Enam tahun yang lalu
Minggu, pukul 05.00 pagi
Byur!
Dava langsung terbangun ketika satu ember penuh dengan air dingin membasahi tubuhnya. Bukan hanya tubuh Dava saja yang basah, tapi juga piyama beserta selimut dan tempat tidurnya.
Pelakunya tidak lain adalah Ema.
"Cepat bereskan kekacauan ini, lalu bersih-bersih rumah!" perintah Ema, sebelum akhirnya berlalu dari kamar Dava.
Dava merutuk dirinya sendiri karena lupa menyetel alarm wekernya. Jika saja dia tidak lupa, Ema tidak akan membangunkannya. Ya, setiap hari libur, Dava diwajibkan bangun pukul 04.30 pagi untuk bersih-bersih rumah. Jika terlambat bangun, maka Ema akan mengguyur Dava dengan air dingin agar anak itu bangun dari tidurnya.
Sekarang, pekerjaan Dava bertambah. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Dava menjemur kasurnya di halaman depan rumah, sedangkan selimut dan piyamanya dia jemur di balkon. Kemudian, Dava pun menyapu dan mengepel rumah.
Ketika Dava menyapu ruang tamu, dia melihat Ema yang tengah menikmati nasi goreng untuk sarapan. Anak itu hanya bisa menelan ludahnya. Dava lapar, tetapi tak berani untuk sarapan sebelum pekerjaan rumahnya selesai. Selain itu, Dava baru diperbolehkan makan, setelah Ema selesai makan.
Dua jam berlalu, pekerjaan rumah Dava akhirnya selesai. Dia pun pergi ke dapur untuk sarapan. Namun, saat tiba di meja makan, hanya ada selembar roti tawar di piring. Dava menyambar roti tersebut, lalu memakannya dengan lahap.
Semalam, Dava hanya makan sedikit. Itu pun hanya makanan sisa di piring saji. Ya, Ema hanya memasak untuk dirinya sendiri. Meski lebih, tetapi hanya cukup mengenyangkan perut satu orang.
Sembari makan, Dava menyeka air mata yang mengalir dari sudut matanya. Sakit hati, ketika mengingat bahwa Ema tidak pernah menyayanginya.
Mendapat lebih banyak uang dari Hendra, menjadi satu-satunya alasan yang membuat Ema bahagia dengan kehadiran Dava. Selebihnya, Ema menganggap Dava sebagai beban. Dava juga mengetahui hal itu. Membuat dadanya tambah sesak karena sakit yang teramat sangat di hatinya.
***
Selesai sarapan, Dava pun mandi. Dia lalu bersiap-siap untuk ke rumah Tania. Hari ini, Dava pergi ke rumah Tania untuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru mereka. Namun, keberangkatan Dava tertunda karena interogasi yang dilakukan Ema.
Ema memang melarang Dava untuk bepergian keluar rumah. Termasuk main di lingkungan sekitar. Dava keluar rumahnya ketika berangkat sekolah, atau saat-saat tertentu saja. Seperti, ketika harus belajar kelompok.
Setelah diinterogasi, Dava diizinkan untuk ke rumah Tania dengan diantar Ema. Sebenarnya Ema enggan untuk mengantar Dava, tetapi dia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada putranya itu.
Bisa-bisa Hendra marah kepadanya karena dianggap menelantarkan Dava. Ema juga tidak mau para tetangga melabeli dirinya sebagai ibu yang kejam. Meski memang begitu kenyataannya.
"Nanti pulang naik angkot karena aku ada urusan dan ingat, jangan bicara sembarangan tentang diriku! Jika melanggar, kamu tahu sendiri akibatnya," ancam Ema. Dia lalu memberikan uang sepuluh ribu rupiah pada Dava.
Dava menerima uang itu. Kemudian, mengangguk. Dia pun turun dari mobil, sebelum mobil itu akhirnya melaju meninggalkan Dava di depan rumah Tania.
***
Kamar Tania
"Maaf, merepotkan kamu," ucap Dava, saat melihat Tania membawa sepiring nasi dengan tempe goreng dan sup sebagai lauknya. Juga segelas air mineral sebagai minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BSC (Brother Sister Complex) (terbit)
Fiksi RemajaSudah terbit, oleh penerbit Samudera Printing. Part masih komplet. _______________________________________ Blurb: Kehidupan Dava Aldiano Nova berubah setelah kehadiran Ayaka Putri Handini. Yang tak lain adalah adik tirinya. Awalnya, Dava berat h...