Jisoo terdiam di kursi kebesarannya. Menatap kosong setiap berkas-berkas yang menumpuk dihadapannya. Pikirannya kacau sekarang. Semuanya tercampur aduk menjadi satu, mulai dari masalah Seokjin, keluarga, dan yang paling Jisoo bingungi adalah... dirinya sendiri.
Helaan nafas itu terdengar saat suara notifikasi dari ponselnya berbunyi. Dengan pergerakan malas, Jisoo meraih ponselnya yang berada di atas laptopnya lalu melihat pesan yang tertera didalam sana.
"Kenapa harus aku lagi?" Jisoo menggeram kesal lalu melempar asal ponselnya ke atas meja.
"Sudahlah, daripada aku stress lebih baik aku segera ke cafe untuk rapat dan sesudah itu pergi keluar untuk menikmati udara malam," Jisoo berdiri dari kursinya, memasukkan beberapa barang penting kedalam tasnya lalu segera pergi menuju tempat rapat yang diberitahu oleh sekretarisnya melalui pesan singkat tadi.
Mobil sedan putih mewah milik Jisoo melaju membelah jalan raya Seoul. Ditemani oleh sebuah lagu yang yang dimainkan, mobil itu melaju dengan kecepatan diatas rata-rata menuju ke cafe tempatnya mengadakan rapat.
Jisoo memasuki cafe itu dengan gaya anggunnya. Membuat banyak pasang mata tertuju padanya. Berusaha mengabaikan semua itu, Jisoo tetap berjalan ke arah sekretarisnya yang telah melambaikan tangan padanya.
"Sudah lama?" Jisoo menarik kursi dihadapan sekretarisnya lalu duduk dan mengelurkan laptop serta dokumen yang memang menjadi bahan rapat sekarang.
"Clientnya belum datang?" Tanya Jisoo setelah melihat jam di tangannya. Waktu rapat seharusnya sudah dimulai sekitar tiga menit yang lalu.
"Belum, daepyonim. Sepertinya dia terjebak macet." jawab sekretaris Jisoo dengan ramah.
Karena bosan, Jisoo akhirnya mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafe yang ukurannya cukup besar itu. Salah satu cafe terkenal di Seoul karena tempatnya yang cukup strategis dan juga furniture yang sangat bagus untuk spot foto.
Pandangan tajamnya menangkap seorang pria yang sangat ia kenal dan cintai. Seokjin di sana, sedang berbincang dengan rekan kerjanya yang nampaknya sudah mau selesai. Hatinya sangat ingin menghampiri kekasihnya itu lalu menyalurkan rasa rindunya melalui pelukan. Tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat karena client Jisoo sudah datang dan ia harus memulai rapatnya sekarang.
"Kita mulai?" Sekretaris Jisoo mulai membuka laptopnya lalu bersiap untuk memulai rapat antar kerjasama perusahaan.
"Daepyonim?" Jisoo tersentak kaget setelah sebuah sentuhan dari sekretarisnya menyentuh pundaknya. Jisoo menggeleng pelan dan berusaha untuk tetap fokus pada kerjaannya.
"Ah iya, mianhae." Jisoo menunduk menyesal kepada clientnya, sedangkan kliennya itu tampak sangat acuh.
Selama meeting berlangsung, Jisoo benar-benar tidak bisa fokus, matanya hanya terus melirik pada Seokjin yang sedang tertawa bersama dengan kliennya setelah selesai rapat. Melihat kekasihnya tertawa membuat Jisoo ikut tersenyum, tetapi ada rasa sakit di hatinya karena Seokjin bukan tertawa bersamanya, melainkan bersama orang lain.
Hembusan nafas berat itu membuat keadaan menjadi tegang seketika.
"Maaf sebelumnya, tapi saya menjadi ragu untuk bekerja sama di satu proyek besar yang dipimpin oleh nona Yook Jisoo. Baru rapat seperti ini saja, dia tidak bisa menunjukkan sikap profesionalnya." Jisoo menoleh terkejut lalu langsung berdiri dan membungkuk berkali-kali sebagai tanda maafnya.
"Maaf, saya benar-benar minta maaf." klien itu mangacuhkan maaf Jisoo dan langsung berdiri serta pergi dari sana tanpa adanya penandatanganan kontrak ssperti yang sudah direncanakan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Dla nastolatkówKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.