20. Precious time

3.7K 454 44
                                    

Rosé membuka kedua matanya. Kedua tangannya terangkat ke udara dan sebuah senyuman yang mengembang di wajahnya.

"Pagi," Rosé menoleh pada sumber suara. Dilihatnya Lisa yang sedang berjalan ke arahnya dengan langkah tertatih.

"Kenapa kemari?" Tanya Rosé dingin. Lisa mengulas sebuah senyum tipis lalu berjalan mendekat.

"Ingin membangunkan unnie tadinya, tapi ternyata sudah bangun" perlahan Lisa duduk di sisi ranjang Rosé, berseberangan dengan posisi Rosé tertidur.

"Kalau begitu, keluarlah" Rosé berbalik membelakangi Lisa. Lisa mengerti. Rosé butuh waktu, tapi jika waktu yang diberikan kepada Rosé digunakan sia-sia, itu tidak akan baik.

"Aku hanya ingin kau berpura-pura lupa terhadap kondisi cacatku ini. Hanya selama liburan. Aku ingin mengulang waktu-waktu sebelum Jennie unnie dan Jisoo unnie berubah, dan sebelum kecelakaan itu mengubah sikapmu padaku" Lisa menatap punggung kakaknya yang membelakanginya. Rosé mendengar semuanya, bahkan gadis itu menangis dalam diam.

"Bagaimana aku bisa lupa tentang kondisimu yang seperti ini dan semuanya terjadi karena...ku" lirih Rosé.

"Hanya untuk seminggu, lupakan hal itu. Lupakan bahwa aku adik cacat dan lupakan jika aku ini penyakitan. Jadilah Chaeyoung unnieku yang seperti dulu" Rosé berbalik menatap Lisa. Menatap dalam manik mata kecoklatan milik Lisa. Hanya ada kesedihan dan beban didalam sana, tak ada yang lain.

"Sekarang Lisa mandi setelah itu unnie akan menyusul Lisa. Lisa bisa, kan mandi sendiri?" Lisa mengulas senyuman lebar di wajahnya. Rosé mengabulkan permintannya dan ia tak boleh menyia-nyiakannya.

"Lisa akan mandi sekarang!" Lisa berseru antusias. Lisa mengambil tongkatnya lalu berjalan tertatih keluar dari kamar Rosé.

Setelah melihat punggung Lisa sudah menghilang dibalik pintu, perlahan senyuman Rosé menghilang.

"Bagaimana bisa ia sesenang itu hanya karena aku mau kembali bermain dengannya?" Rosé berucap lirih. Ia hancur, dan tak akan bisa kembali seperti dulu.

"Lisa-ya~ seburuk apapun keadaan mu, kau tetap adik kesayanganku. Tak peduli bagaimana dunia menganggap mu, kau...tetaplah nomor satu di hidupku"

"Seminggu. Dalam waktu singkat ini, aku akan melupakan semua fakta yang ada. Membahagiakan Lisa dan mengembalikan senyuman Lisa adalah prioritasku sekarang" Rosé mengangguk mantap. Mulai detik ini sampai satu minggu ke depan, ia bersumpah akan mengembalikan senyuman Lisa.

********

"Lisa-ya, unnie datang~" Rosé langsung memeluk erat Lisa dari belakang. Meletakkan kepalanya di bahu milik adiknya itu.

"Unnie sudah mandi? Kok masih bau?" Lisa melirik sekilas ke arah belakang.

"Yak! Aku sudah mandi dan wangi seperti ini tapi kau malah mengataiku bau?!" Pekik Rosé lalu melepas pelukannya pada Lisa. Lisa tertawa lepas lalu menatap kakaknya itu bahagia.

"Aku hanya bercanda, unnie. Kau sangat cantik dan wangi" Lisa kembali memeluk kakaknya itu. Ia tersenyum lebar saat kedua tangannya melingkar di perut Rosé.

"Kau sudah baikkan? Ada yang sakit?" Lisa menggeleng sebagai jawaban. Rosé bernapas lega, ia takut Lisa kembali sakit nantinya.

"Kita sarapan, yuk. Sepertinya mereka semua sudah berkumpul di sana" Rosé merangkul tubuh Lisa. Berjalan bersama menuju ke dalam resort untuk sarapan bersama.

"Kau ingin duduk di mana?" Lisa terkekeh kecil. Padahal semua tempat duduk terlihat sama saja.

"Di mana saja, semuanya sama" Rosé mengangguk lalu menuntun Lisa untuk duduk di hadapannya, di samping Jennie.

Can I Say "If" [ E N D ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang