"Mama, mama kismimol,"ucap Fillio yang baru saja menghabiskan sarapannya.
Dena mengerutkan keningnya. "Apa sayang?"
Uti Fillio, Pak Man dan Mbok Jum yang sedang menyantap sarapan pun turut menoleh ke arah Fillio. Mereka turut berfikir mencoba menerka maksud dari perkataan Fillio.
"Kismimol, Mama. Kismimol." Fillio memanyunkan bibirnya. "Muuaachh!" seru Fillio.
Dena seketika membelalakkan matanya, "Astaghfirullah, kiss me more!" Dena kemudian menghujani pipi Fillio dengan ciuman.
"Em em, kaya papa. Kismimol." Kepala balita itu mengangguk riang diiringi senyum yang merekah.
Uti Fillio terkekeh, "Hati-hati Dena kalau mesra-mesraan. Ada peniru ulung. Sepertinya Fillio lagi seneng banget niru Dion. Tuh, minum susu aja minta pake cangkir yang biasa buat ngopi Dion."
Muka Dena bersemu, "Iya Bu. Lha Mas Dion itu lho Bu ...."
"Namun, Ibu senang. Setelah menikah Dion jadi beda banget. Aura kebahagiaannya memancar," sela Uti Fillio.
"Iya, selama saya kerja sama Ibu baru kali ini melihat Mas Dion begitu ceria. Kelihatan banget kalau lagi kasmaran. Nggak kaya dulu ya, Bu. Lebih banyak diam." Mbok Jum turut menimpali.
"Kelihatannya itu lebih semeleh atine. Tenteram gitu," sahut Pak Man.
"Nah, iya 'kan. Nggak cuma Ibu saja yang bilang. Alhamdulillah akhirnya Dion menemukan kebahagiaannya." Kedua sudut bibir Uti Fillio tertarik sempurna. Sedangkan Dena semakin tersipu.
"Mama, Mama kata papa, Lio pintel jagain Mama. Nanti papa pulang kelja mau diajak naik pesawat galuda. Ngeeenggg..." Fillio berlari sembari tangan kanannya memegang mainan pesawat terbangnya.
"Duh, senenge yang nanti mau naik pesawat. Pak Man sama Mbok Jum sudah berkemas-kemas 'kan. Titin sudah di rumah jogja apa belum? Soale kata Dion nek nggak capek nanti langsung berangkat ke Pacitan. Tapi nek kecapekan ya, iatirahat dulu di rumah Jogja," jelas Uti Fillio.
"Iya Bu sudah, barusan sudah perjalanan ke Jogja. Mas Dion ini lucu, mosok bulan madu ngajak rombongan," kata Mbok Jum.
"Biar banyak yang doain, Mbok. Supaya Dion lekas diberi momongan," jawab Dion yang tiba-tiba masuk ke ruang makan.
"Ya Allah Le, bikin kaget saja. Lho kok sudah pulang?" tanya Uti Fillio.
"Iya Bu, Tadi nganterin Nona Eva ke butik. Sesampainya disana malah langsung disuruh pulang. Katanya sudah disiapkan pesawat buat nanti jam satu. Ya sudah, Dion langsung pulang." Dion menyambut uluran tangan Dena. Seketika hatinya berdesir merasakan sentuhan bibir lembut Dena yang menempel pada punggung tangan kanannya. Refleks Dion menelangkup wajah Dena dan mendaratkan kecupan singkat pada pipi kanan, kiri, jidat, janggut dan terakhir bibir Dena. "Kiss me." Dion mengerucutkan bibirnya ke depan wajah Dena yang sudah bersemu.
"Kismimol, Papa. Muuach." Dion seketika menoleh. Ia mendapati Fillio yang turut memanyunkan bibirnya.
Semua orang yang berada di ruangan tersebut tergelak melihat adegan tersebut. "Mas Dion, iiihhh. Dena malu ada banyak orang. Tuh, Fillio aja samapai hafal kebiasan Mas Dion." Dena menyembunyikan wajah merah jambunya pada dada Dion.
Dion terkekeh ia memeluk erat istrinya. "Sorry, sorry, kelepasan. Sampai lupa kalau ada Ibu, Mbok Jum sama Pak Man."
"Wah, wah, wah yang lagi dimabuk asmara. Seakan dunia milik berdua. Wis sana di lanjut di kamar saja." Uti Fillio terkekeh sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Fillio?
Non-FictionDena tidak menyangka pertemuan dengan seorang balita yang memanggilnya Mama akan berbuntut panjang. Ia harus berperan sebagai Mama demi membantu kesembuhan balita tersebut. Fillio, balita berusia tiga tahun menemukan sosok Mama pada Dena. Fillio akh...