Seminggu sudah Jennie anteng-anteng saja ikut Raja pergi sibuk mengurus semesta. Kece sekali melihat Beliau dengan baju zirah gagah nya datang ke berbagai tempat dengan berbagai makhluk juga, namun seberagam apapun makhluk tersebut pastilah menunduk takut kepadaNya. Bos besar bahkan tergagap berbicara dengan Yang Mulia Jaehyun tersebut.
Kini Jennie sedang duduk santai di kursi panjang nan empuk yang biasa Raja tiduri, ada Feiye dan Rhan yang sedang bersantai di kursi sebrang. Dari yang Jennie dengar, kedua Dewa yang seperti sohib itu baru saja membicarakan wanita bernama Khea, mereka bertaruh mendapatkan hati Dewi Penyayang itu dan Nona tawanan tidak peduli.
Ia hanya menyeruput teh Bunga Libony dari Alfheim yang merupakan konstelasi dimana malaikat-malaikat baik hati tinggal, gadis itu memetik beberapa Bunga Libony yang harum dan ternyata sangat enak begitu dicampurkan dengan Teh, ia pun sempat memohon Raja agar menyicipi nya alhasil setiap Beliau pergi ke Ruang Kerja ajaib itu tak ada hari tanpa Teh Libony.
Sedang libur—walaupun tidak ada kata libur dalam kamus Dewa namun karena nona tawanan ikut nya kemanapun maka dari itu agenda sedikit berubah, Gezos pun baru saja menyelesaikan pertengkaran kecil di bawah tanah dimana Gigant berada. Sampai saat ini Jennie benar-benar tidak tau sosok raksasa buruk rupa seperti mereka.
"Selamat siang Gezos, sudah istirahat dengan cukup?"
Suara familiar mengetuk gendang telinga penghuni ruangan. Jennie melirik wanita cantik itu di pintu besar, baju nya keren sekali seperti Dewi paling penting sejagat raya, namun tetap saja nona tawanan mendengus kasar.
Raja hanya berjalan ke arah meja dimana anggur putih nya berada, beliau langsung menenggak nya setengah kemudian mengistirahatkan diri di kursi panjang yang diduduki Jennie. Yang Mulia Jaehyun benar-benar sedang tidak ingin keberisikan hari ini maka Rhan pun angkat bicara.
"Jangan ganggu Gezos, kamu gak lihat? Beliau mau istirahat malah nanya, sana deh" ujar Rhan mengusir.
Aphrodite memutar bola mata jengah, ia melambaikan tangan tidak peduli kemudian tatapannya jatuh pada nona tawanan, gadis itu anteng sekali duduk di kursi besar Raja dengan cangkir teh nya seolah ia tidak melakukan kesalahan apa-apa.
"Kenapa kamu berani sekali duduk di sana?" Tanya Aphrodite dengan wajah tetap tenang.
Jennie mengalihkan tatapannya dari cangkir teh ke wanita cantik itu kemudian gantian melirik Gezos yang sedang memejamkan mata.
"Loh kenapa? Yang penting yang punya gak murka, kan?" Sahut Jennie jadi sedikit panik, ia pun pasalnya belum izin juga duduk di kursi super empuk tersebut.
Aphrodite menyipit dengan senyum nya yang tambah cantik kemudian ia menyibakkan rambut, bahu nya yang mulus jadi terlihat dan Feiye serta Rhan padahal sedang taruhan Dewi Khea namun atensi mereka teralihkan oleh Dewi Kecantikan tersebut.
Jennie mendengus kemudian melirik Aphrodite lagi, pupil Dewi tersebut sedikit berubah merah kemudian normal kembali, sayangnya Jennie tidak melihat itu dengan baik. Nona tawanan tersedak dengan teh nya yang sedikit tumpah. Kemudian jemarinya meraba atas bibir seperti ada cairan kental amis. Jennie merengut, darah?
Darah itu terus keluar dari hidung nya bersamaan dengan tenggorokannya yang tercekat seperti dicekik udara.
Raja membuka matanya, ada sihir gelap yang beliau rasakan, melirik Aphrodite di dekat pintu dengan mata tajam nya kemudian beralih ke gadis manusia yang masih linglung dengan kondisi diri sendiri. Oh ya ampun, Gezos panik, pria itu duduk tegap mengarah kepada nona tawanan dan menangkup wajah gadis tersebut. Jemarinya menyentuh pipi Jennie, kulit gadis itu seperti merasakan dinginnya udara, rasa dingin itu mengalir hingga seluruh tubuhnya, merambat sampai ke molekul sel dan Jennie jadi merinding dibuatnya bahkan jantung yang biasa nya diam kini detaknya bisa ia dengar sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, She's Not a Believer
Romance[1] . Chadwyk, petarung yang fisiknya diatas rata-rata. Seakan mengetahui takdir mereka dilahirkan ke dunia. Chadwyks adalah garda terdepan untuk melindungi hamba-hamba Dewa dari dzalim nya sesama manusia. Bertahun-tahun manusia berlindung pada mere...