Dering ponsel membuat Dion mengalihkan pandangannya. Ia meraih ponsel yang berada di atas meja dan segera menerima panggilan tersebut.
"Dek, jadi keluar enggak?" tanya Dion seusai menutup panggilannya.
Melihat raut muka serius Dion, Dian pun paham. Hal yang ia khawatirkan akan segera terjadi. "Mas ...,"
Dion tersenyum, "Jadi enggak? Mumpung masih jam segini. Nanti sampai sana pas buka, jadi...." Nada dering dari ponsel Dion yang lainnya menjeda ucapannya. Dengan sigap Dion segera menerima panggilannya.
Dena yang tengah bermain dengan trio balita refleks menoleh saat merasakan Dion mengeratkan cengkeraman pada jemari tangan kirinya. Dena mendapati Dion mengakhiri panggilan teleponnya. Pandangan mereka bertemu. Dena menangkap sorot kekhawatiran dari mata Dion yang kontras dengan senyuman pada wajahnya. Dion melepaskan genggaman tangan dan meraihnya kedalam dekapan. Dena merasakan sebuah kecupan pada keningnya sebelum Dion melepaskan pelukannya.
"Bu, ini Dion ada pekerjaan mendadak. Namun Dion ke kantor sama Dena soalnya sekalian mengurus laporan pernikahan di kantor. Jadi, Fillio kami tinggal dulu nggak papa kan, Bu?" tanya Dion.
"Iya nggak papa. Fillio tak ajake jalan-jalan sama belanja sekalian," Uti Fillio menjeda ucapannya dan menoleh ke arah Dian yang masih menatap Dion sendu. "Di, lhoh kamu kenapa Nduk?"
"Eh, nggak papa Bu. Cuma gelo. Sedih nggak jadi ngemall sama kakak ipar baru. Padahal kan Dian mau ngajakin Mbak Dena ngerampok Mas Dion." Dian menyunggingkan senyum tawar.
"Apa kita berangkat sekarang saja. Takutnya Nanti Fillio malah rewel kalau lihat papa sama mamanya pergi," sahut Fahri.
"Iya wis yo berangkat sekarang. Dena, tolong Fillio digantiin bajunya ya. Ibu tak siap-siap dahulu." Uti Fillio segera beranjak dari Duduknya.
"Iya, Bu," jawab Dena.
"Ayoo ayoo, siapa yang mau ikut jalan-jalan. Papa mau ke toko mainan sama beli es krim," seru Fahri.
"Ikut Papa!" seru Vella sembari berlari kerah Fahri.
"Mama, Lio ikut," ucap Fillio yang kini bergelayut manja dipangkuan Dena.
"Iya, ayo ganti baju dulu." Dena menoleh kearah Dion. "Dena gantiin baju sama nyiapin keperluannya Fillio dulu ya Mas."
"Iya, Mas tunggu di kamar sekalian siap-siap. Soalnya kita harus segera berangkat juga," ucap dion yang di jawab anggukan oleh Dena.
"Ehm, ehm. Perasaan dari pagi sudah panggil Mas terus, bukan Pak Dion lagi. Waahh pasti sudah terjadi hal-hal yang diinginkan nih." Goda Dian.
"Sudah sana cepetan siap-siap. Keburu aku dijemput Bara." Dion terkekeh melihat rona pada wajah istrinya.
Dena yang tersipu malu memilih untuk segera beranjak dan beringsut menuju kamar Fillio. Menanggapi godaan Dian hanya akan memperpanjang urusan. Pasalnya sedari tadi Dena dan Dion sudah di goda habis-habisan oleh Dian dan Fahri. Padahal sebetulnya sama sekali belum terjadi hal-hal seperti yang disangkakan oleh Dian. Kenyataanya, semalam Dena tertidur pulas dan baru terbangun ketika Dion membangunkannya yang berujung insiden "nyaris KDRT" yang dia lakukan terhadap Dion. Dena mengganti panggilan menjadi Mas pun juga buntut dari keterpaksaannya menghadapi ancaman Dion guna terbebas dari pelukannya.
"Mas, kalo ada apa-apa kabar-kabar ya. Dian pasti sangat khawatir," ucap Fahri lirih.
"Iya, tenang saja nanti perkembangannya seperti apa aku kabari. Kalian nggak usah khawatir, Mas pasti bisa menghadapinya. Aku titip Ibu ya. Ingetin Dian, jangan sampai ibu tahu tentang masalah ini." Dion mengelus pundak Fahri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Fillio?
Non-FictionDena tidak menyangka pertemuan dengan seorang balita yang memanggilnya Mama akan berbuntut panjang. Ia harus berperan sebagai Mama demi membantu kesembuhan balita tersebut. Fillio, balita berusia tiga tahun menemukan sosok Mama pada Dena. Fillio akh...