Level 22

843 181 67
                                    

Nona tawanan berdehem sembari mengikat rambutnya rapih. Ada Gauron yang sedang diberi makan pelayan di tengah taman raksasa, ada Ruby yang menguap stelah terbangun dari tidurnya. Kali ini, Jennie jauh lebih siap dengan perjalanan ia ketimbang saat pertama kali bertemu dengan Kogand. Burung-burung segitiga Noleia yang hampir mengancam nyawa Gauron dengan air liurnya.

Gadis itu terlihat keren dengan baju panjang dan celana panjang kulit, rambutnya dikuncir kuda dengan rapih, tas kecil di pinggulnya yang berisi beberapa barang saja. Jennie benar-benar terlihat seperti pemburu.

Entah ia juga sudah mengatakan pada Gezos kalau dirinya kemungkinan akan lama mengunjungi Konstelasi Semesta yang luasnya tidak terbanding. Diam di Istana dan asik sendiri di kamar agaknya seperti kurang mengenakan.

Juga entah apa yang menunggunya di luar sana. Nona tawanan meminta Raja untuk memutus energi besar yang terlingkup di tubuh nya, Jennie ingin mandiri. Ia sudah melatih sihirnya berkali-kali juga meningkatkan energi dan kuasa. Ia berdecak kagum melihat garis-garis di tubuh Gauron yang menyala terang seperti sangat menantikan perjalanan ini.

"Padahal aku hanya jalan-jalan aja, bukan mau menuntaskan misi" gumam Jennie di dengar oleh Gezos yang tepat berada di sampingnya.

Pria itu mendengus geli, beliau manggut-manggut. Gauron ternyata bisa berevolusi dengan cepat, tubuh hewan itu lebih tegas tajam. Garis-garis di tubuhnya menjadi bantuan penyembuhan bila sesuatu terjadi, mata reptil nya menyeramkan dan kuku-kuku panjang itu. Memang mengintimidasi kalau dilihat manusia Bumi ataupun Chadwyk sekalipun, namun mungkin mereka tidak tau bila tangan-tangan berkuku tajam itu sering dibuat menengahi pertengkaran antara Jennie dan Kogand. Mengelus-elus punggung nona tawanan kalau saja Robin Hood KW menguras kesabaran majikannya.

Jennie bergeser mendekat ke arah Raja kemudian menyenggol-nyenggol siku pria itu genit.

"Apa?"

Jennie berdehem kemudian mengibaskan rambutnya "Mau oleh-oleh gak, Yang Mulia?

Gezos menautkan alisnya "Kamu serius nanya hal begitu?"

Bahu nona tawanan merosot "Harusnya Yang Mulia bilang 'gak usah, kamu pulang selamat aja udah cukup buat saya' begitu, dong" ujarnya berharap sambil menirukan gaya bicara Raja nya

Gezos menggeleng-geleng. Ya itu benar juga sih, beliau lalu menghela nafas panjang.

Jennie melebarkan tangannya mengisyaratkan untuk berpelukan ala Teletubbies.

Raja mengembangkan senyum miring, menarik nona tawanan mendekat kemudian memeluk gadis itu pelan. Sementara Jennie sendiri memeluk pria itu erat seolah-olah ia berpergian jauh.

"Yang Mulia jangan rindu, lho" celetuk Jennie, percaya diri nya menembus atmosfir Bumi hingga ke Planet Neptunus.

Sumpah, ini hal langka. Bahkan Apetarus dan Agekhon melotot kaget begitu Gezos tertawa. Dagu Jennie jatuh ke bawah terkejut melihat pria yang ia peluk tertawa kecil dengan suara berat halusnya itu yang makin membuat ia jatuh cinta.

Nona tawanan mendongak "Apanya yang lucu, Yang Mulia?" Tanya ia "Tapi gak apa-apa deh, selama bisa buat Yang Mulia ketawa ganteng seperti tadi aku ikhlas jadi komedian sampai akhir hayat" tuturnya dramatis, padahal itu gombal sekali. Jelas cita-citanya menjadi sekertaris atau asisten C.E.O tetap nomor satu.

Gezos menunduk kemudian geleng-geleng pelan "Kamu" ujarnya "Kamu yang lucu, memang siapa lagi? Saya gak sedang menertawakan Gauron" lanjut beliau.

Jennie tersenyum lebar, sungguh biarpun maksudnya lucu dalam artian lucu sungguhan ia menanggapi bahwa Raja nya memuji ia lucu dalam artian imut. Masa bodoh deh dengan harga diri, toh Gezos nya nyaman-nyaman saja. Persetan dengan kerutan dahi beliau yang kata Robin Hood KW pertanda kurang bagus. Kalau pun Gezos memang tidak nyaman berada di dekatnya kenapa saat ini pria itu memeluknya? Mengelus-ngelus punggungnya pelan seperti masih enggan melepasnya.

Hey, She's Not a Believer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang