Dava sangat membenci perempuan. Baginya, semua perempuan itu sama saja. Pembohong dan munafik. Sama seperti ibu kandungnya. Orang yang Dava benci.
Akan tetapi, cara pandang Dava yang seperti itu, lama-lama luntur setelah melihat dan merasakan sendiri kebaikan dari perempuan. Tepatnya, dari dua perempuan yang paling dekat dengannya. Siapa lagi kalau bukan Tania dan Ayaka.
Awalnya, Dava tidak mengakui kebaikan mereka berdua. Dia menganggap kebaikan mereka hanyalah akting, agar bisa mendapatkan hati dan kepercayaannya. Namun, setelah Dava merasakan sendiri ketulusan mereka, cara pandangnya pun mulai berubah.
"Mungkin udah saatnya buat gue berubah," gumam Dava, sebelum akhirnya tidur pada malam ini.
***
Keesokan harinya, Senin pagi
Keluarnya Rose dari SMA BHIMA SAKTI, membuat para siswi di SMA itu menarik napas lega. Khususnya, para penggemar Dava. Dengan tidak adanya Rose, mereka bisa PDKT-in Dava, atau minimal caper ke Dava tanpa takut ditekan Rose.
Akan tetapi, masih belum ada yang berani untuk PDKT-in Dava. Jangankan PDKT, yang caper saja tidak ada. Padahal, Rose sudah keluar dari SMA BHIMA SAKTI, sejak satu minggu yang lalu. Namun, masih belum ada yang berani untuk mendekati Dava karena mereka takut dengan sikap cowok itu.
Tahu sendirikan, bagaimana sikap Dava pada perempuan?
Sampai hari ini, tepatnya sampai bel pulang sekolah, masih belum ada yang berani PDKT-in Dava. Sampai pada akhirnya ….
"Kak Dava!"
Dava menghentikan langkahnya, ketika baru keluar dari kelas karena ada seseorang yang memanggil namanya.
Dava tidak kenal dengan suara itu. Namun, dari suaranya Dava bisa menebak bahwa si pemilik suara adalah seorang perempuan. Pun dari cara memanggilnya, Dava juga bisa menebak bahwa perempuan yang memanggilnya adalah adik kelasnya.
Dava pun berbalik, demi melihat sosok yang memanggilnya. Setelah berbalik, Dava dapat melihat orang yang telah memanggilnya. Seorang perempuan berhijab putih, tampak gugup di depan Dava. Dia sedari tadi menunduk sambil memainkan kaki kirinya dengan kedua tangan yang berada di belakang badan. Menyembunyikan sesuatu yang dibawanya.
Melihat si pemanggil hanya diam, Dava pun bersuara.
"Ada perlu apa … Lisa?" tanya Dava pada gadis itu.
Dava mengetahui nama gadis itu, dari nametag yang dipasang pada baju seragamnya.
Sebagai jawaban, gadis yang bernama Lisa itu memberikan sesuatu yang sedari tadi disembunyikannya. Yaitu, sebuah amplop merah muda dengan stiker love pada penutup amplop dan sebuah hadiah yang berbentuk love juga. Namun, berwarna biru.
Perbuatan Lisa itu, sukses membuat semua orang yang melihatnya terkejut sekaligus tercengang. Meski Lisa tidak bersuara, tetapi semua orang tahu apa yang dilakukannya. Ya, Lisa sedang menembak Dava.
"Jadi, ceritanya lo nembak gue nih?" tanya Dava memastikan, meski sudah tahu jawabannya.
Lisa hanya mengangguk. Jantungnya dag-dig-dug. Meski sudah menyiapkan mental jika harus ditolak, tetapi Lisa tetap takut jika Dava menolaknya secara kasar.
"Bisa tolong angkat kepala lo! Gue pengin lihat wajah lo!" perintah Dava.
Lisa tidak langsung mengiyakan. Dia tidak mau melihat raut wajah Dava yang menurut bayangannya, pasti tidak enak dipandang.
"Gue enggak bakal jawab, kalo lo tetap nunduk."
Mendengar itu, mau tak mau Lisa mendongakkan kepalanya. Dia terkejut, ketika melihat raut wajah Dava. Lisa tidak melihat raut wajah kesal atau raut wajah dingin Dava, seperti yang ada di bayangannya dan yang Lisa lihat adalah senyum ramah Dava.
Bukan hanya Lisa, tetapi semua orang yang melihat kejadian itu juga sama terkejutnya. Mereka tidak menyangka respons Dava akan sebaik itu.
"Jadi, lo nembak gue nih?" Dava mengulangi pertanyaannya. Dia mengucapkannya dengan lembut.
"I-iya," jawab Lisa gugup.
