Setelah empat hari dirawat dirumah sakit, akhirnya Fillio diperbolehkan pulang. Sesuai dengan permintaan Uti Fillio, begitu keluar dari rumah sakit, Dion langsung memboyong mereka ke Klaten.
"Dena, bagaimana keputusanmu? Lusa aku balik ke Jakarta. Apa sekalian bareng saja. Besok siang kita pulang Jogja untuk packing, terus lusa sorenya berangkat ke Jakarta," ucap Dion sembari sekilas menoleh pada Dena yang duduk di bangku sebelahnya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang ke Klaten seusai mengkontrolkan Fillio ke Dokter.
Mendapati Dena yang seolah masih berpikir, Dion melanjutkan ucapannya. "Fillio pasti bisa diberi pengertian. Kalau tidak merepotkanmu, aku justru ingin memintamu untuk tinggal bersama kami. Memang sih untuk sementara waktu tinggalnya di apartmen soalnya rumahnya belum selesai di renovasi. Namun, Insya'Allah nyaman lah, hanya saja ruangannya terbatas."
Dena mengamati Fillio yang tertidur pulas dalam pangkuannya. Ia menghirup dan menghembuskan napasnya perlahan, panadangannya kini beralih pada Dion yang sedang mengendarai mobilnya. "Bapak rencana menikah lagi kira-kira kapan Pak?"
Dion mengernyitkan keningnya, "Memangnya kenapa?"
" Hmmm.... Sebenarnya ketika saya memilih untuk kembali ke Jogja, keputusan saya sudah bulat. Saya akan meminta izin kepada Bapak untuk menjadi pengasuhnya Fillio sampai Fillio tidak lagi membutuhkan saya untuk menjadi sesosok Mama pengganti untuknya, yaitu ketika Bapak menikahi Mamanya Fillio." Dena menjeda ucapannya, ia berusaha memilah kata supaya Dion tidak merasa tersinggung. "Namun, kemarin Ibu dan Bapak malah meminta Dena untuk kembali ke Jakarta. Saya jadi semakin bingung, bagaimana caranya untuk mengutarakan keinginan saya tanpa harus menyinggung tentang pernikahan Pak Dion di depan Ibu. Mengingat kondisi Ibu yang masih dalam tahap pemulihan. Ditambah lagi dengan Fillio sedang sakit, tentunya hal ini akan semakin menambah beban pikiran Ibu."
Dion mengurangi laju kecepatan Mobilnya, "Dena, sebenarnya ibu sangat senang kamu ada disini. Bahkan akupun dapat melihat bagaimana bahagianya ibu atas kehadiranmu dalam keluarga kami. Ibu sangat menyayangimu. Namun, disisi lain Ibu merasa bersalah. Gara-gara Fillio kamu sampai mengorbankan banyak hal bahkan cita-citamu."
"Pak, memang itu cita-cita Dena sejak dahulu. Siapa sih yang tidak ingin mendapat jalan tol untuk bisa bekerja di Chekia Fashion dengan gaji yang sangat besar. Apalagi manusia sebatang kara seperti saya." Suara Dena bergetar ketika mengucapkan satu baris kalimat terakhir.
"Namun, kemarin saya sadar. Bukan uang yang berkecukupan yang membuat hati saya merasa penuh tetapi kasih sayang yang diberikan Ibu dan Fillio. Yeah, cita-cita dan harta mungkin bisa saya kejar nantinya, tapi untuk saat ini saya akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk memenuhi hati saya dengan Fillio dan Ibu. Sebelum nantinya saya harus benar-benar berpisah dengan mereka saat Mama Fillio datang." Bulir bening seketika lolos dari kedua pelupuk mata Dena.
"Jadi, izinkan saya tetap disini Pak. Dan saya mohon kepada bapak untuk membantu saya memberikan pengetian kepada ibu tanpa harus membuatnya kembali bersedih. Saya kembali ke Jogja bukan gara-gara Fillio yang tidak bisa tanpa saya. Namun, hati saya lah yang sangat membutuhkan Fillio. Nyatanya, selama ini bukan hanya Fillio yang merasa mendapatkan kasih sayang, tetapi saya juga mendapatkan penerimaan dan rasa kasih yang selama ini telah lama menghilang dari kehidupan saya." Tangis Dena pecah.
Dion menepikan dan memarkirkan mobilnya. Tangan kanannya mengambil tisu sedang tangan kirinya mengelus bahu Dena. "Baiklah, aku mengerti. Jika ini keputusanmu aku akan membantu untuk membicarakan semua ini dengan Ibu. Untuk masalah magang, kamu bisa membantuku menangani laporan pembukuan di Bison. Jadi, kamu bisa tetap tinggal dirumah menemani Lio sembari mengerjakan tugas dariku. Untuk masalah Chekia Fashion, kapanpun kamu siap untuk bekerja disana aku akan membantumu. Kamu tidak perlu khawatir. Oke." Dena menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Fillio?
Non-FictionDena tidak menyangka pertemuan dengan seorang balita yang memanggilnya Mama akan berbuntut panjang. Ia harus berperan sebagai Mama demi membantu kesembuhan balita tersebut. Fillio, balita berusia tiga tahun menemukan sosok Mama pada Dena. Fillio akh...