ADIK YANG MENYEBALKAN

1.2K 92 67
                                    

Dava Aldiano Nova masih belum percaya bahwa sekarang dia menjadi seorang kakak untuk gadis loli blasteran Indo-Jepang bernama lengkap Ayaka Putri Handini, yang ternyata sudah berusia lima belas tahun dan sudah kelas sepuluh SMA.

Sejujurnya, Dava tidak begitu suka menjadi kakak untuk gadis loli tersebut. Bukan karena adik tirinya jelek, melainkan karena Dava membenci perempuan. Terlebih jika mereka memiliki sifat yang menyebalkan dan yang paling Dava benci adalah perempuan yang memiliki sifat mirip seperti sifat ibu kandungnya.

Sementara Ayaka, meski tidak memiliki sifat seperti ibu kandungnya, tetapi dia memiliki sifat yang tidak Dava sukai, yaitu manja dan kekanak-kanakan. Dengan lapang dada, Dava mencoba untuk menerima Ayaka dalam hidupnya. Meski sebenarnya, Dava ingin sekali menjerit saat mengetahui Ayaka memiliki kedua sifat menyebalkan itu.

***

Senin pagi

Dava masih tertidur pulas di tempat tidur. Dia tahu hari ini tanggal merah. Jadi, Dava memilih untuk bersantai di alam mimpinya. Apalagi sekarang masih pukul 06.00 pagi. Akan tetapi, semua tidak berjalan sesuai rencana Dava karena Ayaka datang dan mengacaukan tidurnya.

"Onii-chan, bangun! Aku lapar," rengek Ayaka, sambil mengguncang tubuh Dava. Namun, Dava tidak peduli dan memilih untuk tetap melanjutkan tidurnya.

Ayaka menggembungkan pipi, kesal dengan sifat cuek kakak tirinya itu. Senyum jail terpatri di bibir Ayaka ketika mendapat sebuah ide. Ia mengangguk yakin dengan ide konyolnya itu.

Ketika Dava mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. Tanpa ragu, Ayaka naik ke tubuh Dava, lalu duduk di 'junior'  kakak tirinya itu.

A few moments later

Merasa ada sesuatu yang berat di atas tubuhnya, Dava pun terbangun dari tidur lelapnya. Dava terkejut, ketika mendapati Ayaka yang masih mengenakan piyama sedang duduk santai di atas 'junior’-nya.

"Onii-chan, udah bangun? Buatkan aku sarapan! Lapar," ujar Ayaka, dengan wajah polos tanpa dosa.

Dava ingin sekali membentak Ayaka pada saat itu juga. Namun, dia urungkan mengingat Hendra memintanya untuk menjaga dan tidak bersikap kasar kepada Ayaka. Bukan sebuah permintaan, tetapi lebih tepatnya sebuah pemaksaan karena ada ancaman di dalamnya. Hendra mengatakan, akan memasukkan Dava ke sekolah khusus perempuan jika Dava berani kasar pada Ayaka. Oleh karena itu, Dava harus menahan emosinya meski kesal dengan perbuatan Ayaka.

"Iya, gue udah bangun. Sekarang, bisakah lo turun, agar gue bisa benar-benar bangun?" tanya Dava, sambil tersenyum. Senyum yang terpaksa.

Ayaka menurut.

"Sekarang, lo mandi dulu sana! Habis itu ganti baju, lalu makan!" perintah Dava.

Sekali lagi, Ayaka menurut. Dia pergi keluar meninggalkan Dava sendiri.

"Kenapa gue bisa punya adik kayak dia?" monolog Dava.

Dava lalu bangkit dari tempat tidurnya. Kemudian, keluar kamar, pergi menuju dapur yang ada di lantai bawah.

***

Ruang tamu, pukul 11.00 siang

Dava merebahkan tubuhnya pada sofa ruang tamu. Dia kelelahan sehabis bersih-bersih rumah. Kemarin ia tidak sempat untuk membersihkan rumah karena harus menemani Ayaka jalan-jalan keliling kompleks. Sekarang, Dava benar-benar kelelahan setelah membersihkan rumah sendirian. Tidak ada yang membantunya sebab Ayaka asyik sendiri membaca komik di kamarnya.

Kan, kampret!

Bayangkan saja, rumah bertingkat satu dibersihkan seorang diri? Tidak terbayang bagaimana capek dan lelahnya, serta tulang punggung yang seakan-akan terasa remuk. Karena itu, di dalam hati ia mengutuk Ayaka yang hanya bersantai membaca komik di kamarnya.

Saat sedang asyik rebahan, tiba-tiba Ayaka sudah berdiri di sampingnya.

Baju dengan motif hello kitty dengan rok senada terlihat pas di tubuh Ayaka. Meski terkesan seperti anak kecil, tetapi pakaian itu justru membuat gadis pencinta kartun hello kitty itu  terlihat lebih imut. Namun, Dava tidak memedulikan keberadaan Ayaka. Yang diinginkan Dava saat ini hanya satu, yaitu istirahat sepuasnya.

"Onii-chan," panggil Ayaka, manja.

"Hm?" tanya Dava malas.

"Antarkan aku ke toko alat tulis! Besok aku udah harus sekolah," pinta Ayaka.

Dava mendengkus kesal. Adik tirinya benar-benar tidak tahu situasi.

"Lo pergi aja sendiri. Dekat juga dari rumah, cuma seratus meter. Jalan kaki atau naik sepeda juga sampai. Lo juga udah tahu tempatnya," jawab Dava, menolak permintaan Ayaka.

"Antarkan aku, Onii-chan! Pakai motor biar cepat sampai!" Ayaka tidak mau menyerah.

Namun, Dava tidak memedulikannya. Dia hanya ingin bersantai dan sedang tidak ingin melakukan apa pun.

Bukannya menyerah dan pergi sendiri, Ayaka justru merengek seperti anak kecil.

"Antarkan aku, pokoknya antarkan aku!"

Guratan silang muncul di pelipis kiri Dava. Dia sudah mulai kesal.

"Onii-chan, antarkan aku!" rengek Ayaka lagi. Kali ini sembari mengentakkan kakinya ke lantai.

"Oke-oke, gue antarkan lo ke toko alat tulis," jawab Dava, frustrasi. Dia pun bangun dari rebahannya.

Ayaka terlihat senang mendengarnya. Meski tahu Dava kesal, tetapi Ayaka tidak peduli yang penting kakak tirinya itu mau menuruti kehendaknya.

"Kalo gitu, aku tunggu di luar ya, Onii-chan," ujar Ayaka, sambil tersenyum. Dia lalu pergi keluar, menunggu Dava di depan gerbang.

"Ya Tuhan, kenapa gue bisa punya adik kayak dia?" monolog Dava. Lagi.

Dava lalu pergi ke garasi rumah untuk mengambil motornya, yang akan digunakan untuk mengantar Ayaka ke toko alat tulis. Nasibnya sungguh malang, memiliki adik yang menyebalkan.

BSC (Brother Sister Complex) (terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang