CEMBURU ( 2 )

284 43 4
                                    

Minggu, pukul 08.00 pagi

Dava sudah selesai bersiap-siap. Hari ini, Dava akan pergi bersama Tania lagi. Tepatnya, mereka akan pergi ke Taman Bunga Begonia yang ada di Lembang.

Apa mereka tidak capek ya? Padahal, semalam mereka sudah keluar bersama dan paginya keluar lagi. Ke Lembang pula.

Tidak. Karena mereka menikmatinya dan pergi ke Taman Bunga Begonia adalah janji lama. Dibuat pada hari Minggu lalu.

Tania yang mengusulkan untuk ke sana. Dava juga tidak keberatan sama sekali. Dia justru menikmati waktunya bersama Tania. Meski belum sampai pada tahap, Dava menginginkan Tania sebagai pacarnya. Akan tetapi, dia begitu menikmati waktu kebersamaannya dengan Tania.

Begitu juga dengan Tania. Bedanya, Tania begitu menginginkan Dava sebagai pacarnya. Namun, Tania tidak ingin seagresif Rose dalam mengejar cinta Dava. Tania juga tidak akan memaksa Dava untuk menerima cintanya. Jika seandainya, Dava menolak cinta gadis itu.

Dava yang sudah selesai bersiap, turun ke lantai bawah. Ketika Dava sampai di ruang tamu, dia melihat Ayaka yang sedang duduk membelakanginya, di salah satu sofa yang ada di ruang tamu tersebut.

"Gue pergi dulu. Lo hati-hati di rumah!" pamit Dava.

Ayaka tidak menjawab.

"Oi, lo dengar enggak?"

Ayaka masih tidak menjawab.

Enggak biasanya Ayaka mendiamkan gue, batin Dava heran.

Dava pun memutuskan untuk menghampiri Ayaka. Ketika sudah di belakang Ayaka, dia menepuk bahu kiri adik tirinya itu.

"Hei! Lo enggak papa?" tanya Dava, khawatir karena mendapati Ayaka lagi melamun.

Ayaka yang ditepuk bahunya pun, langsung tersadar. Dia terkejut, begitu mendapati Dava yang sudah berada di belakangnya. Ayaka cepat berdiri. Dia berbalik, lalu berkata, "Eh, Onii-chan. Udah mau berangkat?" tanyanya, mencoba bersikap biasa saja.

"Lo lagi ada masalah, ya?" tebak Dava.

Ayaka menggeleng sambil tersenyum. Tepatnya, memaksakan tersenyum.

"Aku baik-baik aja kok. Jadi, Onii-chan enggak perlu khawatir," dusta Ayaka.

"Yakin lo enggak papa? Akhir-akhir ini lo jadi pendiam dan sekarang lo melamun. Benar lo lagi enggak ada masalah?" tanya Dava lagi, tak yakin dengan jawaban Ayaka.

"Aku baik-baik aja kok, enggak ada masalah juga. Udah, Onii-chan sebaiknya cepat berangkat! Kasihan Tania senpai udah nunggu," jawab Ayaka, masih dengan senyum palsunya.

Sebenarnya, Dava masih ingin tinggal sebentar untuk memastikan Ayaka benar baik-baik saja. Akan tetapi, Ayaka sudah mengusirnya. Ayaka mendorong Dava menuju pintu depan, lalu meminta Dava untuk segera berangkat menjemput Tania, meski hatinya tidak menginginkan hal itu.

"Kalo ada masalah, lo bisa cerita ke gue," ucap Dava, ketika baru keluar rumah.

Ayaka hanya tersenyum, lalu mengangguk. Jelas, anggukannya adalah sebuah kebohongan, karena Ayaka tidak akan menceritakan masalahnya pada siapa pun. Termasuk Dava. Mungkin Ayaka akan terus merahasiakannya. Entah sampai kapan.

"Ya udah, gue berangkat dulu."

Setelah berkata begitu, Dava berjalan menuju mobil yang sudah diparkir di halaman depan rumahnya. Kemudian, Dava menaiki kendaraan tersebut, lalu memacunya menuju rumah Tania. Sementara Ayaka hanya melambaikan tangan, mengantar kepergian kakak tirinya. Setelah mobil Dava tidak terlihat, senyum pada wajah Ayaka menghilang. Digantikan raut wajah muram.