Dava diam sejenak. Sedang berpikir. Merasa bakal ditolak, cepat-cepat Lisa berkata, "Enggak usah dijawab, Kak. Aku udah tahu kok jawabannya. Lagian, rasa sukaku juga cuma sebagai seorang penggemar. Jadi, Kakak enggak perlu jawab perasaanku.
Akan tetapi, bisa enggak, Kakak nerima hadiah ini? Ini isinya coklat buatanku sendiri. Aku bikin khusus buat Kakak. Moga Kakak suka," ucapnya, sambil menyodorkan hadiahnya ke depan wajah Dava, sedangkan untuk suratnya Lisa menyimpannya di saku rok.
Dava tersenyum. Dia pun mengambil hadiah pemberian Lisa, kemudian membukanya.
Benar saja, isinya adalah coklat. Tepatnya, bola-bola coklat. Ukurannya dua kali lebih besar dibanding kelereng. Dava pun mencobanya. Dia mengambil satu bola coklat, lalu memasukkannya ke mulutnya.
"Hm, ini enak. Lo benar bikin sendiri?"
"Iya. Kakak suka?" tanya Lisa berharap.
"Sebenarnya, gue enggak terlalu suka sama makanan manis," jawab Dava.
Jawaban Dava itu membuat Lisa sedikit kecewa. Dava menyadari hal itu. Dia pun cepat-cepat berkata, "Tapi ini enak kok. Gue enggak bohong," ucapnya jujur.
Lisa pun tersenyum. "Makasih udah muji makanan buatanku. Kalo gitu aku pulang dulu ya, Kak. Maaf udah nyita waktu Kakak."
"Iya, enggak papa. Hati-hati di jalan!"
Setelah Dava berkata begitu, Lisa pergi meninggalkan Dava dan teman-temannya yang sedari tadi memerhatikan mereka berdua. Khususnya Trio Sengklek, yang sangat tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Merasa diperhatikan, Dava menoleh ke arah Trio Sengklek berada.
"Ada apa?" tanya Dava bingung.
"Lo lagi enggak demamkan, Dav?" ucap Indra ngawur.
"Enggaklah. Emang kenapa?"
"Enggak papa. Hanya saja, sikap lo tadi kayak bukan lo yang kita kenal," jawab Indra. Dava tersenyum mendengarnya. Dia lalu berkata, "Karena gue udah berubah."
Dava pun pergi ke parkiran motor sekolah, meninggalkan teman-temannya yang hanya mematung, saking terkejutnya.
***
Keesokan harinya, Dava mendapat kejutan besar. Di laci mejanya, ada banyak sekali hadiah. Juga ada banyak surat, yang sudah bisa ditebak isinya.
Ketika penggemar Dava tahu bahwa idola mereka berubah menjadi ramah terhadap perempuan. Mereka berbondong-bondong berebut memberi hadiah dan surat untuk Dava.
Masalahnya sekarang, Dava bingung mau diapakan semua hadiah dan surat itu. Dava lalu memutuskan untuk membagi hadiah dari para penggemarnya dengan Trio Sengklek, Tania, Viona, dan Ayaka. Sebab, tidak mungkin Dava menghabiskan semua hadiah yang berupa bekal buatan rumah itu sendirian. Sedangkan untuk suratnya, Dava memutuskan untuk membawanya pulang, lalu membacanya di rumah.
***
Berita tentang perubahan Dava juga sudah didengar Tania. Dia senang, karena Dava akhirnya kembali menjadi seperti dulu. Kembali menjadi Dava yang Tania kenal. Ya, Dava dulu sangat ramah dengan siapa saja. Namun, semenjak insiden enam tahun yang lalu, Dava berubah menjadi pembenci perempuan.
Sifat Dava berubah menjadi dingin dan cuek terhadap perempuan. Bahkan, cenderung kasar. Semua teman perempuannya pun menjauhi Dava karena sifatnya itu. Semua, kecuali Tania. Dia tahu apa yang menimpa Dava. Jadi, Tania tidak punya alasan untuk meninggalkan Dava.
Tania justru bertekad ingin mengembalikan Dava seperti dulu dan kini, dia berhasil. Meski keberhasilannya tidak murni dari usahanya sendiri, tetapi Tania tetap senang. Apalagi dengan berubahnya Dava sekarang, Tania bisa mulai menjalin hubungan yang lebih dari sekadar seorang sahabat.
Mulai hari ini, Tania akan memulai langkah pertamanya. Yaitu, mengajak Dava kencan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BSC (Brother Sister Complex) (terbit)
Fiksi RemajaSudah terbit, oleh penerbit Samudera Printing. Part masih komplet. _______________________________________ Blurb: Kehidupan Dava Aldiano Nova berubah setelah kehadiran Ayaka Putri Handini. Yang tak lain adalah adik tirinya. Awalnya, Dava berat h...