Setelah menghabiskan waktu hampir empat bulan di rumah sakit mewah itu, akhirnya Lisa bisa kembali menginjakkan kaki jenjangnya di lantai mansion yang begitu ia rindukan dari beberapa bulan yang lalu. Dirinya tertahan di rumah sakit selama itu karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk di pulangkan.
Lisa menatap kagum pada mansion yang tak pernah berubah sedikitpun selama empat bulan belakangan. Walaupun tak ada sambutan hangat dari pihak keluarga, setidaknya Lisa memiliki dua orang tersayangnya yang selalu ada disisinya dan menganggam erat tangannya.
"Imo...halmeoni..." Lisa berkata pelan sembari menatap bergantian pada Jessica dan Hyeko yang dengan setia mengenggam tangannya sedari tadi.
"Hm? Wae? Ada yang sakit? Sudah imo bilang menetaplah dirumah sakit lebih lama!" Jessica menatap kesal pada Lisa yang memang memaksa untuk pulang dua minggu yang lalu, bahkan gadis itu mengancam akan kabur dari rumah sakit.
"Aniyo," Lisa menggeleng sambil tersenyum pada Jessica yang mendumal kesal.
"Lalu kenapa? Hm?" Hyeko mengelus punggung tangan Lisa lembut.
"Gomawo karena terus ada di sisi Lisa dan selalu menemani Lisa. Sampai-sampai kalian tidak membiarkan Lisa seorang diri sedetikpun lamanya" Lisa melepas kedua genggaman tangan Hyeko dan Jessica dari lengannya lalu ia mengenggam tangan Hyeko dan Jessica.
"Maaf jika merepotkan kalian selama ini" Lisa menunduk lesu. Rasa bersalahnya pada kedua wanita disisinya itu terlalu besar dan ia rasanya memiliki rasa hutang budi yang tak bisa dibayar oleh apapun.
"Tak ada yang merasa direpotkan, Lisa sudah imo anggap anak kandung sendiri, jadi jangan berpikir seperti itu. Apapun yang membuat Lisa senang, akan imo lakukan" Jessica merengkuh tubuh kurus Lisa kedalam dekapannya. Mengecup singkat pucuk kepala keponakannya itu.
"Kajja, kita ke kamarmu dan istirahat. Anak nakal ini harus dijaga ketat agar tidak kabur" Lisa tertawa mendengar sindiran Hyeko. Lalu dengan langkah tertatih, gadis berponi itu memasuki lift dan naik ke lantai dua dimana kamarnya berada.
"Bisa? Perhatikan langkahmu" dengan hati-hati Jessica menuntun Lisa untuk berjalan ke kamarnya. Tak mau 'anaknya' itu terluka lagi.
"Huh....sangat melelahkan" Lisa berhenti sejenak sebelum tiba di kamarnya. Ia kesal dengan dirinya sendiri karena tidak bisa berjalan dengan normal.
"Tak apa, pelan-pelan saja. Masa kalah sama halmeoni" Lisa kembali tertawa oleh guyonan Hyeko. Tak sadar jika ada sepasang mata yang menatap mereka iri.
"Chaeyoung-ah?" Lisa menoleh saat Jessica bersuara. Mengikuti tatapan mata Jessica dan Lisa cukup terkejut melihat Rosé yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Unnie..." Lisa bergumam pelan, matanya bahkan berkaca-kaca karena menahan rasa rindunya selama ini.
"K-kalian sudah kembali? Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Rosé memecah keheningan yang tadi terjadi selama beberapa detik.
"Anak nakal itu memaksa untuk pulang, padahal belum di perboleh kan. Dia bahkan baru sadar dua bulan dari masa kritisnya setelah operasi itu" Jessica masih saja kesal saat membayangkan hal itu. Dia juga sangat sedih saat mengingat bagaimana tidak ada harapannya bagi Lisa untuk bisa membuka matanya.
"Begitukah? Kalau begitu istirahatlah, kalian pasti lelah" ujar Rosé ragu. Ia benar-benar membenci situasi ini, ia merasa sangat bersalah tapi ia juga rindu pada adik bungsunya itu.
"Kau tidak mau menemani Lisa? Apa kau tidak merindukannya?" Tanya Hyeko yang membuat Rosé salah tingkah.
"A-aku harus ke kamar kecil, kebelet" Rosé melenggang pergi begitu saja, meninggalkan tatapan kecewa dari Lisa yang sebenarnya sudah sangat mengharapkan pelukan hangat dari Rosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.