Merasa tidur nya nyenyak sekali, Jennie membuka mata perlahan kala tubuhnya seperti melayang karena ranjang yang ia tiduri itu lembutnya bukan main.
Gadis ini melihat sekelilingnya, dia hampir lupa bahwa dirinya sudah lagi tak di rumah, tak lagi di apartemen 'pengasingan', keluarganya. Masih berusaha terbiasa dengan kamar super besar tersebut.
Belum sempat Jennie menapaki lantai dan keluar dari gumpalan selimut tiba-tiba ada seorang wanita berpakaian hitam panjang yang muncul dari dalam pilar.
Jennie hampir meloncat kalau saja wanita itu memegang pisau. Lebih mengagetkan daripada Chadwyk, karena biasanya bila seorang Chadwyk datang maka aura kekuatannya dapat dirasakan.
Wanita itu tersenyum ramah, bibir nya berwarna biru dengan mata seperti ular.
"Nama kami Qees" ujarnya tanpa aba-aba.
Jennie mengangguk lalu mengangkat tangan "Salam kenal, Jennie. Ngomong-ngomong apa maksudnya kami? Kamu kan sendiri"
Qees mengedipkan mata lalu tiba-tiba tulang rusuknya seperti terbelah menjadi dua dengan cara meluber kemudian berubah menjadi dua perempuan remaja yang wajah nya tidak jauh berbeda dari yang mengaku 'Qees'.
Jennie sedikit membola, memang di bumi tidak ada bedanya dari superpower atau hal magis lainnya karena ada para Chadwyk namun kejadian macam tulang rusuk yang meluber leleh kemudian menjadi seorang manusia bercampur peri itu gambaran yang sangat ekstrem.
"Saya Qees 1 ia Qees 2 dan ini Qees 3" ujar Qees 1 memperkenalkan dua perempuan yang merupakan anaknya.
Jennie mengerjapkan matanya pelan, kemudian melirik dua Qees yang sejujurnya tidak bisa ia bedakan. Garis wajahnya sama, rambutnya sama, pakaian pun sama. Gadis itu menggeleng tak masalah, kemudian teringat bila Gezos tidak memberitahu dirinya istana apa yang ia datangi, pasalnya menurut sejarah umum di Bumi, Konstelasi memiliki lebih dari ribuan istana yang tidak bisa dilihat mata manusia, kamera atau selainnya.
"Oke-oke tidak masalah, yang penting istana apa ini, girls?" Tanya Jennie seperti logat orang British, Qees 1 memiringkan kepalanya tidak mengerti pada kata akhir yang Jennie ucapkan namun wanita itu lalu tersenyum riang.
"Ah, nona tawanan ada di Istana Khortas"
Jennie mengerutkan dahi nya bingung kemudian bangkit dari ranjang empuknya itu kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ya, istana apa ?"
Qees 1 kembali tersenyum, rupanya wanita itu tidak pernah cemberut. Tidak seperti manusia yang sekalinya mendapat hari buruk langsung murung berjam-jam.
"Konstelasi Langit Utama, Istana Raja Gezos, nona tawanan kan mengetahui rahasia Chadwyks jadi mungkin Amúsias membawa nona untuk memberi peringatan dan mensucikan nona tawanan" ujar Qees 1 memberitahu.
Jennie manggut-manggut, ia sudah tau itu. Mungkin Qees ini termasuk makhluk yang banyak omong dan informatif. Ia agak lega setidaknya Qees bukanlah pelayan yang kaku seperti robot.
"Maaf sebelumnya, Gezos sudah hampir bersiap, sedang menunggu kamu nona" ujar Qees 1, wanita itu menyenggol lengan salah satu anaknya.
"Nona, mari saya mandikan air hangat nya sudah siap" ujar anak Qees 1.
Jennie mengangguk "Tangan kanan ku jangan di cuci, ya" ujarnya.
Anak Qees 1 itu lalu mengangguk patuh
Sungguh Jennie sebenarnya sangat penasaran dengan beberapa hal, mengingat sesuatu yang sangat banyak ingin ia tanyai rasanya tidak pas bila bertanya langsung pada Gezos atau dewa lainnya. Namun bertanya pada pelayan istana bukan hal yang tepat juga karena mereka ditugaskan hanya untuk melayani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, She's Not a Believer
Romance[1] . Chadwyk, petarung yang fisiknya diatas rata-rata. Seakan mengetahui takdir mereka dilahirkan ke dunia. Chadwyks adalah garda terdepan untuk melindungi hamba-hamba Dewa dari dzalim nya sesama manusia. Bertahun-tahun manusia berlindung pada mere...