Pintu ruangan terbuka dengan sedikit keras dan tampillah Jessica di sana. Dengan senyuman yang merekah bahagia dan jari-jarinya yang ia pamerkan pada Lisa.
"Chukkae imo. Senang akhirnya Lisa bisa melihat imo menikah dengan laki-laki yang tepat." Lisa berucap setelah melihat sebuah cincin indah yang tersemat di salah satu jari Jessica. Lisa yakin jika Jessica baru saja di lamar oleh Taecyeon.
"Di mana Taecyeon sunbae sekarang? Apa langsung pulang?" Tanya Lisa karena ia menyadari Jessica tidak datang bersama lelaki itu.
"Ani. Dia sedang membeli sesuatu katanya. Dia akan menyusul sebentar lagi" kali ini Lisa mengangguk. Ia diam-diam tersenyum melihat Jessica yang dari tadi tidak berhenti memandang jarinya yang sudah di hiasi sebuah cincin.
Ceklek!
"Yook Lisa, annyeong." Taecyeon datang dengan sebuah bunga merah di tangannya. Lisa menyambutnya dengan membungkukkan sedikit badannya sebagai tanda hormat.
"Lama tidak bertemu, sunbaenim"
Taecyeon tersenyum lalu meletakkan bunga itu di atas nakas. Ia beralih mendekat ke arah ranjang Lisa dan mengelus sebentar punggung tangan gadis itu yang kini dibalut oleh jarum infus.
"Sudah lebih baik? Jessica hampir setiap hari menangis karena memikirkanmu" benar kata Taecyeon. Semenjak dia datang ke Amerika untuk menyusul Jessica, Jessica sering sekali menangis setelah menceritakan tentang keadaan Lisa. Jessica sudah terlalu sayang pada Lisa, walaupun Lisa hanya anak dari adik kandungnya.
"Sudah sangat baik,"
"Ah iya, aku titip Sica imo padamu, sunbae. Jaga dia dengan baik dan jangan pernah menyakiti atau bahkan meninggalkannya. Aku akan marah jika kau melakukan hal itu pada imo kesayanganku" ancam Lisa yang justru terdengar menggemaskan di telinga Taecyeon. Tapi Taecyeon tetap menanamkan pesan Lisa dalam hatinya.
"Arraseo, daepyonim muda."
"Daepyonim? Maksudnya?" Jessica kebingungan akan perkataan Taecyeon. Ia memandang Lisa seolah meminta penjelasan.
"Lisa sekarang mengurus perusahaan eommamu. Kau tidak tahu?" Lisa mendesis saat mendapat tatapan tajam Jessica. Jessica memang belum tahu tentang hal ini, karena Lisa ataupun Hyeko tidak ada yang memberitahunya.
"Lalu kau tahu dari mana?"
"Eomeonim yang menceritakannya padaku. Saat itu aku pergi menemuinya untuk meminta izin melamarmu," jelas Taecyeon jujur. Ia juga bingung kenapa Jessica belum tahu berita besar ini. Walaupun perusahaan yang Hyeko berikan adalah salah satu hidden company, tapi sudah banyak kerabat yang mengetahuinya.
"Mulai sekarang jangan menyembunyikan apapun dari imo, Lisa-ya. Arraseo?" Lisa mengangguk. Ia hanya belum menemukan waktu yang pas saja untuk mengatakannya pada Jessica.
"Jadi, kapan kalian akan menikah? Lisa pikir lebih cepat lebih baik, kan."
Padahal yang ingin menikah Jessica dan Taecyeon, tapi di sini Lisa yang sangat bersemangat tentang pernikahan mereka. Lisa hanya senang karena sebentar lagi Jessica akan melepas masa lajangnya.
"Secepatnya. Rencananya mungkin bulan depan atau bisa lebih cepat dari itu. Karena sebelum melamar Jessica, aku sudah menyewa gedung dan menyuruh EO untuk mendesign konsep pernikahan kami"
"Senang mendengarnya. Aku tidak sabar melihat kalian berdiri di atas altar bersama." Mereka tertawa ringan bersama. Lisa merasa berstukur karena ia tidak dibiarkan untuk merasakan kesepian. Kini ia memiliki banyak orang disekelilingnya yang siap menemaninya kapan pun itu.
"Imo, boleh minta ponselku? Sepertinya aku harus mulai membaca dan membalas pesan yang masuk." Pinta Lisa. Karena selama ia masuk rumah sakit, ponsel miliknya dipegang oleh Jessica.
*******
Rosé mengambil kalender meja beserta spidol merah miliknya. Ia membuang napasnya kasar saat menyadari jika pertemuannya dengan Lisa masih sedikit lama. Padahal ia sudah sangat merindukan sang adik tersayangnya.
"Kenapa masih lama sekali?" Pundak Rosé turun dengan lesu. Ia melingkari sebuah angka di mana itu adalah tanggal ia akan berangkat ke Amerika dengan kedua kakaknya.
"Gwaenchana, setidaknya aku sudah pasti akan pergi ke sana."
Rosé membanting tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya. Ia memejamkan matanya, berniat untuk istirahat sejenak setelah ia melalui hari yang panjang. Namun tiba-tiba suara teriakan Jisoo membuat kedua mata Rosé terbuka lebar. Dengan langkah panik gadis itu berlari menuju kamar kakak sulungnya.
Brak!
"Unnie, wae geurae? Kau terluka?" Rosé bersimpuh di hadapan Jisoo yang kini tengah terduduk di pinggir ranjangnya.
"Chaeyoung-ah~" air mata Jisoo berurai begitu saja. Membuat Rosé membawa Jisoo dalam dekapannya. Rosé pikir Jisoo sedang mengalami sesuatu yang sangat berat, karena Jisoo adalah orang yang jarang sekali menangis.
Brak!
Pintu kamar Jisoo kembali di dobrak untuk kedua kalinya. Kali ini Jennie lah yang muncul di ambang pintu Jisoo dengan bathrobe yang masih melekat ditubuhnya. Jennie langsung berlari keluar kamar mandi setelah mendengar teriakan Jisoo.
"Apa terjadi sesuatu? Kenapa unnie menangis?" Rosé menggeleng sebagai jawaban. Jisoo belum berbicara hingga kini.
"Uri Lisa... " ucap Jisoo ditengah isakkannya. Jennie dan Rosé mengerutkan dahinya bingung.
"Ada apa dengan Lisa? Dia terluka? Atau... dia sakit?"
Jisoo menggeleng mendengar ujaran Jennie. Bukan itu maksudnya, terlalu sulit untuk berbicara sekarang.
"Lisa membalas pesanku. Pesan yang aku kirim satu minggu yang lalu." Dengan tangan gemetar Jisoo menyodorkan ponselnya pada Jennie dan Rosé. Kedua gadis itu meraih ponsel Jisoo dan membaca pesan yang baru beberapa menit masuk ke ponsel Jisoo.
01223*******
My Lisa💗Unnie akan datang. Tunggu unnie di sana sampai unnie bisa menebus segalanya. Unnie... sangat menyayangimu, sayang.
-09.02 KST-
7 days agoOraenmaneyo, unnie. Nado saranghae. Aku akan menunggu kalian di sini, sampai jumpa.
-10.22 KST-Disaat bersamaan setelah mereka membaca pesan itu, ponsel Jisoo yang semula ada di genggaman Jennie terjatuh malang di lantai. Mereka berdua sama dengan Jisoo, kaget dan sangat bahagia. Membaca pesan dan ketikan dari Lisa saja sudah bisa mengobati sedikit rasa rindu mereka pada adik bungsu mereka.
Mereka bertiga berpelukkan. Menyalurkan rasa bahagia serta tangisan haru yang keluar tanpa seijin mereka. Kenapa rasanya begitu bahagia, dan kenapa mereka tidak menyadarinya selama beberapa tahun belakangan ini?
Kala itu mereka sadar, mereka sudah melangkah terlalu jauh hingga Lisa sendiri pun sudah kesulitan untuk mengapainya.
__________________
Maaf pendek✌
Rameiin yuk, bisa gaa nihh🤔
Next? Soon💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.