Level 23

829 196 63
                                    

Ruang yang lumayan besar itu agak senyap saat sepuluh orang berjubah besar mengelilingi jaring perangkap yang bergumul. Di dalamnya ada manusia dan dua hewan penjaga yang memiliki sihir. Tidak tau apa, mereka hanya berjaga-jaga mendapati manusia dan dua hewan, salah satunya adalah mantan tangan kanan iblis dan itu bahaya.

Melihat manusia tersebut bertarung melawan seratus Trampis dan menemukan titik kelemahannya adalah suatu hal yang perlu diacungi jempol.

Para penjaga berpedang itu mulai maju dan berwaspada saat jaring perangkap sihir itu mulai bergerak-gerak. Gauron menggeram sebelum bangun seutuhnya, sensitif dengan sekitar. Mata reptil ia bergerak kesana-kemari menilik ruangan, menilik pria dan wanita berjubah yang menatap ia penuh rasa ingin tahu.

Gauron mengangkat wajahnya angkuh kemudian menaruh tangannya di tubuh Jennie menghantarkan listrik kecil agar majikan nya terbangun dari sihir tidur.

Jennie membuka matanya kemudian melihat sekeliling dengan aneh dan was-was. Tangannya mengepal bersiap melepaskan pukulan apa saja yang membahayakan ia dan dua peliharaanya.

Ruby juga terbangun, mata belo nya memicing waspada, hewan mungil itu jadi lebih sensitif semenjak pertarungan di hutan tadi. Ia meringkuk di tengah Gauron dan Jennie.

"Sebutkan asal kalian!" seru pria bermata biru laut, tubuhnya kisaran dua puluh lima tahun. Tangannya tidak memegang pedang, diam tenang dengan wajahnya yang kelewat tegas mempesona itu.

Jennie menampar pipi nya sendiri, ingat Gezos! Nona tawanan berdehem. Toh, Gezos juga gak suka sama ia kan. Mumpung di luar dan energi milik Sang Raja tidak ada di tubuhnya, harusnya Jennie bebas-bebas saja. Namun ia masih ingat bahwa sepuluh orang berjubah serta banyaknya pengawal di sekeliling ruangan adalah orang-orang yang patut diwaspadai.

"Sebutkan asal kalian, hitungan ke lima jaring itu kami ledakan" ancam perempuan berkulit hitam manis dengan pedang yang mirip dengan Katana.

"Istana Khortas" jawab Jennie pada akhirnya, tangan gadis itu mencoba melempar kuat jaring itu, namun seakan ada listrik hebat mengagetkan tubuhnya.

Gauron menggeram, loreng nya bersinar kemudian kejutan sihir meledak dari tubuhnya sedikit memukul mundur orang-orang di dalam ruangan. Jaring itu lenyap melebur melepaskan tiga makhluk di dalamnya.

Pria bermata biru laut tadi sedikit lengah dan mengangkat alisnya, padahal jaring itu langka karena dibuat oleh raksasa di Nidavellir dan terlingkupi sihir oleh Pemimpin Dewa Vanir di Vanaheim. Orang-orang berjubah itu kemudian mundur sedikit, lebih waspada dengan hewan berloreng yang terkenal mantan peliharaan iblis itu, mengabaikan Ruby si makhluk kecil imut yang justru berkemungkinan lebih bahaya karena paling cepat.

Jennie berdiri kemudian maju sedikit untuk melindungi dua penjaganya. Tangan gadis itu mengepal ke depan, lingkupan sihir dan asap biru mengepul di jari-jari pertanda hal tersebut bisa membuat orang mati di tempat dengan sekali pukulan.

Pria bermata biru laut menautkan alisnya. Mana mungkin Istana Khortas memiliki manusia Bumi bersihir hebat seperti ini? Ada Gauron yang mereka kira sudah mati? Lagi pun apa yang mereka lakukan di sini bila memang benar-benar dari Istana Khortas? Melawan seratus Trampis lebih dan menemukan titik kelemahan paling fatal, parahnya adalah menebas kepala pemimpin Trampis langsung.

"Kami ingin ke Vanaheim mengunjungi seseorang, hanya itu" lanjut Jennie lagi menurunkan kepalan tangannya.

Pria bermata biru laut itu mengisyaratkan yang lain untuk menurunkan senjata begitu juga para pengawal di belakang yang kembali pada posisi awal.

"Istana Khortas?" tanya laki-laki yang jambang nya sudah memutih, matanya menajam, tangan ia tetap waspada menggenggam pisau runcing di pinggul.

Jennie mengangguk "Aku tawanan, tawanan Gezos" sahutnya sedikit terkekeh dalam hati tawanan tapi mesra. Gadis itu kembali berujar sebelum orang-orang di ruangan salah paham mengiranya adalah tawanan yang kabur "Aku diizinkan mengunjungi seseorang di Vanaheim, boleh tolong jangan salah paham?" lanjut ia.

Hey, She's Not a Believer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang