"Ayo masuk, ini apartemen kita." Dena refleks menoleh saat Dion menyebut kata kita.
Dion tersenyum. "Kata aku sudah berubah jadi kita, sayang. Sejak Mas resmi menjadi suamimu," ucap Dion seraya menutup pintu.
"Nggak terlalu luas, tetapi in syaa Allah nyaman. Sementara kita memang tinggal di rumah Sena dahulu sampai rumah kita jadi. Namun sesekali Mas akan menculikmu kesini untuk pacaran." Dion terkekeh saat mengucapkan kalimat terakhir tersebut.
Kedua pipi Dena bersemu. Ia hanya bisa pasrah saat Dion kembali merengkuh pinggangnya dan mengajak menilik semua ruangan yang ada di apartemen.
"Mas, Dena kan harus kembali ke Jogja. Kuliah Dena kan belum selesai," ucap Dena seraya mendudukkan tubuhnya di sofa.
"Iya sayang. Tinggal magang sama skripsi saja kan." Melihat anggukan Dena, Dion melanjutkan ucapannya. "Lagian magang sama penelitian skripsinya di Bison. Jadi, bisa di kerjakan di sini semua. Kan semua informasi yang dibutuhkan ada di Mas semua. Mas ada laptop bisa kamu pake. Kalau bahan skripsinya ada di laptopmu, besok-besok kalau Dian sampai Jogja biar dikirimkan. Lusa 'kan Dian sudah balik, jadi nggak perlu khawatir. Nah, baru nanti kalau memang harus ke kampus, kita balik ke Jogja." Dena pun hanya mampu mengangguk pasrah.
Dion membenahi posisi duduknya. "Sayang, Mas ingin kita berbicara serius. Membahas tentang rencana kita kedepanya. Mas tahu pernikahan ini mendadak bagimu dan Mas paham mungkin hatimu masih membutuhkan waktu untuk kembali pulih. Namun Mas ingin kita sepakat bahwa pernikahan ini serius bukan permainan. Mari bersama-sama membangun rumah tangga ini hingga akhir hayat kita." Dion mengusap lembut jemari Dena. "Mengenai rasa yang belum tumbuh dalam hatimu, Mas akan terus berusaha menumbuhkan rasa cintamu untukku. Hanya untukku seorang."
Dena semakin salah tingkah dan malu-malu. Detak jantungnya kian berloncatan ketika netranya menangkap tatapan lembut Dion. Hanya anggukan yang mampu ia layangkan.
Ya Tuhan, nggak nyangka banget makhluk ganteng dihadapanku ini adalah suamiku. Dan apa tadi katanya, berusaha menumbuhkan rasa cinta. Oh my god! Melihat senyumannya saja adek langsung meleleh baangg. Duh hatinya Dena, cepet banget sih kamu move on. Fillio, boleh nggak aku egois mengambil papamu dan tidak akan membiarkan mamamu mengambilnya kembali.
"Sayang, kok malah melamun," Melihat Dena tersentak sembari menggelengkan kepala, Dion melanjutkan ucapannya. "Begini, Mas ingin hubungan kita didasari dengan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi. Apalagi dengan pekerjaan Mas seperti ini. Kau tadi sudah mendengar sendiri penjelasan Tuan Ardie dan Nona Eva seperti apa pekerjaan Mas dan juga mengenai konsekuensi yang harus Dena terima sebagai istriku." Melihat Dena menganggukkan kepalanya Dion melanjutkan ucapannya. "Kamu nggak keberatan dengan konsekuensinya 'kan, sayang. Atau justru malu punya suami yang bekerja di bagian keamanan? Soalnya orang di luaran sana tahunya pekerjaan Mas adalah petugas keamanan Chekia Fashion."
Dena menggelangkan kepalanya, matanya kembali berbinar saat kilasan ingatan tentang pertemuannya dengan Nona Eva kembali melintasi benaknya, "Nggak, Mas. Sama sekali nggak masalah. Lagian ngapain juga harus malu, yang penting kan halal. Malah Dena nggak nyangka kalau ternyata Mas itu Bodyguard-nya Nona Eva. Mas kok keren banget sih. Astaga, bodyguard lho, kaya di film-film."
Tangan kanan Dion kini menyambar hidung mancung Dena. "Baru kamu yang begitu antusias mengetahui pekerjaan Mas. Dian saja waktu itu nyaris pingsan, dikiranya Mas ini algojo."
"Oke. Kalau begitu pertama-tama Mas ingin kita terbuka. Tidak ada rahasia diantara kita. Apapun itu tanpa kecuali. Hal kecil atau besar kita bicarakan bersama. Hanya kita, tidak ada orang lain. Bahkan ibu sekalipun. Kalau Dena merasa ada hal yang menggangu pikiran, tentang apapun itu bahkan tentang Mas sekalipun, pastikan Mas menjadi satu-satunya tempat Dena mencurahkan segalanya. Mas pun akan melakukan hal yang sama." Tangan kanan Dion mengelus kepala Dena. "Menurutmu bagaimana? Ada tambahan atau pemikiran lainnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Fillio?
No FicciónDena tidak menyangka pertemuan dengan seorang balita yang memanggilnya Mama akan berbuntut panjang. Ia harus berperan sebagai Mama demi membantu kesembuhan balita tersebut. Fillio, balita berusia tiga tahun menemukan sosok Mama pada Dena. Fillio akh...