19. Berkemas

7.1K 733 14
                                    

"Pa, Dena putus!" pekik Lovina setelah menutup panggilan dari sahabatnya. Ia pun berlari dan memeluk erat Richard yang tengah duduk di sofa.

Richard terkekeh sembari membalas pelukan putri tercintanya. "Sekarang kita berkemas terus langsung balik Jogja ya, Pa. Lov sudah nggak sabar pengen bawa Dena pulang ke Jakarta. Barusan Dena bilang, dia setuju mengajukan keberangkatan ke Jakarta karena harus menghindari Hendra yang terus saja mencoba untuk menemuinya. Aaahh, tau gitu tadi Love nggak usah ikut Papa kesini," cebik Lovina sembari merenggangkan pelukannya.

"Pesawat Papa 'kan baru mengantarkan kolega ke Singapura. Jadi, besok, ya." Richard membelai rambut putri kesayangannya.

"Rumah sudah siap 'kan Pa? Mobil? Nggak mungkin kan Papa ngebiarin calon istrinya tinggal di apartemen dan naik kendaraan umum. Trus, Papa ke Singapuranya nggak lama 'kan Pa? Soalnya Papa harus gerak cepat. Pepet terus gitu lho, Pa. Jangan sampai Dena balikan lagi sama Hendra," ucap Lovina dengan penuh semangat.

Richard menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bagaimana bisa Dena tahan dengan dirimu yang begitu cerewet ini, Sayang."

"Iiihh, Papa! Lov kan nggak cerewet, hanya kelebihan kosa kata saja! Lagian kalo Papa pendekatannya kelamaan keburu Dena luluh lagi dengan perlakuan Hedra. Tahu sendiri 'kan Dena selalu saja luluh dengan janji-janjinya si borokokok itu." Lovina mengerucutkan bibirnya.

"Tenang saja, itu nggak mungkin terjadi. Mamanya Hendra sudah merendahkan Dena. Jadi, untuk balikan lagi 99% mustahil. Justru sekarang Papa curiga sama papanya si balita itu. Dia tadi bahkan mengajak Dena pergi dan makan berdua." Richard menyodorkan ponselnya yang menampilkan foto Dion dan Dena yang namapak ngobrol sembari makan di warung mie ayam.

"Dion Wibisono, informasi pribadinya dilindungi oleh RC Group. Yang jelas dia body guard utama Chevalier Cendekia. Kemapuannya luar biasa bahkan Christ tidak sebanding dengannya." Salah satu sudut bibir Richard terangkat.

"Christ si jidat kinclong itu?" tanya Lovina keheranan sembari menunjuk pimpinan body guard Papanya yang sedang duduk di meja makan tak jauh dari mereka. "Bagaimana Papa bisa tahu dia sehebat itu?" Lanjut Lovina setelah melihat anggukan kepala Papanya.

"Dia salah satu lulusan terbaik d'Smith Camp. Meskipun saat itu masih anak baru, tetapi bakat alami dan kemampuannya sudah sangat mencolok. Papa pernah melobi habis-habisan Schooth Ralf untuk menjadikan Dion anak buah Papa. Namun ditolak. Dikarenakan Dion merupakan body guard kesayangan kakak iparnya, mendiang Mr. Cendekia," jelas Richard sembari menerima kembali ponselnya.

"Uncle Schoot, sahabat mafia Papa?"

Richard kembali terkekeh. Ia mencubit gemas hidung putrinya. "Klub pejantan perkasa, Sayang. Jangan sampai calon mamamu kabur mendengar kata mafia ataupun gangster. Kalau hal itu terjadi Papa bisa patah hati."

"Tenang saja, Pa. Selama ini Dena santai saja kalau aku sebut Papa semi mafia. Jadi aman. Lagi pula Papa jangan terlalu khawatir mengenai es duren itu. Tadi Dena cerita kalau dia memergoki Hendra selingkuh saat perjalanan akan mengantarkan es duren mengurus surat untuk menikah kembali dengan mantan istrinya."

Sebelah alis Richard terangkat, "Es Duren? Durian?"

"No, Papa. Itu sebutan Dena untuk Papanya Fillio. Duren itu duda keren. Es duren karena papa Fillio itu dingin banget, cuek." Melihat raut muka tidak suka Richard, Lovina mencubit gemas kedua pipinya, "Cie, cie ketua klub pejantan perkasa cemburu ni yeee.... Tenang aja Pa, meskipun Dena jual mahal sama Papa tetapi, Dena pernah menyebut Papa Uncle ganteng."

Senyum Richard mengembang sempurna mendengar penuturan putrinya. Ia kembali teringat bagaimana ekspresi Dena ketika melihatnya secara diam-diam dengan tatapan memuja. Richard kembali membuka galeri ponselnya dan mengangsurkan poselnya kearah Lovina. "Apakah dia wanita itu?"

Mama Fillio?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang