3. Mulai Goyah

11.3K 907 25
                                    

"Hey, ngelamum aja! Hendra mana? Gimana udah ketemu Mamanya? Atau cuma jadi satpam taman rumah sakit lagi? Trus izin penelitian di Bison cafe udah di acc?" cecar perempuan berambut sebahu dan bermata silver.

Dena terperanjat, "Astagfirullah, Lov. Bikin kaget aja. Kalo tanya itu satu-satu. Nyerocos aja. Beli apa Lov, sini bagi minumnya dong. Aku tadi cuma beli es krim ini aja, dah habis. Sekarang haus."

"Ya tuhan, dijawab dulu ngapa pertanyaannya. Malah mengalihkan perhatian. Baru juga nerima gajian dari Babang Amir Khan, masa kantong doraemon mu sudah kempes. Nih, minumnya. Cepetan cerita!" Lovina menyerahkan air kemasan dingin setelah duduk di kursi sebelah Dena.

"Thanks, emang buleku ini sahabat terbaik," Dena meminum beberapa tegukan kemudian melanjutkan ucapannya, "Jawabannya cuma satu. Gagal total. Hendra gak mau ajak aku nemuin Mamanya. Gagal ketemu Ownernya Bison juga. Trus tau nggak sih Lov, udah lama aku nunggu Hendra eeehh dia kirim pesan suruh pulang. Kan dongkol ya. Padahal dia yang maksa buat anterin aku ke Bison Cafe."

"Sampai kapan kamu mau kayak gini Cadena, cowokmu itu nggak jentelmen. Jika dia jentelmen, dia bakalan perjuangin kamu. Dengan dia kayak gini, dia juga nganggap kamu cewek matre." Lovina mengelus bahu Dena.

"Menurutmu, aku matre enggak?" tanya Dena dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Matre dari mananya? Uang hasil olshop sama part time mu aja cukup buat menopang hidupku setiap hari. Kalau kamu matre pasti sudah mau aku jodohin sama Papaku yang lebih segala-galanya dari Hendra. Cadena sayang, kamu tu udah pinter, baik hati, mandiri pula dan pinter masak. Mama tiri impianku deehh," ucap Lovina dengan penuh semangat.

Dena menoyor kepala Lovina, "Ngiklan teruuss, siapa juga yang mau jadi mama tirimu. Udah makannya banyak, hobi belanja pula. Bisa bangkrut aku Lov."

"Aku jamin deh kalau Papaku nggak akan bangkrut meskipun kita berdua shoping setiap hari. Yaa cuma dia semi mafia aja, makanya aku susah dapet cowok. Baru pendekatan udah di introgasi dulu sama mata-matanya yang entah ada berapa banyak dan tersebar entah dimana. Jadi, mereka udah jemper duluan." Lovina mengambil ponselnya yang berbunyi.

"Bilang aja kagak laku Lov, alesan takut sama Om Richard segala," Dena terkekeh melihat ekspresi cemberut sahabat bulenya itu.

Lovina Smith, gadis blasteran Amerika Boyolali ini adalah sahabat karib Dena. Mereka pertama kali bertemu saat daftar ulang kuliah di jurusan ekonomi manajemen.

Dahulu Lovina tinggal di apartemen, karena merasa kesepian dia sering menginap di indekos Dena. Pada awal semester kedua, setelah usaha membujuk Dena untuk tinggal di apartemen bersamanya gagal, akhirnya Papa Lovina mengizinkan putrinya tersebut kos bersama Dena.

"Ca, dapet salam dari calon suami. Bulan depan katanya mau ke Jogja nengokin putrinya yang cantik jelita ini. Pokoknya kamu harus kudu wajib ikut aku nemuin Papa," ucap Lovina membuyarkan lamunan Dena.

"Ya semoga aja jadwalku pas longgar ya Lov," jawab Dena.

"Ya elaaah sombong bener pake jadwal segala. Gampang deh, nanti aku minta Papa buat gantiin tarif bolos part time mu, kalau perlu toko babang Amir Khan KW 12 biar papa beli buat mas kawin nikahan kalian. Kan seru lihat Papa dan Mama tirimu pingsan waktu tau anak gadis yang sudah dia sia-siakan dipersunting duda kaya raya yang punya anak cantik jelita ini."

"Astagfirullah Lovina Smith, udah deh ngehalunya. Balik kos yuk," ajak Dena.

"Bentar Ca rumpi disini dulu, males ada Naila di depan kamarmu. Kayaknya lagi nungguin kamu pulang deh. Eh ralat. Nunggu Hendra. Kamu sadar nggak sih kalau dia caper sama cowokmu. Aku jadi curiga deh, dia getol banget bujuk kita pindah kesini karena dia mau nikung Hendra. Tapi gak papa ding, cewek genit kaya dia cocok banget sama cowok gak jentelmen itu," ucap Lovina santai sembari membuka kripik singkong dan menaruhnya di meja.

"Hadeh ni orang kalo ngomong mulutnya kagak ada saringannya. Lovina Smith, kamu ada dendam apa sih sama Hendra, sampe sebegitunya. Basa basi dikit lah, dia cowokku Lov. Kamu nggak khawatir aku marah sama kamu." Dena mengambil kripik singkong di meja hadapannya.

"Ca, kamu lebih tau seperti apa aku. Coba deh renungkan ucapanku tadi. Soal cewek genit dan tidak jentelmennya cowokmu itu. Jangan pake hati Ca. Pake logika. Aku tahu sebenarnya kamu juga sadar, tetapi hatimu saja yang takut tersakiti," ucap Lovina sembari asik mengunyah kripik singkong.

Dena menghela nafas. Ia sebenarnya juga merasakan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu adalah benar. Baik tentang Hendra, Naila dan juga hatinya. Namun, Dena hingga kini memilih untuk percaya sepenuhnya pada lelaki yang sudah dua setengah tahun dia pacari. Bagaimanapun, selain Lovina dan juga sepaket dengan papanya tentunya, hanya Hendra yang tetap menerima Dena setelah mengetahui latar belakang keluarganya. Meskipun sebenarnya hal itu juga yang masih menjadi ganjalan bagi Hendra untuk mengenalkannya kepada keluarganya.

"Jujur Lov, sebenarnya aku juga mulai goyah soal Hendra," ucap Dena dengan sangat pelan.

Mama Fillio?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang