Wanita tua yang berumur lebih dari setengah abad itu tampak berjalan anggun melewati beberapa orang yang menyapanya hormat. Di umurnya yang sudah tua, tak menghilangkan karisma dan ke anggunan seorang Song Hyeko. Wanita asal Korea Selatan yang mempunya dua putri cantik.
"Apa Park Sooyoung ada di ruangannya?" Tanya Hyeko pada seorang resepsionis yang berjaga di luar ruangan Sooyoung.
"Sajangnim sedang ada rapat dengan klien luar negeri sekitar satu jam yang lalu, sepertinya sebentar lagi sudah selesai, nyonya Song" jawab resepsionis itu sopan. Ia tahu siapa yang sedang berhadapan dengannya, nyonya besar serta ibu kandung dari boss tempat dia bekerja.
"Apa ruangannya kosong sekarang?"
"Iya nyonya, tapi jika mau, nyinya boleh menunggu Park sajangnim di ruangannya. Sajangnim pasti akan langsung kembali ke ruangannya setelah selesai dengan rapatnya" Hyeko mengangguk paham. Ia tak lupa berterimakasih terlebih dahulu sebelum masuk kedalam ruangan Sooyoung.
Hyeko membuka pintu cokelat besar lalu menutupnya kembali. Matanya bergeliat lincah menatap sekeliling isi ruangan Sooyoung yang tampak sangat rapih dan mewah. Dengan langkah pelan ia mulai melihat sertifikat-sertifikat penghargaan yang berjajar di ruangan itu, menandakan betapa hebat anaknya itu dalam mengelola perusahaannya sendiri.
"Akan lebih baik jika ada satu foto keluarganya yang terpajang di ruangan besar ini" guman Hyeko masih memperhatikan ruangan Sooyoung. Tak banyak foto yang terpajang di sana, hanya ada foto Sooyoung saat menerima pengharga- an dan juga foto Sooyoung saat sedang berlibur ke luar negeri seorang diri.
"Dia terlihat seperti anak muda yang belum menikah" Hyeko tertawa kecil sembari mengelus foto Sooyoung yang sedang tersenyum lebar menikmati pemandangan indah saat dirinya sedang berlibur ke California bersama teman-temannya.
Pintu coklat besar itu terbuka, menampilkan Sooyoung yang baru saja menyelesaikan rapatnya bersama beberapa klien. Dia sedikit terkejut melihat ada orang lain di ruangannya.
"Eomma?!" Hyeko tak menoleh. Matanya masih fokus menatap wajah sang anak yang sedang tersenyum lebar di foto itu.
"Wae geurae? Ada yang ingin eomma bicarakan?" Sooyoung menatap bingung pada ibunya itu. Ia menyiapkan teh hijau kesukaannya lalu meletakkannya ke meja.
"Kau punya empat putri, Sooyoung-ah. Kau punya tanggung jawab atas mereka, apa kau lupa?" Sooyoung kembali menatap ibunya. Ia tak hilang ingatan dan melupakan fakta bahwa ia sudah menikah dan mempunyai anak.
"Maksud eomma?" Sooyoung berjalan mendekat pada Hyeko dan ikut melihat apa yang sedang Hyeko lihat dari tadi.
"Ah igeo, ini saat aku liburan ke California bersama teman-temanku, bukankah pemandangannya bagus, eomma?" Sooyoung tersenyum sembari menunjuk pemandangan yang ikut terpotret di dalam foto itu.
"Kapan foto ini di ambil?"
"Sekitar satu tahun yang lalu, waeyo?" Hyeko tersenyum lalu menggeleng pelan.
"Bukankah seharusnya kau mengajak keluargamu ke sana? Daripada menikmati waktu sendiri bersama teman-temanmu, bukankah lebih baik bersama suami dan anak- anakmu?" Hyeko meletakkan foto itu ke tempat semula lalu menatap Sooyoung sebentar dan setelah itu duduk di sofa ruangan Sooyoung.
"Saat itu Sungjae sibuk dan anak-anak juga sibuk dengan urusan sekolah dan kuliah mereka" jawab Sooyoung lalu ikut duduk di hadapan Hyeko.
"Anak-anakmu tak pernah sibuk. Hanya saja kau tak pernah mencoba mengajak mereka dan akhirnya kau tidak tahu jika mereka sangat ingin berlibur dengan keluarganya sendiri" Sooyoung bungkam. Ia tak tahu harus apa, melihat Hyeko berbicara santai padanya lebih menakutkan dari pada wanita itu memarahinya dengan terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say "If" [ E N D ] ✔
Teen FictionKata 'jika' atau 'seandainya' pun takkan mampu mengembalikkan sesuatu yang sudah hilang atau pergi.