Sabtu, pukul 07.00 pagi
Hari ini, Dava berencana untuk pergi ke mal. Namun, bukan untuk berbelanja melainkan untuk mengambil sesuatu yang sudah dipesannya sejak satu minggu yang lalu. Tepatnya, mengambil hadiah untuk Ayaka, di salah satu toko perhiasan di mal tersebut.
Iya, buat Ayaka. Kenapa? Karena besok adalah tanggal lima belas November, tanggal mensiversary hubungan spesial Dava dan Ayaka yang kesatu bulan.
Meski sudah membayar dan pesanannya juga sudah ada. Namun, Dava tetap mengambilnya sendiri. Sengaja, karena dia berniat untuk memberi kejutan untuk Ayaka. Bisa gagal kejutannya, kalau Ayaka sampai tahu apa hadiahnya. Oleh karena itu, Dava memilih mengambil hadiahnya sendiri, daripada harus dikirim ke rumahnya.
Sebelum pergi, Dava menyempatkan diri untuk bercermin. Hanya sekadar untuk melihat apakah rambutnya sudah rapi atau belum. Mengenai gaya berpakaian, Dava tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya memakai kaos polos abu-abu, yang dilapisi dengan hoodie coklat kesukaannya, sedangkan untuk bawahannya, Dava memakai jeans. Lalu, untuk alas kakinya Dava memakai sepatu sekolah yang berwarna hitam. Sengaja, karena dia tidak ingin menambah cucian pada minggu ini.
"Oke, udah rapi."
Setelah berkata begitu, Dava berjalan menuju pintu kamarnya. Dia lalu membuka pintu tersebut, ketika sudah berdiri di depannya. Namun, ketika pintunya terbuka, Dava terkejut saat melihat Ayaka yang sudah ada di depan kamarnya.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah penampilan Ayaka. Atasan kaos putih polos, yang dimasukkan ke dalam rok selutut berwarna hijau lumut, plus tas selempang kecil yang kemungkinan besar berisi ponsel dan dompet gadis itu. Serta dengan riasan wajah yang sederhana. Namun, tetap terlihat cantik.
"Kamu mau ke mana, Ay? Pakai dandan segala," tanya Dava, penasaran.
"Onii-chan sendiri mau ke mana?" Ayaka justru balik bertanya.
"Aku mau ke mal, mau beli pakaian," dusta Dava. Beruntung, Ayaka langsung percaya.
"Kalo gitu, aku ikut. Ada sesuatu yang harus aku beli."
Mendengar itu, Dava cepat berkata, "Barang apa? Biar aku yang belikan," tawarnya, mencoba untuk mencegah Ayaka ikut bersamanya. Namun, Ayaka menolak tawaran Dava.
"Hanya aku yang bisa beli barang itu. Jadi, aku harus ikut Onii-chan untuk membelinya sendiri. Lagian, Onii-chan enggak akan 'sanggup' membelinya," jawab Ayaka. Jawaban yang membuat dahi Dava berkerut.
"Kenapa aku enggak sanggup buat beli barang yang kamu inginkan? Apa karena harganya?" tanya Dava bingung.
"Bukan. Sekalipun murah, Onii-chan tetap enggak akan 'sanggup' beli." Dava tambah bingung mendengarnya.
"Emang barang apa sih, Ay?" Dava bertanya lagi. Kali ini, dia benar-benar penasaran dengan barang yang Ayaka maksud.
Meski murah, tapi gue tetap enggak akan sanggup beli? Emang barang apa sih? Begitulah pikir Dava.
"Sesuatu yang sangat aku butuhkan. Tanpa itu, aku enggak akan bisa keluar rumah. Bahkan, keluar kamar." Ayaka menjelaskan. Namun, tidak berguna, karena penjelasannya justru membuat Dava semakin bingung.
Melihat Dava yang hanya menatapnya dengan tatapan bingung dan Ayaka juga tidak berniat untuk memberitahu Dava karena malu, gadis itu pun berkata, "Pokoknya ini penting buat aku, dan harus aku yang beli. Jadi, aku harus ikut Onii-chan! Titik!" serunya, bersikeras.
Mau tak mau, Dava terpaksa mengizinkan Ayaka ikut bersamanya.
"Iya-iya," jawab Dava pasrah.
Dava dan Ayaka lalu pergi ke mal bersama, dengan mengendarai mobil. Namun, tanpa mereka sadari, ada dua mobil yang mengikuti mobil Dava.
KAMU SEDANG MEMBACA
BSC (Brother Sister Complex) (terbit)
Teen FictionSudah terbit, oleh penerbit Samudera Printing. Part masih komplet. _______________________________________ Blurb: Kehidupan Dava Aldiano Nova berubah setelah kehadiran Ayaka Putri Handini. Yang tak lain adalah adik tirinya. Awalnya, Dava berat h...