KETIKA DAVA SAKIT

559 56 5
                                    

"Onii-chan, bangun! Sekolah!" Ayaka memanggil Dava di depan pintu kamar Dava yang masih tertutup, karena kakak tirinya itu masih belum bangun juga. Namun, tidak ada jawaban.

Ayaka pun memutuskan untuk masuk ke kamar Dava. Tentu saja, untuk membangunkan Dava. Sudah satu minggu, Ayaka tidak membangunkan Dava. Sejak sudah bisa memasak sendiri, Ayaka sudah tidak pernah membangunkan Dava lagi.

Meski begitu, Dava tidak pernah telat bangun. Dava selalu bangun pukul 06.00 pagi. Kecuali saat tanggal merah, atau hari libur. Baru Dava tidur lebih lama.

Masalahnya hari ini tidak libur dan bukan tanggal merah dan baru kali ini Dava telat bangun di hari sekolah. Akan tetapi, Ayaka tidak ingin ambil pusing. Dia berspekulasi, jika Dava tengah asyik di alam mimpinya.

"Ish, kenapa masih tidur sih?" gerutu Ayaka, ketika melihat Dava yang masih tidur di tempat tidurnya.

Ya, Ayaka sekarang sudah ada di kamar Dava. Pintu kamar yang tidak pernah dikunci, membuat Ayaka masuk dengan mudah.

Ayaka pun menghampiri Dava, berniat untuk membangunkannya. Ketika Ayaka sudah di samping tempat tidur Dava dan baru saja hendak membangunkan kakak tirinya itu. Namun, Dava sudah bangun lebih dulu.

"Eh, Ayaka. Lo udah siap berangkat sekolah?" tanya Dava lemah, ketika melihat Ayaka yang sudah berada di samping tempat tidurnya.

Ayaka pun khawatir melihat kondisi Dava.

Apa Onii-chan sedang sakit? batin Ayaka bertanya. Pertanyaannya pun langsung terjawab, ketika Dava tiba-tiba ambruk setelah bangun dari tempat tidurnya. Beruntung, Ayaka berhasil menangkap tubuh Dava, sebelum Dava terjatuh ke lantai.

Ayaka lalu membaringkan Dava kembali pada tempat tidur. Kemudian, dia menyentuh dahi Dava dengan telapak tangan kanannya.

Panas.

Tubuh Dava panas dan wajahnya pucat. Jelas sekali, Dava sekarang sedang sakit. Tanpa babibu, Ayaka pun langsung menelepon dokter kepercayaan ayah tirinya.

***

"Gimana kondisi onii-chan, Dok?" tanya Ayaka cemas, pada Herman. Dokter yang memeriksa kondisi Dava.

Herman adalah dokter kepercayaan, sekaligus sahabat Hendra.

"Dava hanya terkena demam dan anemia ringan. Biarkan dia beristirahat, dua sampai tiga hari. Setelah itu, dia pasti sembuh," jawab Herman, seraya mengulas senyum.

Ayaka pun menarik napas lega mendengarnya.

"Kalo boleh tahu, kamu dapat nomor saya dari siapa?" tanya Herman penasaran, meski sudah bisa menebak jawabannya.

"Papa yang ngasih. Sebelum saya berangkat ke Indonesia, papa sengaja ngasih nomor Dokter untuk berjaga-jaga jika seandainya saya atau onii-chan sakit," jelas Ayaka. Herman hanya ber-oh ria, menanggapi penjelasan Ayaka.

Herman lalu mengamati Ayaka. Dia masih tidak percaya, bahwa gadis di depannya ini adalah anak dari sahabatnya sejak SMP. Kemudian, Herman tersenyum, mengingat kebiasaan jelek sahabatnya.

Dasar Hendra, dari dulu sampai sekarang masih belum berubah. Masih tidak mau, memberitahu kabar gembiranya pada orang lain, gumam Herman dalam hati.

Herman lalu memberikan resep obat untuk Dava kepada Ayaka. Kemudian, dia meminta Ayaka untuk membeli obatnya di apotek miliknya, yang tidak jauh dari rumah Dava.

Herman pun pamit, untuk mengantarkan surat keterangan sakit Dava dan surat izin Ayaka ke kelas mereka masing-masing, sekaligus kembali ke rumah sakit tempatnya bekerja.

BSC (Brother Sister Complex) (terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang