"Aku ikut lomba itu." Lisa berujar santai sembari memasuki ruang latihan. Tentu mendapat tatapan terkejut dan bingung dari semua anggota teamnya.
"Jinjja?! Kau tidak akan membatalkannya nanti, kan?" Momo berseru heboh, sedangkan yang lainnya sudah melompat-lompat kegirangan.
"Hm."
Lisa hanya berdehem. Ia duduk di sofa yang letaknya diujung ruangan lalu mengeluarkan ponselnya. Lisa membuka gallery handphonenya lalu melihat sebuah foto. Foto keluarganya.
"Kenapa berubah fikiran?" Lisa langsung mematikan ponselnya saat Jaehyun tiba-tiba duduk disampingnya. Jaehyun membukakan satu kaleng soda dan memberikannya pada Lisa.
"Hanya ingin. Kenapa? Tidak boleh?" Lisa menengguk soda itu lalu menatap lurus kedepan. Memperhatikan dirinya dari pantulan kaca besar di hadapannya.
"Foto siapa?" Lisa menoleh pada Jaehyun lalu menatapnya dari samping.
"Bukan siapa-siapa." jawab Lisa acuh lalu mengalihkan pandangannya.
"Foto lama?"
"Lima tahun yang lalu. Itupun mereka terpaksa melakukannya. Untuk urusan pekerjaan." jelas Lisa lirih. Jaehyun merasa iba pada sahabatnya. Ia tahu sedikit tentang kehidupan Lisa, dan tentunya tentang keluarga Lisa.
"Daripada orangtua yang protective, pilih yang mana?"
"Protective. Setidaknya aku bisa merasakan kasih sayang orangtua, walaupun berlebihan." jawab Lisa lalu tersenyum kecil.
Merasakan kasih sayang dari kedua orangtuanya adalah hal yang Lisa dambakan dari dulu.
Lisa maupun ketiga kakaknya, selalu menghindari acara yang berkaitan dengan kehadiran orangtua, karena mereka tahu, hal itu tidak akan terjadi.
Berbeda dari teman-teman mereka, yang padahal hanya acara festival tahunan sekolah saja, orangtuanya datang dengan sukarela dan mendukung penuh anaknya.
"Setidaknya kau tidak sendiri. Ada Unniemu dan kami di sini. Kasih sayang tidak hanya dari orangtua saja." Jaehyun berdiri lalu mengulurkan tangannya pada Lisa.
"Kajja! Kita latihan saja. Kami sudah membuat seperempat koreografinya, sisanya, kau saja yang buat." Lisa menerima uluran tangan Jaehyun lalu menghela nafasnya panjang.
"Benar, aku mempunyai kalian." Lisa berdiri lalu segera bergabung dengan teamnya yang sedang berlatih.
"Oke guys, kita latihan sisa koreonya. Aku sudah memikirkannya." ujar Lisa setelah semua perhatian anggotanya teralih padanya.
"Sunbaenim memang yang terbaik!"
Seru Ryujin sambil mengacungkan kedua jempolnya. Lisa memang dikenal dengan genius dancer, Lisa bisa menghafal sebuah tarian dari awal sampai akhir hanya dalam sekali lihat.
Bahkan Lisa bisa menciptakan koreografi kurang dari sepuluh menit dan hanya membayangkan gerakannya tanpa peragaan. Tidak heran jika Lisa mendapat julukkan itu.
*****
"Apa yang kau fikirkan?" Jisoo menghampiri Jennie yang sedang melamun lalu duduk di hadapannya.
"Hanya sebuah masalah kecil." Jennie terkekeh ringan.
"Sesuatu terjadi?" Tanya Jisoo tanpa menatap adik pertamanya.
Tangannya fokus pada ponsel yang sedari tadi tak lepas dari genggamannya. Entah apa yang Jisoo lihat dan mainkan dalam ponselnya.
"Ani. Aku hanya memikirkan Lisa dan Chaeyoung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.