[Yang, aku tunggu di Shinta Mart ya. Mau dibeliin apa gitu sekalian enggak?]
[Oke.]
"Astagfirullah.." Dena terperanjat saat seseorang melingkarkan tangan di pinggangnya.
"Kirain siapa Yang. Lho kok udah sampe, kirain masih di counter," lanjut gadis berkerudung segi empat berwarna abu-abu senada dengan kaos lengan panjang yang dikenakan.
Pemuda berperawakan kurus dengan kulit sawo matang itu terkekeh menampakkan lesung pipi di sebelah kiri, "Barusan pesanmu masuk pas sampai depan kosanmu. Beli apaan Yang?" Hendra mengambil alih keranjang belanjaan Dena yang sudah terisi dua minuman kemasan dan biskuit."Biasa, stok kantong doraemonku menipis. Sekalian buat bekal nungguin kamu. Nanti lama enggak?" tanya Dena sembari mengambil sebungkus kacang koro kesukaan Hendra kemudian memasukkan ke keranjang belanjaan.
"Bentar aja kok. Nanti tunggu di tempat kemarin aja ya Yang. Kalo sudah nanti aku samperin trus langsung aku anter ke Bison cafe, sekalian kita makan siang disana. Okey sayangku," Mendengar helaan nafas Dena, Hendra melanjutkan ucapannya, "Sabar ya sayang, kalau waktunya sudah tepat pasti aku kenalin sama Mama."
"Astagfirullah," ucap Dena saat merasakan hentakan pada kedua kakinya.
Seketika Dena mendundukkan pandangannya. Ia mendapati anak kecil berusia sekitar tiga tahun sedang memeluk kakinya.
"Mama," ucap balita tersebut dengan senyum merekah sempurna saat netranya bertemu sengan manik mata Dena.
Hendra mengelus punggung balita yang mengenakan kaos berkerah berwarna navy, "Eh, salah orang ya. Hayo, mamanya mana ya?"
"Halo, ganteng. Lagi cari Mamanya ya. Mama mana ya?" Dena berjongkok setelah melepas dua tangan mungil dari kakinya.
Seketika balita itu memeluk leher dan menghujamkan ciuman pada pipi Dena, "Mamaku ini."
"Eh maaf Mas, Mbak. Fillio, ayo sini Mbok Jum gendong. Itu Uti sudah selesai," ucap wanita paruh baya sembari menghampiri Dena dengan kain jarik terselempang di pundaknya.
"Ganteng, dicariin Uti nii," ucap Dena sembari membelai rambut cepak Fillio.
"Ayo le cah bagus." Mbok Jum berusaha menarik badan Fillio.
Seketika Fillio mengeratkan pelukan di leher Dena kemudian menangis.Refleks Dena berdiri menggendongnya.
"Cup cup cup, ganteng jangan menangis." Dena berusaha menenangkan Fillio.
"Lho, kenapa kok menangis? Sini Uti gendong. Fillio jadi ikut jalan-jalan sama Uti enggak? itu mobil Papa sudah di depan. Ayo cah bagus nanti lihat pesawat." Wanita paruh baya mengenakan gamis berwarna navy datang menghampiri Dena mencoba mengambil alih Fillio.
Tangis Fillio semakin pecah. Kedua tangan dan kakinya mendekap erat tubuh Dena.
"Mama, Mamaku ini," teriak Fillio histeris.
Uti Fillio seketika membeku, matanya nampak berkaca-kaca. Ia terus mengamati bagaimana Fillio enggan untuk lepas dari gendongan gadis berkulit putih berperawakan mungil itu. Sesekali gadis itu nampak tersenyum canggung kepadanya.
Dena sempat terhenyak melihat reaksi Uti Fillio tetapi ia segera mengalihkan perhatiannya kepada Fillio yang masih menangis dalam dekapannya. "Cup cup cup, sayang. Ikut Uti ya, atau mau tante anterin ke mobil?"
"Eh, apa nggak papa Nak?" tanya Uti Fillio.
"Nggak papa Bu, mari saya antar. Bentar ya Yang," ucap Dena sembari mengelus Fillio yang masih terisak dalam dekapannya.
Dena mengikuti Uti Fillio hingga di samping sebuah mobil SUV berwarna hitam. Setelah Uti Fillio memasuki mobil Dena mencoba melepas dekapan Fillio.
"Ganteng, coba lihat Uti sudah di mobil. Nanti kalau Fillio ketinggalan nggak bisa lihat pesawat lho," bujuk Dena sembari tangan kirinya mencoba mengambil sebungkus wafer kecil dalam sling bag yang dia kenakan.
"Mama, Mamaku ini," ucap Fillio tersedu.
Dena mendudukan Fillio ke pangkuan Uti. Ia melepaskan tangan mungil dari lehernya.
"Sayang, sekarang Fillio jalan-jalan sama Uti dulu lihat pesawat ya, besok main lagi sama Mama." Dena mendaratkan ciuman ke pipi gembul Fillio sembari menyerahkan wafer kepada Fillio.
Dena segera menutup pintu mobil ketika perhatian Fillio teralihkan pada wafer yang ia berikan. Sekilas Dena melihat buliran bening mengalir dipipi Uti Fillio.Mobil kemudian berjalan perlahan meninggalkan Dena yang masih diam terpaku. Seketika rasa rindu terhadap almarhumah mamanya menyeruak memenuhi relung hati mahasiswi semester enam itu. Tanpa terasa bulir bening lolos dari sudut mata gadis yang memiliki nama lengkap Cadena Putri Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Fillio?
Non-FictionDena tidak menyangka pertemuan dengan seorang balita yang memanggilnya Mama akan berbuntut panjang. Ia harus berperan sebagai Mama demi membantu kesembuhan balita tersebut. Fillio, balita berusia tiga tahun menemukan sosok Mama pada Dena. Fillio akh...