"Cepat jalankan mobilnya, sialan!" Jessica berteriak frustasi pada supir pribadinya. Dengan tatapan takut, sang supir segera menancapkan gas dan mobil sedan mewah itu melaju membelah jalan.
Jessica terlalu kalut akan rasa takut, baru saja ia meninggalkan Lisa kurang dari lima jam, tapi gadis itu kembali ditemukan pingsan oleh bibi Cha di kamar gadis itu sendiri.
"N-nyonya, jalannya macet dan mobilnya tidak bisa jalan" Kris menatap ragu pada Jessica melalui kaca spion yang tergantung di bagian depan. Ia sudah lama bekerja dengan Jessica, dan Jessica sangat jarang marah padanya, tapi Kris mengerti keadaan Jessica sekarang.
"Cari jalan lain. Intinya saya mau sebelum lima menit berlalu, kita sudah sampai di rumah sakit" Jessica memijat pangkal hidungnya yang berdenyut. Ia baru saja meninggalkan ruang rapat yang masih berjalan. Masa bodo ia dianggap tidak profesional dalam pekerjaannya, yang pasti menurutnya, Lisa lebih penting sekarang.
"B-baik nyonya" Kris menggelengkan kepalanya pusing. Bagaimana bisa ia menerobos antrian mobil di depannya yang tampak tak berujung? Mobilnya berada di tengah-tengah dan tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang.
"Apa mobil ini bisa terbang?" Kris bergumam sembari mengedip- ngedipkan matanya stress. Pikiran Jessica memang tak akan pernah di mengerti jika wanita itu sedang panik atau khawatir.
********
Jessica berlari menelusuri koridor rumah sakit. Melihat bibi Cha berdiri gusar di depan ruangan UGD, Jessica semakin kalut.
"Bagaimana Lisa? Kenapa bisa seperti ini?" Jessica bahkan belum mengatur napasnya yang memburu. Kedua tangannya bertopang pada kedua lututnya, tubuhnya lelah.
"Nona Lisa masih di dalam. Seorang dokter muda membawanya ke dalam tadi untuk ditangani. Saya menemukan nona Lisa tergeletak di lantai kamarnya saat saya ingin mengantarkan teh hangat padanya" bibi Cha menunduk. Ia juga takut. Apalagi bibi Cha melihat dengan matanya sendiri, nona mudanya tergeletak lemah di lantai kamar yang sangat dingin karena sedang musim dingin.
Jessica menghela napasnya gusar. Padahal ia hanya meninggalkan Lisa sebentar untuk rapat pekerjaan, tetapi ternyata dalam waktu singkat itu sesuatu yang buruk terjadi lahi pada Lisa.
"Lisa-ya, kenapa kau kembali sepetti ini? Jangan membuat imo khawatir" Jessica terduduk lemas di bangku tunggu. Ia hanya bisa percayakan Lisa pada Bambam yang sedang berjuang di dalam ruangan itu.
Bermenit-menit berlalu, Jessica maupun bibi Cha tidak bisa bernapas dengan tenang sebelum Bambam keluar dari ruangan dan menyampaikan suatu berita.
"Bam-a~ bagaimana keadaan Lisa? Dia baik-baik saja bukan? Katakan pada imo dia hanya pingsan karena kelelahan saja" Jessica mencengkram lengan kekar Bambam. Bambam menundukkan kepalanya dalam- dalam, apakah berita yang ingin ia sampaikan akan menjawab keyakinan Jessica?
"Bahkan kelelahan pun bisa menjadi masalah serius pada kasus Lisa ini" Bambam menyatakan fakta yang benar. Tak ada kejadian yang wajar jika sudah menyangkut kasus Lisa, semua yang terjadi pada kesehatan Lisa bisa sangat berpengaruh pada tubuh gadis itu.
"Lalu apa yang terjadi pada Lisa sekarang, Bam?" Bambam menghela napasnya panjang lalu membasahi bibirnya yang terasa kering. Perlahan ia mengangkat kepalanya lalu menatap sendu pada Jessica.
"Dengan berat hati, aku sebagai dokter Lisa harus mengatakan kalau kondisi Lisa jauh dari kata baik-baik saja. Tubuh Lis terlalu lemah untuk menahan semua rasa sakit yang ia tanggung sendiri selama ini" Jessica luruh ke lantai. Bahunya berguncang hebat tatkala bibi Cha memeluknya dan juga terisak pelan setelah mendengar kondisi nona mudanya. Jessica hancur, lagi-lagi ia harus kecolongan tentang mesalah kesehatan Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.