"Maaf, mungkin lebih baik onii-chan enggak tahu masalahku ini," monolog Ayaka.

Lantas, Ayaka kembali masuk ke rumah, kemudian menutup pintunya. Ya, sepertinya Ayaka akan menghabiskan akhir pekannya tanpa Dava lagi.

***

Saat ini, Dava sedang menyetir mobilnya menuju Taman Bunga Begonia, Lembang. Di samping kirinya, duduk seorang gadis yang sebaya dengan Dava. Gadis itu adalah Tania.

Mereka baru menempuh jarak tiga kilometer. Jadi, perjalanan mereka masih jauh. Apalagi sekarang sedang macet, membuat perjalanan mereka semakin lama.

Bandung macet? Serius? Iya. Jalan menuju Lembang sedang macet karena lima kilometer dari posisi mobil Dava, terjadi sebuah kecelakaan. Sebuah bus pariwisata dari arah Lembang, menabrak pembatas jalan sampai terguling karena kehilangan kendali dan badan bus itu, sekarang menutupi setengah badan jalan yang menuju Lembang.

"Ini sih bakal lama macetnya," ucap Tania.

Dava tidak menjawab.

Sedari tadi, Dava memikirkan hal lain. Jadi, tidak connect saat diajak mengobrol. Tania pun menoleh ke arah Dava dan mendapati Dava sedang melamun.

Pantas dari tadi enggak menyahut pas gue ajak ngobrol. Gue kira lagi fokus nyetir. Eh, ternyata malah melamun, batin Tania.

"Melamunkan apa sih, Dav?" tanya Tania kepo. Namun, karena Dava masih in-connect. Jadi, Dava tidak menjawab pertanyaan Tania.

Kesal karena sedari tadi didiamkan, Tania pun mencubit lengan kiri Dava. Membuat sang empunya lengan sadar dari lamunannya dan mengaduh ketika merasa sakit pada lengan kirinya akibat cubitan Tania.

"Sakit tahu!" protes Dava.

"Salah siapa melamun terus," jawab Tania, tak mau kalah.

Dava hanya mendengkus sebal, sambil mengelus bekas cubitan Tania dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih memegang setir.

"Lo melamunkan apa sih?" Tania mengulangi pertanyaannya yang tadi.

"Ayaka," jawab Dava singkat. Ya, dia sudah connect sekarang.

"Ayaka? Emang dia kenapa? Dia sakitkah?"

"Enggak … gue juga enggak tahu. Mungkin dia lagi ada masalah."

"Dari mana lo tahu, Ayaka lagi ada masalah?"

Sebelum menjawab pertanyaan Tania, Dava terlebih dulu memajukan mobilnya, karena ada sedikit ruang kosong di depan mobilnya.

"Sikapnya." Sekali lagi, Dava menjawab pertanyaan Tania dengan jawaban yang singkat. Membuat si penanya tambah penasaran. Dava pun mulai menjelaskan.

"Ayaka akhir-akhir ini jadi pendiam dan tadi, gue mergoki dia sedang melamun," jelas Dava.

Sejenak Tania terdiam. Dia bertanya di dalam hatinya, masalah seperti apa yang tengah dihadapi Ayaka? Bahkan, sampai mengubah Ayaka dari gadis periang menjadi gadis pendiam. Namun, Tania tidak menemukan jawabannya. Tania lalu memutuskan untuk bertanya lagi.

"Sejak kapan Ayaka berubah?" Tania bertanya, untuk yang ke sekian kali.

Dava berpikir sejenak, sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Entahlah. Mungkin tiga minggu yang lalu," jawab Dava, tak pasti. Jawaban itu tidak terlalu membantu Tania untuk mengetahui masalah Ayaka.

Tania pun kembali diam. Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. Tania pernah melihat tatapan Ayaka yang sulit dimengerti. Tatapan itu berbeda dari yang biasanya dan ditujukan pada Tania, ketika asyik mengobrol bersama Dava beberapa hari yang lalu. Dari situ, Tania menyadari sesuatu. Namun, Tania masih tidak yakin dengan dugaannya.

Apa mungkin Ayaka cemburu sama gue? batin Tania bertanya. Curiga.

Setelah berpikir begitu, Tania tidak bertanya lebih jauh tentang Ayaka lagi. Pada akhirnya, perjalanan mereka dipenuhi dengan kesunyian.

BSC (Brother Sister Complex) (terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang