NASI GORENG

543 64 9
                                    

Rabu pagi, kantin SMA BHIMA SAKTI

"Oishi[3]," puji Ayaka, setelah mencicipi nasi goreng buatan Ela. Dia lalu memakan nasi gorengnya dengan lahap.

Sementara Dava yang duduk di samping Ayaka dengan wajah masam, tidak selera untuk memakan bakso pesanannya.

"Duh, duh, duh, cemberut lagi nih. Masih kesal sama gosip yang kemarin?" goda Tania, yang sudah duduk di depan Dava.

Dava hanya mendengkus kesal mendengarnya. Dava kesal bukan karena masalah yang kemarin, melainkan karena ulah Ayaka tadi pagi.

***

Pada pukul 05.00 pagi tadi, Ayaka membangunkan Dava dengan cara absurdnya, yaitu dengan memasukkan sebuah es batu kotak sebesar bola pingpong ke baju Dava. Ayaka terpaksa, karena Dava tidak mau bangun sebelum pukul 06.00 pagi.

Awalnya Dava tidak bereaksi. Namun, ketika tangan kanannya menyentuh sesuatu yang dingin dan berair di perutnya. Refleks, Dava pun bangun dan langsung membuang benda itu jauh-jauh.

Ayaka pun tertawa melihat reaksi kakak tirinya itu.

Setelah Dava bangun, Ayaka memberitahukan alasannya kenapa dia membangunkan Dava pukul 05.00 pagi. Sebab, Ayaka ingin segera berangkat sekolah. Namun, bukan untuk mengerjakan tugas atau PR, melainkan untuk membeli nasi goreng Ela yang terkenal di SMA BHIMA SAKTI. Alasan Ayaka itu sukses membuat Dava kesal.

***

"Hihihi .…"

Tania cekikikan sendiri, setelah mendengar cerita Ayaka. Dia tidak menyangka, ternyata Ayaka berani mengerjai Dava. Bahkan, sampai membuat Dava kesal seperti sekarang ini. Yang lebih membuat lucu adalah raut wajah kesal Dava, yang tidak bisa membalas perbuatan adik tirinya.

Jengah dengan obrolan Tania dan Ayaka, Dava pun memutuskan untuk pergi ke kelasnya. Dia merasa dongkol menjadi bahan lelucon mereka berdua. Beruntung, Dava masih mau membayar pesanannya sendiri dan pesanan Ayaka. Jadi, Ayaka tidak perlu khawatir uang sakunya akan berkurang.

"Eh iya, kok kamu udah fasih berbahasa Indonesia, bukannya kamu lahir dan besar di Jepang?" tanya Tania, memulai obrolan baru.

Tania mengetahui hal itu karena Viona yang memberitahunya.

"Iya, aku lahir dan besar di Jepang. Aku fasih berbahasa Indonesia, karena mama mengajari aku pakai bahasa Indonesia sejak kecil,” jelas Ayaka. Kemudian, dia melanjutkan makannya yang belum selesai.

"Suka banget sama nasi goreng ya?" Lagi, Tania bertanya.

Ayaka mengangguk. "Makanan favorit aku sejak kecil," jawabnya, sambil tersenyum.

"Oh … kalo gitu, aku bisa ngasih resep nasi goreng bunda ke kamu. Nanti kamu tinggal minta Dava buatkan aja. Anak itukan jago masak."

"Benarkah?"

Mata Ayaka berbinar-binar mendengar ucapan Tania. Dia jelas mau, karena nasi goreng Ela sangatlah lezat.

"Bolehkan, Bun?" Tania meminta persetujuan ibunya.

Ela yang sedari tadi mendengar obrolan mereka berdua dari dalam kantin, langsung mengiyakan permintaan anak sulungnya itu.

"Iya, Sayang."

"Tuh, boleh. Bentar ya, aku catatkan dulu."

Tania lalu masuk ke kantin yang ditempati Ela untuk berdagang. Kemudian, dia mengambil kertas dan pulpen milik ibunya itu. Lalu, Tania mencatat resep nasi goreng ibunya pada kertas tersebut. Setelah selesai, Tania menghampiri Ayaka yang masih duduk di bangku kantin.

"Nih, resepnya." Tania lalu memberikan secarik kertas yang berisi resep nasi goreng ibunya kepada Ayaka, saat sudah berada di depannya.

Ayaka pun menerimanya dengan hati berbunga-bunga.

"Arigatou[4], Tania Senpai[5]," jawab Ayaka senang, yang dibalas dengan senyum manis Tania. Ayaka lalu pergi ke kelasnya sembari melompat-lompat saking senangnya.

___________________________________

[3] Enak

[4] Terima kasih

[5] Senior

BSC (Brother Sister Complex) (terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang