Gadis berponi itu hanya duduk diam sambil menatap hujan lebat yang mengguyur kota Seoul. Lisa mengela napasnya panjang, ia sungguh bosan. Sedari pagi, Lisa hanya diam di dalam kamar rawatnya dan ia tak bisa melakukan apapun karena dokter tidak memperbolehkannya.
"Apa kau sangat bosan?" Lisa menoleh cepat saat suara lelaki menyapanya.
"Seonsangnim" Lisa membungkuk sedikit sebagai tanda hormatnya.
"Sudah ku bilang jangan memanggilku seperti itu. Namaku Bambam, kau bisa memanggilku 'oppa'?" Bambam tertawa lepas setelah melihat Lisa yang salah tingkah. Kepalanya nenggeleng pelan lalu ia berjalan mendekati Lisa dan duduk di kursi yang berada di sisi ranjang Lisa.
"Apa aku belum boleh pulang? Aku benar-benar bosan di sini" keluh Lisa pada Bambam yang sedang menatapnya.
"Tidak. Kau tahu apa risikonya jika paru-parumu kembali bocor? Itu sangat bahaya, nyawamu akan menjadi taruhannya. Setidaknya kau harus dalam perawatan intensif selama beberapa minggu dulu" jelas Bambam yang membuat Lisa kembali menggerutu kesal.
"Kondisiku sudah membaik, bahkan aku sudah seperti orang sehat pada umumnya. Tubuhku sudah tidak sakit lagi" Lisa mengenggam lengan Bambam, berusaha membujuk lelaki berumur dua puluh lima tahun itu.
"Memang benar kau sudah terlihat baik-baik saja. Tetapi kondisi itu hanya sementara, kau akan punya masalah kesehatan lainnya akibat operasi besar itu. Hidupmu tak akan kembali seperti manusia normal pada umumnya, kau akan selalu bergantung pada obat-obatan dan rumah sakit tentunya akan menjadi rumah keduamu. Kecelakaan itu parah, Lisa. Jika kau terlambat di bawa kemari, mungkin kau sudah tidak ada di sini sekarang" jelas Bambam dengan wajah seriusnya. Bahkan cengkraman tangan Lisa terlepas perlahan karena gadis itu gugup.
"Kenapa...kau sangat jujur tentang kondisiku? Biasanya dokter lain akan selalu mengatakan 'dia baik-baik saja' seperti itu, tetapi kau malah membuat ku takut" Lisa menunduk. Apakah perkataan Bambam tadi benar? Hidupnya akan menjadi seorang gadis muda yang merepotkan dan penyakitan.
"Aku bukan tipe dokter seperti itu. Aku juga tidak menyukai dokter yang suka berkata manis seperti itu padahal pasien yang sedang ia tangani sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Aku lebih suka jujur agar pasienku sendiri tidak sembrono dengan diri mereka sendiri. Setidaknya aku harus menyadarkan mereka kalau mereka bukanlah dalam kondisi sehat dan bisa melakukan apapun tanpa adanya batasan" Lisa terkesiap akan ucapan Bambam yang menurutnya sangat bijaksana.
"Apa benar aku tidak bisa meraih impianku lagi? Aku masih ingin menikmati masa mudaku, aku ingin keliling dunia dan menjalani hidup yang ku inginkan dengan bebas" mata Lisa berkaca-kaca saat mengatakan itu. Membayangkan bagaimana impiannya pupus hanya dalam beberapa detik saja sejak kecelakaan malang itu merenggut kesempurnaan tubuhnya.
"Kau bisa melakukan itu, jangan khawatir. Masa depanmu masih setia menunggu di depan sana. Tak akan ada yang bisa merebutnya, dia akan selalu menunggumu untuk mencapainya. Jangan takut, semua akan baik-baik saja asal kau mendengarkan perintahku" tangan besar itu terangkat untuk mengelus lembut kepala Lisa. Senyumannya mengembang saat gadis di hadapannya sudah mulai bisa menerima dirinya sendiri.
"Dimana orangtuamu? Aku tidak melihat mereka dari kemarin" Bambam bersandar pada kursinya. Menatap Lisa dengan tatapan santainya.
"Mereka...tidak akan datang. Mereka sibuk mengurus pekerjaannya. Mungkin sekarang mereka lupa jika mempunyai seorang anak yang baru saja mengalami kecelakaan dan hampir mati" jawab Lisa dengan senyuman miringnya. Ia bahkan merasa miris dengan hidupnya sendiri.
"Jangan begitu, mereka juga bekerja untukmu dan kakak-kakakmu itu" Lisa menatap Bambam lalu menggeleng pelan.
"Mereka sudah mempunyai segalanya, bahkan jika mereka pensiun sekarang. Tetapi mereka tidak mau dan lebih memilih karir mereka" Bambam memilih untuk diam dan mengangguk-angguk saja. Ia tak mau mencampuri lebih lanjut tentang urusan keluarga orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.