meraba dada kiri, degup jantungnya cepat, nafas ia memburu. Sungguh ia sangat menyesal, harusnya gadis itu berbicara saja kepada Raja. Mengatakan kalau ada monster mengerikan yang datang ke kamarnya.
Namun hal demikian juga sulit dilakukan, mengingat kondisinya yang seperti orang tidak sadar dan banyak melamun mengatakan apapun terasa tidak benar.
Whoosh!
Ular tersebut melesat, satu kepalanya berniat melilit kaki Jennie. Namun dia bergerak gesit melompat ke atap kemudian menghilang di balik bayangan. Mencoba meredakan degup jantungnya yang menggila, tapi itu semua sia-sia. Hidra masih bisa mencium nafas Jennie dengan sangat baik dan cermat, ia menerjang tubuh si tidak beriman dengan menggebu hingga gadis itu terpelanting ke sudut kamar.
"Akh!" Nona tawanan menekan perutnya sakit kemudian bangkit. Menghembuskan nafas pelan sebelum dirinya menyerap energi sebanyak dan setenang mungkin.
Tetapi sebelum Jennie berhasil mengembalikan serangan, Hidra mendesis kemudian menghempaskan tubuh gadis itu ke samping, membentur dinding keras, beruntung kepalanya tidak kena. Tetapi tubuh yang tidak baik-baik saja itu tambah memburuk, tulangnya seperti remuk biarpun tidak ada yang terluka sejauh ini. Gadis itu bangkit, Jennie melempar tombak besi runcing ke salah satu kepala Hidra dengan dalam, delapan kepala lainnya mendesis murka kemudian bergerak melilit Nona tawanan.
Jennie mengerang sakit, matanya yang menyipit itu sedikit melirik Hidra, bahkan hewan ini tidak jauh mengerikan dari hewan yang memiliki dua puluh tangan saat ia dibaptis. Energinya lebih kuat saat ini, nafas Ular naga sedikit mengenai kulit Jennie, menimbulkan panas dan perih tetapi tidak menimbulkan luka. Gadis itu mengeratkan rahang, berusaha melepaskan lilitan Hidra dengan sihir telekinesisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, She's Not a Believer
Roman d'amour[1] . Chadwyk, petarung yang fisiknya diatas rata-rata. Seakan mengetahui takdir mereka dilahirkan ke dunia. Chadwyks adalah garda terdepan untuk melindungi hamba-hamba Dewa dari dzalim nya sesama manusia. Bertahun-tahun manusia berlindung pada mere...