Hari ini Amúsia bisa bernafas lega saat Zeus yang paling pertama menapakan kakinya di Istana Khortas, membawa Dewa-dewi Olimpus pada langkah dibelakang. Kabar bahwa Konstelasi tersebut memiliki masalah dengan Gezos sudah tersebar, orang-orang sangat penasaran dengan permasalahan itu. Asgardian hanya bisa mendengus remeh saat mendengar nya.
Namun yang paling berdebar diantara orang-orang yang menerima kabar itu adalah Nona tawanan. Sebab selama ini dirinya mendengar Olimpus pada pelajaran umum saja dan doa orang-orang penyembah Dewa.
Gadis itu sekarang tengah berada di kamar barunya, mengelus-elus Ruby di pangkuan yang sedang berkedip-kedip. Menonton kartun, televisi yang Jennie buat dari sihirnya agar hewan bermata belo itu anteng saja.
Nona tawanan ingin sekali membuka pintu lalu berjalan ke arah ruang megah yang penuh ancaman hidup dimana sedang dihadiri oleh Amúsias dan Olimpus. Suara-suara kaki pelayan yang bolak-balik sibuk itu makin membuat dia ingin mengintip sesekali.
Tapi, Gezos sendiri yang mengatakan kalau sekali saja Jennie melangkah keluar dari kamar hanya untuk melihat Konstelasi penyebab dirinya seperti ini maka seterusnya Ia tidak boleh berpetualang. Jelas Nona tawanan pilih diam.
Namun pilihannya sudah goyah. Ruby tenang menonton di pangkuannya ia pindahkan ke atas ranjang mencium pipi berbulu hewan itu gemas, sebelum dia melangkahkan kaki ke arah pintu raksasa kamarnya.
Jennie menghela nafas, ia lebih berdebar melihat Anggota Olimpus dibanding peringatan Raja. Gadis itu memang tau kalau beliau marah mungkin bisa gawat semesta ini, namun sepertinya pria tersebut tidak akan murka hanya karena Jennie mengendap ke ruang konsekuensi.
Qees 1 melotot saat Nona tawanan keluar dari kamarnya dengan kepala celingak-celinguk.
"Mau apa, Nona?"
"Eh? Pssst, kamu jangan heboh ya. Aku cuma mau lihat Dewa-dewi Olimpus kok" jelasnya panik di awal.
Qees 1 menautkan alisnya, padahal tidak ada yang terlalu menarik dengan Konstelasi itu ataupun Konstelasi Asgard. Namun ia mengangguk paham karena Jennie adalah manusia yang memang belum pernah melihat Dewa-dewi Konstelasi.
Melihat Qees 1 sudah paham akan maksudnya, Jennie kembali melangkah ke arah kiri mengikuti jejak para pelayan yang sibuk dari sana. Ia sedikit mempercepat langkah kaki melewati lorong-lorong Istana, taman raksasa, kemudian melewati Kediaman Raja, kasihan sekali pelayan-pelayan ini bolak-balik lumayan jauh tanpa boleh misuh-misuh.
Nona tawanan menelan ludahnya gugup ketika di ujung lorong dengan minim pencahayaan setelah Kediaman Raja ada pintu raksasa berwarna abu-abu hitam, tidak terdengar apa yang terjadi karena memang semua ruangan di Istana Khortas sangat tertutup, berbeda dengan kamarnya dulu yang kalau menyalakan musik saja sudah terdengar. Gezos sengaja menempatkan nya di sana agar bila terjadi sesuatu maka tidak sulit diketahui, tetapi kamarnya sekarang kedap suara namun harus dekat dengan kediaman Raja, dan Jennie dengan senang hati menerima.
Para pelayan sempat bertanya kepada gadis itu, apa yang dia lakukan. Jennie hanya menjawab sekilas sembari menempelkan jari telunjuk di bibirnya.
Pintu ruangan itu masih sering terbuka karena para pelayan keluar masuk mengantar sesuatu, dan ini kesempatan bagus. Pasti kegiatan di sana belum mulai, setidaknya ia hanya ingin melihat tanpa mengganggu.
Jennie masuk ke dalam saat seorang pelayan juga masuk menaruh sebuah cawan berisi bubuk hitam dan putih, di meja besar ruangan itu.
Matanya meneliti ruangan megah nan klasik, meja panjang seperti terbuat dari pualam permata sama dengan lantainya. Lampu gantung kristal besar yang tidak dinyalakan, kaca jendela panjang menjulang di sisi-sisi ruangan. Ada pijakan seperti podium dan itu dimana Gezos berdiri. Bukan, melainkan duduk di kursi tahtanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, She's Not a Believer
Romance[1] . Chadwyk, petarung yang fisiknya diatas rata-rata. Seakan mengetahui takdir mereka dilahirkan ke dunia. Chadwyks adalah garda terdepan untuk melindungi hamba-hamba Dewa dari dzalim nya sesama manusia. Bertahun-tahun manusia berlindung pada mere...