36. Old Story

3.4K 465 14
                                    

"Unnie sibuk, nanti malam kita bicarakan lagi" Rosé berdesis kesal saat ia mengingat ucapan kakak sulungnya di telephone tadi. Padahal Rosè belum mengatakan apa yang ingin ia sampaikan, tapi kakaknya itu sudah memutuskan panggilan mereka.

"Tak ada jalan lain, aku hanya bisa berharap pada Jennie unnie yang sedang membujuk eomma dan appa" Rosé menghela napasnya gusar. Ia melihat jam tangan yang ia gunakan dan sudah terhitung satu jam semenjak kakaknya itu keluar dari ruangannya dan pergi ke ruangan Sooyoung.

Klek!

"Unnie? Bagaimana?" Rosé bangkit dari duduknya dan menatap penuh harap pada Jennie yang tengah berdiri dengan wajah yang memerah.

"Mian. Unnie gagal. Eomma bilang dia tidak punya waktu untuk itu. Dan dia bilang kita tak perlu mencari Lisa, Lisa bisa pulang dengan sendirinya" mengingat itu, Jennie semakin kesal dibuatnya. Kini ia melihat tangan Rosé yang terkepal. Ia meraih tangan Rosé dan mengelusnya lembut.

"Unnie sudah berusaha membujuk eomma, bahkan tadi kami sempat bertengkar. Tapi kau tahu sifat eomma, kan?"

"Bagaimana dengan appa? Kita bisa meminta tolong padanya" Jennie tersenyum lalu menggeleng.

"Akan lebih parah, Chaeyoung-ah~ mari nanti kita bicarakan dengan Jisoo unnie. Jika dia tak mau membantu juga, unnie akan berusaha untuk menemukan Lisa dengan usaha sendiri," Rosé hanya mengangguk. Suasana hatinya kacau sekarang. Saat Lisa ada dalam pandangannya, ia merasa harus mengabaikan Lisa, tapi jika Lisa tak ada dalam pandangannya, Rosé malah merindukannya.

"Sekarang, pulanglah. Kau pasti kelelahan karena seminggu ini beraktivitas. Unnie akan segera menyelesaikan pekerjaan dan tugas-tugas unnie agar bisa pulang malam ini" setelah memeluk dan mengecup pipi Jennie, Rosé melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Jennie. Ia turun ke lantai dasar dan berjalan ke mobilnya lalu ia pulang ke rumah tanpa informasi apapun tentang adiknya, Lisa.

*******

Lisa berdiri dengan posisi tangan mengenggam pembatas di balkon kamarnya. Seminggu ia meninggalkan Korea, masih cukup berat untuknya. Bayang-bayang orang-orang yang ia sayang terus saja mendatanginya, meninggalkan bekas yang kini menjadi rasa rindu.

"Aku akan bahagia... pasti." Semenjak pindah, Lisa sangat menyukai bintang. Setiap malam ia akan pergi ke balkon kamarnya dan menghabiskan malamnya dengan menatap bintang-bintang yang begitu indah dipandang.

Lisa terus saja tersenyum sebelum sebuah selimut membungkus tubuh kurusnya. Membuat ia menengok dan mendapati Hyeko di sana dengan segelas susu cokelat hangat yang masih mengempul karena asap.

"Susu cokelat hangat kesukaan cucu kesayangan halmeoni" Hyeko tersenyum sembari menyerahkan gelas itu pada Lisa. Mata Lisa berbinar, ia benar-benar menyukai susu, terutama susu cokelat.

Hyeko bahagia hanya dengan melihat Lisa tersenyum lebar. Ia menarik bangu di sebelah Lisa dan duduk di samping cucunya itu. Mebatal wajah Lisa dari samping yang tampak sangat cantik walaupun terlihat tirus.

"Sedang lihat apa, sayang?" Lisa menoleh pada Hyeko. Tersenyum lalu menunjuk ke arah langit.

"Bintang. Bukankah itu sangat cantik, halmeoni?"

"Eoh. Sangat cantik, sepertimu"

Lisa tersipu malu. Walaupun ia sudah sering mendengarnya dari banyak orang, namun rasanya berbeda saat yang berbicara adalah orang yang di sayangi.

