"Halo, Sayang. Masih ingat sama Mamamu ini?" Ucapan Ema langsung menyadarkan Dava dari lamunannya. Pada saat itu juga, Dava menduga bahwa Ema-lah yang telah menculik Ayaka.
"Di mana Ayaka?"
Sebagai jawaban, Ema membuka sebuah pintu yang ada di belakangnya. Kemudian, mengarahkan layar ponsel Ayaka ke pemiliknya yang diikat dengan tambang di sebuah kursi, serta dengan mulut yang disegel dengan lakban hitam di ruangan yang sepertinya adalah sebuah kamar. Ruangan itu kosong, tetapi dari ukurannya Dava menduga bahwa itu adalah sebuah kamar.
Namun, selain Ayaka juga ada seorang pria paruh baya di sana yang tidak lain adalah Fajar. Dava sudah mengenal Fajar, tetapi hanya sebatas mengenal wajah. Mengingat, pertemuan pertama mereka adalah saat Dava memergokinya tengah berciuman panas dengan Ema di dapur rumah Dava enam tahun yang lalu, beberapa hari sebelum tragedi penculikan Dava terjadi.
Fajar berjongkok di samping Ayaka dengan tangan kanan yang asyik bermain dengan dagu Ayaka. Melihat itu, tangan kiri Dava langsung mengepal kuat sampai kukunya memutih. Sementara tangan kanannya mencengkeram kuat ponselnya. Beruntung, ponsel itu tidak sampai dibuat rusak.
Dava ingin sekali menghajar Fajar yang seenaknya menyentuh Ayaka. Apalah daya sikon tidak mendukungnya. Jadi, niat itu Dava urungkan untuk sementara. Sebagai gantinya, dia berkata, "Jauhkan tangan kotor lo dari Ayaka!" teriak Dava, membuat Fajar menoleh ke arah ponsel Ayaka.
Mendengar itu, Fajar menyeringai. Dia memaksa Ayaka menoleh ke arahnya. Kemudian, mendekatkan wajahnya ke wajah Ayaka. Ayaka melawan dengan mencoba memalingkan wajahnya dari wajah Fajar. Namun, cengkeraman tangan kanan Fajar terlalu kuat membuat Ayaka tak bisa melawan. Ayaka pun hanya bisa menangis, memohon melalui tatapan mata dan derai air matanya untuk dilepaskan.
Dava yang melihat kejadian itu, hatinya bergejolak. Gigi-giginya bergemeretak menahan amarah yang ingin meledak dan tangan kirinya semakin mengepal kuat. Jika saja kedua orang itu ada di depannya, saat itu juga Dava sudah menembak mati mereka berdua.
Kini, kurang dari sejengkal jarak antara wajah Fajar dengan wajah Ayaka. Seruan dan ancaman Dava tak dihiraukan pria itu, dengan tetap melancarkan aksinya. Begitu pun dengan tangis Ayaka yang mulai menjadi, yang juga tidak dipedulikan Fajar.
"Sudah, jangan jahili Dava lagi. Dia sudah sangat emosi sekarang." Fajar pun menghentikan aksinya ketika Ema berkata begitu.
Ema lalu kembali berdiri di depan layar ponsel Ayaka, setelah memberi kesempatan pada anaknya itu untuk melihat keadaan Ayaka.
"Untuk dua jam kemudian, Ayaka akan baik-baik saja. Akan tetapi, jika lebih dari itu dan kamu belum sampai di sini, Mama enggak bisa jamin Ayaka akan baik-baik saja. Tetap hidup iya, tapi mungkin dalam keadaan 'kotor’."
"Kalo kalian berani apa-apakan Ayaka, gue bunuh kalian!" ancam Dava. Dia tahu maksud ucapan Ema. Namun, wanita itu tidak menghiraukan ancaman Dava.
"Mama tunggu kehadiranmu dalam dua jam. Lebih cepat lebih baik. Oh iya, satu hal lagi jangan berani kamu membawa polisi kemari. Jika melanggar, kamu tahu sendiri akibatnya." Panggilan video pun diakhiri secara sepihak oleh Ema.
Tanpa mau menunggu lagi, Dava langsung memasukkan kembali ponselnya ke saku celana, lalu mengambil motor sport-nya dari garasi rumah. Dia pun langsung menaiki kendaraan tersebut, kemudian memacunya menuju tempat Ayaka. Melupakan janjinya untuk pergi ke rumah Lili terlebih dulu.
***
Di tempatnya berada, Lili mengutuk Ema yang telah melakukan panggilan video dengan Dava. Akibat perbuatan wanita itu, rencana Lili untuk menahan Dava di rumahnya tidak akan pernah terlaksana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BSC (Brother Sister Complex) (terbit)
Teen FictionSudah terbit, oleh penerbit Samudera Printing. Part masih komplet. _______________________________________ Blurb: Kehidupan Dava Aldiano Nova berubah setelah kehadiran Ayaka Putri Handini. Yang tak lain adalah adik tirinya. Awalnya, Dava berat h...