Minggu, pukul 06.30 malam
Viona berdiri di depan pintu kamar Tania yang sedari tertutup. Dia mengambil napas panjang, sebelum akhirnya mengetuk pintu tersebut.
Tok! tok! tok!
"Kak, aku masuk ya?" tanya Viona, setelah mengetuk pintu.
"Masuk aja. Enggak dikunci kok," jawab Tania, yang berada di dalam kamarnya.
Viona tahu itu. Dia tahu pintu kamar Tania tidak dikunci karena kakaknya itu memang tidak pernah mengunci pintu kamarnya. Sama seperti Dava. Viona sengaja tidak langsung masuk karena sedang memikirkan baik-buruknya membahas masalah itu dengan Tania.
Setelah mendapat izin, Viona membuka pintu kamar Tania dan mendapati sang kakak sedang duduk bersandar pada sandaran tempat tidur, sambil memeluk boneka kesayangannya, yaitu boneka pinguin besar. Hadiah pemberian Dava.
"Masih belum bisa move-on ya, Kak?" Viona bertanya lagi, begitu sudah masuk ke kamar Tania. Dia pun duduk di tempat tidur kakaknya itu. Tepatnya, di samping kiri Tania.
"Hehehe, gitu deh. Kamu kan tahu aku udah lama mencintai Dava. Sekalinya ditolak, aku bakal susah buat move-on," ucap Tania, blak-blakan.
Ya, aku tahu itu. Viona menjawab di dalam hati.
Sebenarnya, Viona tidak ingin membahas masalah itu dulu. Namun, dia juga enggak mau menyembunyikan sesuatu yang berkaitan dengan Dava dari Tania. Setelah berpikir sejenak dan mengambil napas panjang lagi, Viona pun memutuskan untuk memberitahu Tania.
"Kak, Jumat lalu aku udah bilang, kalo kak Dava udah punya pacar, kan? Sepertinya aku tahu siapa pacar kak Dava." Viona memulai obrolan.
Ya, Viona sudah memberitahu tentang Dava yang sudah mempunyai pacar pada Tania di Jumat lalu. Tepatnya, saat mereka berdua sedang membantu beres-beres dagangan kantin ibu mereka.
"Ayaka, kan?" tebak Tania.
"Iya," jawab Viona, in-connect. Otak gadis itu loading.
"Eh?!" Viona yang sudah connect, terkejut mendengarnya. Pada saat itu juga, Viona menoleh ke kanan dan mendapati Tania yang juga menoleh ke arahnya, sedang tersenyum.
"Benar, kan?" Tania bertanya lagi, masih sambil tersenyum.
"Kakak udah tahu?" Viona balik bertanya.
Sebelum menjawab, Tania mengalihkan pandangannya ke depan. Dia lalu menggeleng, kemudian berkata, "Aku cuma menduga doang, mengingat Dava enggak 'dekat' sama cewek lain, selain aku dan Ayaka. Jadi, kemungkinan besar yang jadi pacar Dava itu pasti Ayaka," jelasnya.
"Kamu sendiri?" Kini, giliran Tania yang bertanya.
"Sama kayak, Kakak. Aku juga cuma menduga doang," jawab Viona.
Keadaan tiba-tiba hening. Sampai pada akhirnya ….
"Kak, aku ke dapur dulu. Mau bantu bunda masak, buat makan malam kita bertiga." Viona memecah keheningan.
Tania hanya mengangguk.
Viona pun turun dari tempat tidur Tania, lalu berjalan menuju pintu yang sengaja dibiarkan terbuka. Namun, ketika Viona berada di ambang pintu, Tania tiba-tiba memanggil namanya. Membuat sang adik menghentikan langkah, lalu berbalik untuk mendengar apa yang ingin dikatakan kakaknya.
"Aku harap, kamu enggak benci Ayaka. Jika seandainya, Ayaka beneran pacarnya Dava."
Mendengar itu, Viona tersenyum. Dia lalu berkata, "Aku enggak ada alasan buat benci Ayaka, Kak. Toh, aku enggak ada rasa ke kak Dava. Jadi, biasa-biasa aja dan kalo mereka beneran pacaran, aku bakal ikut senang dengan dukung hubungan spesial mereka. Juga mendoakan mereka langgeng dan bahagia. Sampai nikah, sampai jadi nenek-kakek."
KAMU SEDANG MEMBACA
BSC (Brother Sister Complex) (terbit)
Ficção AdolescenteSudah terbit, oleh penerbit Samudera Printing. Part masih komplet. _______________________________________ Blurb: Kehidupan Dava Aldiano Nova berubah setelah kehadiran Ayaka Putri Handini. Yang tak lain adalah adik tirinya. Awalnya, Dava berat h...