"Halmeoni,"

"Hm?"

"Boleh Lisa ikut ke perusahaan milik halmeoni besok?" Tabya Lisa. Hyeko mengeryitkan keningnya bingung.

"Untuk apa?" Tanyanya.

"Hanya ingin. Sekaligus ingin mempelajari banyak hal di sana" Hyeko yang masih bingung akhirnya mengangguk. Tak ada salahnya ia menunjukkannya pada Lisa, karena gadis itu memiliki tingkat penasaran yang tinggi sedari dulu.

"Kapan kau mulai masuk kuliah, nak?" Tangan Hyeko terangkat untuk mengelus surai kecokelatan Lisa.

"Sekitar dua minggu lagi. Karena Lisa mendaftar cukup telat, jadi tak ada waktu libur lebih lama" Hyeko mengangguk saja. Ia bangga pada Lisa.

"Kau... hebat, nak. Kau tahu, jika kampus itu hanya bisa dimasuki oleh orang-orang pintar saja" Lisa tertawa mendengarnya.

"Kepintaranku menurun dari halmeoni, kan?" Mereka tertawa bersama akhirnya.

"Ingin halmeoni ceritakan tentang eommamu?" Lisa mengangguk antusias. Ia mendekatkan tubuhnya pada Hyeko dan bersandar pada pundak wanita tua itu.

"Dulu, eommamu itu adalah anak yang sangat pintar. Dia mirip seperti ayahnya. Sooyoung sangat suka bekerja dulu, karena dia terlahir dari keluarga yang tak kaya. Halmeoni dulu tak punya uang, Jessica dan Sooyoung sama-sama bekerja keras untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Mereka sama-sama ingin membahagiakan orangtua mereka, tapi semuanya terasa sia-sia saat haraboji akhirnya meninggal belasan tahun yang lalu. Semua terpukul, termasuk kamu" Hyeko tersenyum pilu mengingat masa-sama suram di mana ia harus kehilangan suaminya yang saat itu harus mengalami sakit keras dan akhirnya meninggal karena tidak ada biaya untuk berobat.

"Tapi karena hidup harus tetap berjalan, mereka dan halmeoni pun tetap berjuang untuk bertahan dan sampailah kami di titik ini. Halmeoni pikir eommamu akan merasa cukup dengan apa yang ia gapai, tapi ternyata tidak. Ia menjadi penggila kerja, ia tak mau lepas atau berhenti bekerja dan jadilah dia sebagai workaholic. Eommamu melepas masa lajangnya saat ia memutuskan untuk menikah dengan ayahmu, saat itu ayahmu tidak ada pakerjaan. Dia seorang pengangguran, tapi Sooyoung kekeuh ingin menikahi Sungjae dan jadilah mereka menikah di usia muda" lanjut Hyeko. Lisa dengan saksama mendengarkannya, ini adalah sebuah cerita yang tidak akan pernah ia dengar lagi dari orang lain.

"Satu tahun menikah Sooyoung akhirnya memiliki Jisoo, dan tahun berikutnya Jennie dan seterusnya. Sooyoung membantu Sungjae untuk mendirikan sebuah perusahaan, dan perusahaan itu berkembang begitu pesat hingga kini. Mereka adalah pasangan penggila kerja, sampai- sampai mereka lupa tanggung jawab mereka sebagai seorang orangtua dari empat gadis cantik"

"Bukankah mereka orangtua yang hebat, halmeoni?" Hyeko tertegun mendengarnya. Tapi tak lama kemudian ia mengangguk.

"Mereka hebat, dalam urusan pekerjaan. Tapi mereka sangat payah dalam mengurus keluarga sendiri" Lisa tertawa mendengarnya. Menurutnya, bagaimanapun Sungjae atau Sooyoung, mereka tetap adalah orangtua yang hebat untuk Lisa.

"Lisa menyayangi kalian semua," setelah mengetakan itu, Lisa menutup kedua matanya.

Tertidur.

___________

Haii, apa kabar?😆

Rameiin dolo yukk

Dikit, maap ya🤣

Next? Soon💕

Can I Say "If" [ E N D ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang