Ruby di tempatnya mengecap setelah sang majikan memberikan ia buah bernutrisi. Belum lagi belaian nona tawanan di kepalanya yang membuat ia mengantuk. Jennie menghela nafas panjang sambil memeluk-meluk hewan peliharaannya itu dengan sayang. Di depan ia ada Gauron yang sedang tertidur. Mereka bertiga bersantai di taman besar, Jennie yang seperti orang piknik membawa alas duduk dan keranjang buah.
Kogand tadi sempat menoyor nya melihat sang teman seperti ingin pergi berlibur ke Taman Raya Bogor. Namun pada akhirnya Robin Hood KW itu mengikut juga tapi ia sedang bergelayut di atas ranting pohon entah berbuat apa.
Ruby sudah terlelap dua menit lalu dan Jennie masih galau di tempatnya, Raja itu sibuk sekali sampai tiga hari tidak terlihat. Kemarin gadis itu pergi sarapan tau-tau Gezos berangkat ke dimensi semesta lain entah mengurus apa, ia juga tidak diizinkan lagi ikut bekerja. Katanya sih tidak akan kuat dan cepat kelelahan, namun itu benar adanya. Pagi ini bahkan Raja tidak keluar dari ruangannya.
Ini dengusan Jennie yang ke tiga puluh kali. Bahkan Gauron sempat mendesis karena lelah mendengar majikan nya seperti orang sakaratul maut.
"Robin, bisa titip Ruby sebentar gak?" Tanya Jennie menyodorkan hewan lucunya pada sang teman yang tengil.
Kogand merengut aneh "Anak gila, taruh saja di karpet mu itu apa susah nya?" sewot ia.
Jennie melotot "Gak usah nge gas apa susah nya?" Sungut ia kemudian menaruh Ruby di alas duduk. Gadis itu lalu bangkit dari kebosanan nya kemudian berlari menyusuri lorong besar Istana Khortas menuju ruang dimana Sang Raja berada.
Sayang nya Istana ini berkali-kali lipat lebih besar dari Istana lainnya, luas seperti Negara Singapore, sumpah deh. Nona tawanan memutuskan untuk menyusuri lorong lain yang sudah jauh dari taman dimana tiga temannya berada. Ia bahkan sampai di taman yang berbeda, taman Istana Raja. Ada banyak kediaman di Istana ini dan beda-beda setiap sisinya, bahkan setiap Dewa memiliki masing-masing Istana, termasuk istana kamarnya berada dan istana kamar Kogand. Tetapi kamar ia dan kamar Kogand jaraknya terbilang cukup dekat.
Jennie menyipitkan matanya mengelilingi lorong-lorong sekitar, untungnya hanya dibatasi pilar bukan dinding tebal kokoh, jadi ia mudah melihat orang yang berlalu lalang. Sayang nya lagi, lorong-lorong ini sepi. Pelayan sibuk di tempatnya sendiri.
Namun itu tidak penting. Sekarang senyum nona tawanan merekah begitu melihat pria yang ia kenali dengan baju raja putih dan jubahnya yang gagah itu berjalan menyusuri lorong dengan mata fokus ke depan. Gezos menoleh ke samping ada energi gadis manusia yang selalu ia kenali hadir di sini
Raja menggeleng-geleng mendapati tawanannya yang memakai gaun biru dan merah muda juga rambutnya yang disanggul itu sedang melambai-lambaikan tangan riang.
Jennie berlari mendekat kemudian berpose kece, telunjuk dan jempolnya berada di dagu.
"Kenapa di sini?" Tanya Gezos dengan alis mengkerut.
Jennie berkacak pinggang kemudian mengangkat bahu nya "Ya... Kenapa ya kaki ku larinya ke sini? Takdir itu Yang Mulia, tandanya kita berjodoh" ujarnya melantur kemana-mana.
Raja menghiraukan gombalan tidak jelas kemudian hendak melanjutkan langkahnya. Jennie menahan.
"No... Sibuk ya Yang Mulia?" Tanya nya.
Raja mengangguk dengan wajah yang serius sekali.
Jennie menelan ludahnya kasar, bagaimana bicaranya kalau raut wajah Raja Dewa saja seperti ingin menelan bulat-bulat seluruh alam semesta.
"Ambil cuti Yang Mulia, hatiku kesepian gak ada pujaan hati soalnya pujaan hatinya lagi sibuk." ujarnya memohon.
Raja menggeleng, Jennie hampir melotot tidak percaya, masa sih Dewa se sibuk itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, She's Not a Believer
Romance[1] . Chadwyk, petarung yang fisiknya diatas rata-rata. Seakan mengetahui takdir mereka dilahirkan ke dunia. Chadwyks adalah garda terdepan untuk melindungi hamba-hamba Dewa dari dzalim nya sesama manusia. Bertahun-tahun manusia berlindung pada mere...