DENDAM VIVI

181 38 1
                                    

Waktu di Surabaya, Vivi memiliki seorang sahabat, namanya Vega. Lengkapnya, Vega Rahma Dewi.

Vivi dan Vega sama-sama lahir di Surabaya dan rumah mereka bersebelahan. Meski sahabat baik, Vivi dan Vega memiliki sifat yang bertolak belakang. Vivi hiperaktif dan mudah bergaul, sedangkan Vega kebalikannya, pendiam dan sulit bergaul. Namun, meski pendiam dan terlihat anti sosial, Vega adalah teman yang baik.

Vivi mengakui hal itu. Sebab, dia sudah sering melihat dan merasakan sendiri kebaikan Vega. Yang paling Vivi ingat adalah saat Vega menyelamatkan nyawanya dari mobil 'gila' yang melaju ke arahnya, ketika dia masih berumur delapan tahun.

Akan tetapi, kebersamaan mereka berdua harus berakhir, ketika Vivi berumur sebelas tahun. Ketika Vivi masih menduduki bangku kelas lima SD. Dia pindah ke Amerika Serikat untuk menemani Karin—ibu Vivi, yang sedang dirawat di sana karena kanker serviks stadium tiga yang dideritanya. Menggantikan Erik—ayah Vivi, yang tidak bisa menemani Karin karena terlalu sibuk kerja.

Satu tahun kemudian, Vega bersama orang tua dan adiknya pindah dan menetap di Bandung. Namun, meski jarak memisahkan, hubungan mereka berdua tidak pernah renggang. Vivi sering mengobrol bersama Vega. Baik melalui via WhatsApp, Facebook, atau media lainnya.

Akan tetapi, Vivi harus rela kehilangan sahabatnya, ketika tahu Vega telah meninggal. Vega bunuh diri, dengan memotong pembuluh arteri pada tangan kirinya menggunakan pisau. Dia melakukan itu, karena tidak tahan dengan bullying yang dilakukan oleh teman sekelasnya.

Vega memang sering jadi bahan bullying anak lain. Sifatnya yang pendiam dan susah bergaul, membuat pem-bullying ingin terus mengganggunya.

Beruntung, saat itu ada Vivi yang terus melindunginya. Namun, setelah kepergian Vivi ke Amerika Serikat, Vega menjadi bahan bullying lagi. Meski masih ada Dara—adik Vega, Vega tetap jadi bahan bullying. Apalagi adiknya itu tidak bisa terus bersama sang kakak, karena mereka beda kelas dan bullying itu berlanjut di sekolah baru Vega. Tentu saja, pem-bullying-nya berbeda.

Ya, Rose-lah pem-bullying di sekolah baru Vega. Namun, bullying yang dilakukan Rose lebih keterlaluan dibanding bullying dari anak lain, yang pernah mem-bullying Vega.

Rose pernah mem-bullying Vega, dengan melorotkan celana olahraga Vega di lorong kelas yang sedang ramai. Membuat Vega malu dan ingin menghilang dari dunia, karena celana dalamnya dilihat banyak orang.

Ketika Rose ditanya guru, kenapa melorotkan celana Vega, Rose mengatakan jika dia tidak sengaja. Pun Rose mengatakan, jika dia tersandung kakinya sendiri dan berakhir tidak sengaja melorotkan celana olahraga Vega.

Bukan hanya itu, Rose juga pernah mengunci Vega di toilet, setelah sepulang sekolah. Beruntung, Dara melihatnya. Jadi, dia dengan cepat menolong Vega setelah kepergian Rose.

Sebenarnya, Dara tidak ingin melihat kakaknya terus di-bullying Rose. Dia ingin membalas perbuatan Rose pada sang kakak. Namun, Vega selalu melarangnya.

Vega selalu bilang, "Jangan membuat masalah sama Rose, kalo enggak mau ayah kehilangan pekerjaan." Begitulah ucapan Vega pada Dara, setiap kali adiknya itu ingin membalas dendam.

Vega juga melarang Dara untuk mengadu pada orang lain. Sebab, Vega tidak ingin ayahnya sampai kehilangan pekerjaan. Ya, Rose memanfaatkan Daniel—ayah Vega dan Dara—yang bekerja sebagai direktur di salah satu perusahaan ayahnya. Rose selalu mengancam, akan meminta Rian untuk memecat Daniel, kalau Vega berani menyerang balik.

Vega yang tidak tahu sifat Rian yang sebenarnya, dengan mudah masuk ke perangkap Rose. Dia selalu menerima segala macam perlakuan Rose kepadanya. Meski itu sangat menyakitkan, tetapi Vega selalu mengatakan itu tidaklah sakit. Bohong tentunya, karena tiga bulan sejak pertama kali di-bullying Rose, Vega akhirnya menyerah dengan rasa sakit itu dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

BSC (Brother Sister Complex) (terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang