Level 18

888 195 51
                                    

Nona penculik membola. Serius, walaupun ia merindukan tempat lahirnya–Bumi dan keluarganya namun suasana ini mirip sekali dengan planet hijau tersebut. Melihat palang serta baliho bertuliskan 'Yisdria Town' atau 'Kota Yisdria' membuat Jennie jadi teringat pada kota-kota kecil asri di Bumi.

Memasuki kota tersebut ada berbagai tenda buah, padi, beras dan bahan sehari-hari lainnya, jauh ke dalam terlihat sawah dan ladang besar terbentang kemudian dari kejauhan akan terlihat perumahan kecil yang tersusun rapih.

Anak-anak kecil yang pulang dari sekolah berlarian kesana-kemari berbaur dengan anak yang tinggal di pinggiran jalan, kota ini tidak termasuk kota elit yang memiliki jalan panjang serta lebar untuk dilalui transportasi, tidak ada juga gedung-gedung tinggi perkantoran. Lebih mirip pedesaan di zaman kerajaan. Ada empat sampai tujuh kereta kuda yang sekilas Nona penculik lihat.

Dengan pakaian mereka yang menyamar seperti pemburu membuat orang-orang sempat melirik Jennie dan Gezos kagum. Pasalnya Kota Yisdria jauh dari pusat Ibu Kota yang justru seharusnya Pemburu tinggal di sana, mereka tidak tahu kalau dibalik pakaian itu adalah seorang Raja Dewa dan Tawanannya yang sedang bermain culik-culikan.

Tuan tawanan menoleh ke arah nona penculik yang masih termangu menatap Kota kecil ini, ia kemudian membuka suara "Jadi? Nona mau menculik saya kemana?"

Jennie tersadar dari kekaguman nya terhadap Kota Yisdria kemudian terkekeh, ia hampir lupa kalau dirinya sedang 'menculik' orang.

"Ayo Tuan, ikuti saya" ujarnya kemudian melangkah perlahan.

Beberapa orang membawa kotak kayu besar berisi jerami, makanan kuda dalam stok banyak. Jennie tertegun ketika orang-orang itu melewati ia dan Tuan tawanan yang sedang dibawa. Ini agak ekstrim, nona penculik sebisa mungkin tidak mencari masalah dengan menabrak orang karena mungkin mereka bisa marah besar bila kotak-kotak hasil gaji mereka terjatuh berserakan.

Raja mengamit jemari nona penculik kemudian berbisik "Tetap dekat saya, perhatikan jalan" ujarnya.

Nona penculik kemudian mengangguk. Matanya mencari celah untuk langkah ke depan kemudian ia menunjuk nya ke arah Gezos. Belum ada aba-aba, Raja sudah menuntunnya karena beliau lebih dulu menyusun langkah di setiap celah orang-orang berlalu lalang yang akan terus berdatangan. Jennie terkesiap, setiap langkah yang diambil rapih dan melangkah mantap tanpa mengenai kotak-kotak Jerami atau manusia yang sedang bekerja. Mereka bahkan sibuk berjalan tanpa sedikitpun menoleh ke arah dua orang berpakaian penyusup itu.

Tuan tawanan berhasil membawa nona penculik terbebas dari padatnya para pekerja itu. Kemudian bertanya.

"Kemana?"

Nona penculik menunjuk tenda makanan pedas yang terlihat lezat sekali. Ia jadi ingin makan-makanan Bumi walaupun disini tidak jauh berbeda. Raja menoleh kemudian mengangguk ia ditarik nona penculik ke tenda tersebut.

Nona penculik bergerak membuka penutup mulutnya namun ditahan.

"Jangan dibuka, biar saya saja" tahan Gezos.

Tuan tawanan kemudian membuka penutup mulutnya, beliau bercakap dengan pedagang yang sedang termangu. Sungguh bahkan pipi pedagang wanita tua itu memerah. Namun, Gezos tidak peduli ia mengambil dua makanan berkuah merah di mangkuk kecil dan beberapa tusuk daging pedas yang nona penculik tunjuk kemudian membayarnya dengan mata uang Negara setempat dengan jumlah banyak.

Jennie memicing, ia tidak terlalu peduli dengan bagaimana tuan tawanan mendapatkan uang tersebut, karena tidak ada yang tidak bisa Raja Dewa lakukan. Namun uang banyak itu sangatlah sayang.

"Hemat, Tuan, anda gak boleh boros" peringat nona penculik.

Gezos menggeleng kemudian mengulurkan tangannya. Ternyata beliau menunggu kembalian. Ibu pedagang tua itu tampak tersipu kemudian ia merangkul anak perempuan nya yang sedang mengurus pelanggan lain. Ia tampak ragu-ragu berbicara kemudian tersenyum canggung

Hey, She's Not a Believer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang