Pagi ini, Lisa terbangun karena usapan lembut dari sang kakak. Setiap pagi, Jennie akan selalu menghinggapi kamar Lisa dan membangunkan adik bungsunya itu. Peran yang seharusnya dilakukan oleh sosok kedua orangtua, tapi di keluarga ini, Jisoo dan Jennie lah yang menempati peran itu.
"Mandi dan bersiaplah. Unnie menunggumu di bawah untuk sarapan."
Lisa tersenyum dan mengangguk mendengar suara parau milik kakaknya. Suara khas bangun tidur yang menurut Lisa itu sangat menggemaskan.
"Semuanya sudah bersiap, tinggal kau yang belum. Cepatlah." tangan Jennie terulur untuk membantu Lisa bangun dari posisi tidurnya. Jennie tersenyum melihat adiknya itu mengucek sebelah matanya.
"Siap, boss." Lisa langsung melompat dari ranjangnya lalu menarik handuk yang tergantung di depan pintu kamar mandi dan masuk kedalam.
****
"Kalian harus makan yang banyak, eum? Otak kalian harus bekerja keras untuk belajar. Kalian sudah mau ujian akhir, terutama Chaeyoung, kau sudah mau lulus." Jisoo menyendokkan nasi pada piring Rosé dan Lisa.
"Ini sangat berlebihan," gumam Lisa sambil menatap tak percaya pada piringnya. Porsi makannya hanya sedikit, tapi Jisoo mengambilkan makanan untuk Lisa seperti untuk kuli bangunan.
"Tubuhmu terlalu kurus. Makan yang banyak." tegas Jisoo dengan tatapan tajamnya. Lisa hanya bisa menghela nafas pasrah.
"Hanya mereka berdua yang di layani? Aku tidak?" Jennie merajuk manja. Gadis bermata kucing itu sangat sering merajuk pada Jisoo.
"Kau sudah besar, belajarlah untuk mandiri." Jennie mendengus kesal mendengar ucapan cuek Jisoo. Lisa dan Rosé malah langsung tertawa keras mendengarnya, membuat Jennie geram.
"Jangan menertawakanku! Awas kalian berdua!" Bentak Jennie.
Jisoo langsung ikut tertawa mendengar itu. Suasana meja makan yang dihuni empat gadis itu menjadi ramai akan canda tawa. Pagi yang cerah ini diawali dengan keceriaan.
Tak! Tak! Tak!
"Sudah kubilang, aku akan pulang malam hari ini! Kenapa kau malah membuat janji makan malam bersama rekan kerjamu, huh?!"
Seketika suasana meja makan menjadi sunyi. Canda tawa yang dari tadi memenuhi meja makan terpaksa terhenti karena pertengkaran kedua orangtua mereka.
"Tapi aku sudah membuat janji pada mereka! Ini menyangkut perusahaan ku! Ini proyek besar, dan kau sebagai istri harusnya mendukungku! Bukan malah sibuk sendiri!"
Lelaki paruh baya bernama Yook Sungjae itu membentak istrinya yang tampak sangat sibuk dengan kertas-kertas ditangannya.
"Sudahlah, aku tidak ada waktu untuk mengurusi urusan seperti itu. Pagi ini aku ada meeting dengan client luar negeri, jangan membuatku pusing!"
Wanita yang umurnya hampir setengah abad yang bernama Park Sooyoung itu langsung berjalan cepat menjauhi suaminya dengan perasaan kesal.
"Eomma... " panggil Lisa pelan pada ibunya itu.
"Lisa! Sttt!" Rosé meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Memanggil Sooyoung sekarang bukanlah waktu yang tepat.
"Hallo, Lisa." sapa Sooyoung canggung sambil tersenyum sekilas sebagai tanda sapaan untuk anak bungsunya.
"Eomma mau sarapan?" Tanya Lisa antusias. Bahkan Lisa sudah mengambil piring dan hendak menyendokkan nasi keatas piring itu.
"Aniya. Eomma harus pergi sekarang. Belajar yang benar di sekolah, Eomma pergi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.