39. Beruntung

6.8K 623 31
                                    

Dena terkesiap melihat tumpukan barang dihadapannya. Kedua matanya menyisir satu persatu barang didepannya. Aneka ragam mainan, susu, diaper dan juga berbagai kantong belanjaan dengan merek kenamaan terjajar rapi di hadapannya. Keluarga Rajh sepertinya benar-benar bersuka cita dengan kehadiran Fillio sebagai cucu pertama laki-laki dalam keluarga mereka yang digadang-gadang akan menjadi penerus keluarga Rajh. "Beruntung sekali Fillio memiliki dua keluarga yang begitu menyayanginya," gumam Dena.

"Akhirnya pengantin barunya datang juga. Semalam kalian nggak tidur ya Ca, kok jam segini baru kesini. Ah, aku jadi iri. Jiwa jomloku meronta-ronta melihat kemesraanmu dengan suamimu." Lovina terkekeh saat melihat kedua mata Dena yang nyaris keluar.

Dena memerosotkan bahunya diiringi dengusan pelan. Ia tidak bisa menyangkalnya, tebakan Lovina tidaklah salah. Pantas saja Dion memesan kamar yang terpisah, ternyata suaminya itu benar-benar memanfaatkan waktu liburnya untuk menikmati rangkaian acara bulan madu yang Nona Eva siapkan untuknya. Dena berjalan menghampiri Lovina yang masih asyik rebahan di tempat tidur dangan ponsel di tangannya. Dena menghempaskan tubuhnya di sebelah Lovina.

"Ca, berarti nenek lampir itu tidak tahu kalau Dion bukan ayah kandung Fillio, Ya?" Lovina meletakkan ponselnya. Ia memiringkan tubuhnya menghadap sahabatnya yang kini tengah memejamkan kedua matanya.

"Iya dan asal kau tahu. Semenjak kami menikah, dia terus meneror Mbak Dian dan pegawai Mas Dion untuk menanyakan alamat Kami di Jakarta. Hampir setiap hari ibu mendapatkan laporan keributan di depan rumah Jogja." Dena membuka kedua matanya, ia memeringkan tubuhnya. Dena mendapati tatapan serius dari sahabatnya.

"Terus rekasi suamimu bagaimana?" Raut muka sahabatnya terlihat begitu antusias.

"Mas Dion mah, cuek banget. Dia cuma bilang suruh diemin saja yang penting dia tidak sampai melukaiku ataupun keluarganya. Kalau hasil tes DNA Fillio keluar baru kami akan menemuinya," jawab Dena.

Lovina terkekeh, "Maneken kutub gitu loh! Pesenku cuma satu Ca, jangan biarkan dia merebut kebahagiaanmu dengan Dion. Kadang kau memang boleh mengalah ataupun pasrah dengan keadaan, tetapi pada beberapa hal kau harus memperjuangkan mati-matian. Ingat, wanita seperti dia tidak layak untuk mendapat belas kasihan darimu. Apalagi sekarang sudah jelas-jelas antara Dion dan Fillio tidak ada hubungan darah." Lovina memegang lengan Dena, "Sudah saatnya kau berbahagia dan menikmati hidup, Ca. Jangan pernah ragu ataupun takut untuk menghadapi nenek lampir itu. Ada keluarga Smith yang selalu mendukungmu."

Dena menganggukkan kepalanya dua kali. "Iya, Lov. Makasih."

"Sayang, sepertinya kita harus berangkat sekara ..." ucapan Dion terhenti saat melihat tumpukan barang dikamar. Dion membalikkan badannya. "Tuan Rajh, apakah Anda berniat untuk membuka baby shop di rumah saya?"

Terdengar tawa menggelegar dari ruang sebelah. "Itu belum seberapa Dion, semalam papa nyaris tidak tidur karena terlalu asyik menyiapkan list apa-apa yang akan diberikan untuk sang penerus keluarga Rajh yang tampan ini. Bahkan aku dan Amir sampai iri dibuatnya. Itu lihatlah, jari papa sudah sibuk dengan ponselnya. Aku berani bertaruh, setelah barusan mendapatkan alamatmu di Jakarta papa pasti langsung sibuk mencari rumah di dekat lokasi rumahmu." ucap Balraj.

"Sepertinya kami akan sering merepotkanmu, Ibu Shinta," ujar Tuan Rajh disertai kekehannya.

"Tidak masalah, Tuan Rajh. Fillio pasti bahagia memiliki keluarga baru yang begitu menyayanginya," jawab Uti Fillio.

"Aku janji, sampai kapanpun Fillio tetap akan menjadi cucu kita bersama. Bagaimanapun kami sangat berterima kasih atas kebesaran hati Ibu Shinta sekeluarga yang telah menerima, menyayangi, dan merawat cucu kesayanganku ini dengan sangat baik." Tuan Rajh mengelus kepala Fillio yang tengah asyik bermain dengan mainan barunya di pangkuan Balraj.

Mama Fillio?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang