"Mas Mas datang. Utiiiii Mas Lio datang," seru Fillio yang berada di dalam gendongan Dion.
"Alah lah lah, manjanya sama Papa. Emh emh, Mas Lio." Uti Fillio menggeleng-gelengkan kepala melihat polah tingkah Fillio.
Dena melepaskan genggaman Dion kemudian berjalan cepat menuju meja makan. "Sayang, pelan-pelan jalannya." Dion melebarkan langkahnya, kembali meraih tangan kanan Dena. "Sayang, hati-hati ya."
"Iya, Mas," jawab Dena.
"Papa," ralat Dion. Melihat muka Dena bersemu, Dion mencubit gemas pipi Dena. Sejurus kemudian ia mengarahkan pandangan ke arah meja makan. "Wah, ini kejutannya. MasyaAllah, istriku. Makasih ya sayang." Dion mendaratkan kecupan di kening Dena. "Masak sendiri?" lanjut Dion dengan kening yang berkerut.
Dena tersenyum, belum sempat melontarkan sepatah kata, Uti Fillio sudah menjawab pertanyaan Dion.
"Iya, Dena masak sendiri. Ibu kesini sudah siap semua. Jan, istrimu ini rajin banget. Le, selamat ulang tahun ya. Semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu menyertaimu..." Uti Fillio menyambut pelukan Dion sembari terus merapalkan doa-doa terbaik untuk putra kesayangannya.
"Aamiin, aamiin, aamiin..." Dion mendaratkan ciuman di kedua pipi ibunya.
"Le, biasanya kamu minta dimasakin sama Ibu, tapi sekarang sudah disiapkan Dena semuanya. Jadi, kamu mau kado apa dari ibu?" tanya Uti Fillio.
"Kadonya dari Ibu sudah Allah sampaikan ke Dion, Bu. Kado istimewa." Melihat Uti Fillio nampak kebingungan, Dion segera melanjutkan ucapannya. "Doa Ibu sudah dikabulkan. Ibu mau punya cucu baru."
"Dena hamil?" Uti Fillio menatap Dion dan Dena Bergantian.
"Iya, Bu. Alhamdulillah," jawab Dion.
"Alhamdulillah ya Allah. Selamat ya Le, Nduk. Senangnya Ibu mau punya cucu lagi. Ya Allah, Ya Allah..." Uti Fillio beringsut kemudian menghamburkan pelukan kepada Dena.
"Mbak Dena hamil!" seru Dian yang baru saja keluar dari kamarnya yang tak jauh dari dapur. Melihat Kakaknya mengangguk disertai full senyum ceria di wajahnya, Dian pun gegas menghampiri Dena, turut memeluknya bersama ibunya. "Aaaaaa... Alhamdulillah."
"Uti sama Ate De happy, Papa," ucap Fillio saat melihat airmata haru mengalir di pipi Uti Fillio dan Dian.
"Iya sayang." Pandangan Dion teralihkan oleh dering ponselnya. Lekas-lekas ia mengangkatnya.
"Sini-sini Nduk duduk di sini." Uti Fillio menarik kursi disebelahnya.
"Tadi pagi Mbak, ngetesnya?" tanya Dian
"Iya. Kemarin Mas Dion beliin test pack. Katanya siapa tahu Dena sudah hamil. Terus tadi bangun tidur Dena coba tes. Hasilnya positif. Kaya nggak percaya gitu, Mbak. Kok cepet banget ya, kan baru satu bulan. Sampai lima tes pack yang dibeliin Mas Dion berbagai merek dan jenis, Dena coba semua dan hasilnya sama. Mana test pack yang hasilnya garis itu lho mbak, itu jelas banget dua garisnya. Nggak samar-samar gitu," jelas Dena.
"Alhamdulillah. Babynya pengen ngasih kado buat Papa kok ya." Dian mengelus perut rata Dena. "Jian, Mas Dion emang nggak bisa nutupin kalau udah ngebet banget pengen Mbak Dena hamil, sampe beli lima test pack. Nggak sekalian sekardus." Dian terkekeh. "Kemaren kan pas Fillio sakit itu Mbak Dena lagi haid 'kan. Kalau nggak salah baru mulai sholat itu pas nginep dirumah Dian itu, ya. Dan besoknya Mbak Dena nikah. Jadi pas banget pas masa subur. Alhamdullilahnya lagi langsung tok cer. Benar-benar Mas Dion lagi panen kebahagiaan."
"Alhamdulillah, rejekinya Dion. Dijaga baik-baik ya Nduk, cucunya Ibu. Pokoknya kamu harus banyak istirahat dahulu, paling enggak di tri semester pertama. Wis nggak usah mikir le ngurusi Ibu, le masak, le momong Fillio atau apapun itu. Semua sudah ada yang ngurusi. Pokoknya jangan capek-capek," ucap Uti Fillio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Fillio?
Non-FictionDena tidak menyangka pertemuan dengan seorang balita yang memanggilnya Mama akan berbuntut panjang. Ia harus berperan sebagai Mama demi membantu kesembuhan balita tersebut. Fillio, balita berusia tiga tahun menemukan sosok Mama pada Dena. Fillio akh...