Gadis berpipi mandu itu termenung di kursi kerjanya. Menatap kosong laptop yang masih setia menyala dari dua jam yang lalu. Tubuhnya memang ada di sana untuk bekerja, tapi pikirannya berselancar ke berbagai hal.
Sejak tiga jam yang lalu Jennie datang ke kantor setelah usai kelas kuliahnya, ia hanya bekerja selama satu jam pertama dan setelah itu ia berhenti karena merasa hasil kerjanya berantakan sebab ia tak fokus.
"Daepyonim,"
Jennie mengangkat kepalanya dan melihat ada Taehyung di sana. Dengan senyuman manisnya dan berkas yang ia pegang.
"Ah, mian. Ada apa Taehyung-ssi?" Jennie mengegakkan tubuhnya dan mengalihkan pandangannya pada laptop.
"Ada dokumen yang harus di tanda tangani" ujar Taehyung lalu menyerahkan map berwarna biru itu pada Jennie.
"Ini sudah waktu makan siang, anda tidak pergi?" Tanya Taehyung sopan sembari menunggu Jennie yang masing menandatangani dokumen yang ia serahkan tadi.
"Kau sendiri kenapa masih di sini dan tidak pergi makan siang?" Jennie menutup bolpoinnya dan menyerahkan dokumen itu kembali pada Taehyung.
"Saya menunggu anda, daepyonim" Jennie mengerutkan keningnya bingung.
"Saya? Kau tidak salah?"
"Saya dengar hari ini menu makanan di kantin enak. Jadi saya bernuat untuk mengajak anda makan siang bersama" Jennie pikir Taehyung sedang mabuk. Apa sekretarisnya itu kehilangan akal sehat?
"Taehyung-ssi, sepertinya kau salah pa--"
"Jam makan siang sebentar lagi habis, kajja kita ke bawah" tidak mendengar jawaban Jennie, Taehyung langsung keluar dari ruangan Jennie.
"Dia... gila" walau begitu, entah mengapa Jennie berdiri dan menyusul Taehyung menuju kantin.
"Daepyonim! Di sini!" teriak Taehyung sambil melambaikan tangannya. Semua orang tentu menjadikan pria itu sebagai pusat perhatian. Yook Jennie, seorang putri dari pemilik perusahaan makan di kantin bersama sekertarisnya.
Jennie berjalan ke arah Taehyung, lalu ia duduk di tempat yang sebelumnya sudah Taehyung siapkan untuk mereka. Mata kucingnya berbinar melihat nampan makanan yang penuh berisi makanan enak.
"Hari ini sajangnim sendiri yang meminta pada chef di sini untuk memasak makanan rumahan" beritahu Taehyung saat ia dan Jennie sudah duduk berhadapan.
"Apa hari ini ada berita baik?" Tanya Jennie yang mulai melahap makanannya. Dalam hati ia berdecak kagum dengan rasanya, hatinya menghangat karena ia sudah sangat lama tak menikmati makanan rumahan dan Jennie sungguh merindukannya.
"Tidak. Justru saham perusahaan sedang turun" hampir saja Jennie tersedak jika Taehyung tidak segera memberinya minuman.
"Berapa persen?"
"5%" jawab Taehyung. Jennie mendesis lalu menyenderkan punggungnya pada kepala kursi.
"Dan dia masih sempat-sempatnya memikirkan menu makan siang di kantin? Benar-benar gila" Jennie menggelengkan kepalanya. Hari ini ia terlalu banyak pikiran, sampai-sampai lupa mengecek aaham perusahaan yang biasanya ia lakukan setiap beberapa jam sekali.
"Ayo, dihabiskan makanannya. Sebentar lagi jam makan siang berakhir" Taehyung melahap sesendok besar nasi putih dengan sup. Tak sadar gadis berpipi mandu itu tersenyum tipis melihatnya, ia ikut mengambil sendok lalu mulai melahap makanannya sampai habis.
Hari itu terasa begitu gila bagi Jennie, dari tentang dirinya yang hampir gila karena memikirkan si bungsu, tentang ibunya, tentang Taehyung, dan terakhir tentang perasannya saat bersama Taehyung. Semuanya terasa asing, aneh, dan begitu gila menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.