Chapter 6

17 11 0
                                    

Tak terasa waktupun berlalu, udara sejuk di pedesaan yang mulai terasa dengan diiringi sinar mentari pagi yang memberikan salam kehangatan kepada dunia dan seisinya, Dimas dan Rendi yang terduduk dikursi halaman depan rumah,memulai pagi hari ini dengan ditemani secangkir kopi.

"Ren, tinggal beberapa hari lagi kamu berangkat dan meninggalkan desa ini untuk sementara waktu"
"Hmmm, iyaa Ka, aku pasti rindu suasana pedesaan yang indah dan asri ini, terutama aku pasti rindu sama Kaka," jawab Rendi dengan memandang kearah Kakanya yang memberikan sedikit senyuman yang terlihat belum sanggup untuk meninggalkan desa dan Kakanya ini.
"Pasti itu Ren, Kaka juga pasti rindu akan kehadiran kamu dirumah ini, tapi suatu saat nanti, kita harus pastikan dan mewujudkannya!"
"Pastikan dan wujudkan apa Ka"
"Yaaa, suatu saat nanti, kita harus bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita dan pastikan itu saat kita berkumpul lagi dirumah ini"
"Hehehe...Iyaa Ka, tentu saja itu harus terjadi"
"Iyaa Ren, semoga saja semua harapan kita dapat tercapai, dan Ayah sama Ibu bangga melihat putra putranya menjadi orang yang sukses"
"Iyaaa Ka mudah mudahan tercapai, Aamiin...."
"Oiyaa Ren, sebelum kamu berangkat mungkin akan lebih baik kita berdua berziarah dulu ke makam Ayah dan Ibu, gimana?"
"Ide bagus itu Ka, tapi...kapan Ka?"
"Hmmmm, mumpung sekarang masih pagi, ya sekarang saja kita berziarah kesana, gimana?"
"Oke Ka ayooo."

Dimas dan Rendi menyiapkan hal-hal yang mesti dibawa untuk berziarah kemakam Ayah dan Ibunya, setelah semua perlengkapan untuk berziarah sudah siap, merekapun segera pergi menuju makam yang berjarak 2 km dari rumahnya, dengan menggunakan sebuah sepeda ontel yang akan membawa mereka sampai kesana.

"Ren ayoo, Kaka yang bawa sepedahnya, kamu naik dibelakang saja ya di bonceng sama Kaka"
"Oiya Ka, siap"

Dimaspun mulai mengayuh sepedanya ditemani Rendi yang dibonceng dibelakangnya, tak terasa jarak 2 km yang telah usai ditempuh, merekapun telah sampai di tempat pemakaman Ayah dan Ibunya.
Mereka berduapun segera menuju kemakam Ayah dan Ibunya yang saling berdempetan, sesampainya disana, terlihat nampak kedua makam itu dengan sedikit rumput rumput yang mengganggu.

"Ka, itu makam Ayah dan Ibu.."
"Iya Ren, makamnya banyak rerumputan"
"Hmmm iya Ka, Rendi merasa bersalah sekali dengan hal ini Ka"
"Iya Ren Kaka juga, daripada kita hanya menyesali kesalahan ini, mending kita bersihkan dulu rerumputan yang ada disekitar makam Ayah sama Ibu."
"Iyaaa Ka."

Mereka berduapun membersihkan makam Ayah dan Ibunda tercintanya, setelah selesai membersihkan, Dimas dan Rendipun menaburkan karangan bunga dan melantunkan seuntai do'a yang ada didalam ayat-ayat suci Alquran, Untuk  dipersembahkan kepada Ayah dan Ibunya yang sudah tenang dialam sana.

Tetesan air mata yang mengalir membasahi pipi mereka, Dimas dan Rendi yang tak mampu menahan air matanya menetes jatuh kebumi, kesedihan yang begitu sangat mendalam, Rindu akan kehadiran Ayah dan Ibunda tercintanya semakin terasa dan larut kedalam jiwanya, seandainya mungkin waktu bisa diputar kembali, saat ini satu pintanya, dimana ketika saat keluarganya masih lengkap, merasakan keindahan serta kehangatan kasih dan sayang yang selalu diberikan oleh Ayah dan Ibundanya.

Matahari yang mulai terik sudah terasa, pagi yang telah berganti menjadi siang, ziarah Dimas dan Rendipun telah selesai dan merekapun segera beranjak pergi dari makam Ayah dan Ibunya untuk segera pulang kerumah.

Dua bersaudara Dimas dan Rendi yang sudah mulai merasakan kerasnya dunia tanpa dampingan sosok kedua orang tua, hanya seuntai kata nasehat dari Ayah dan Ibundanya yang selalu menemani dan membimbingnya.
Diperjalan pulang Dimas dan Rendi terhenti sejenak tepat dijarak 100 meter dari rumahnya, dilihatnya bangunan rumah mereka yang sudah mulai terlihat sedikit banyak luka retakan didinding, bangunan yang dulunya tegak lurus berdiri, kini sudah terlihat sedikit condong kesebelah kiri, terlintas didalam benak mereka ingin segera memperbaiki keadaan bangunan rumahnya itu.

"Ka, coba lihat rumah kita itu"
"Hmmm, iya Ren, bangunan yang kokoh kini mulai sedikit banyak goresan dan rekatakan yang mulai terlihat didindingnya, terus bangunan rumah kita itu sudah mulai tidak tegak berdiri lagi"
"Iya Ka, kapan kita bisa meperbaikinya ya, supaya suatu saat nanti kita bisa menikmati ketentraman dirumah kita sendiri Ka"
"InsyaAllah Ren, mudah mudahan secepatnya deh hehee, sekarang kamu fokus saja sama kepentingan yang sudah ada didepan mata, besok kan jadwal keberangkatan kamu untuk melanjutkan sekolah diluar Negri.
"Hmmm, iyaaa Ka, baik.."
"Naah gitu dong, fokoknya suatu saat nanti rumah ini akan indah dan bagus kembali.
"Sama siapa Ka?"
"Sudah, jangan dipikirkan, fokoknya sekarang ayo kita masuk kedalam rumah, Kaka sudah gerah dan ingin istirahat tidur siang"
"Oke deh Ka kalau begitu, ayoo"
Mereka berduapun melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumah dan langsung masuk kekamar untuk merebahkan tubuhnya.
"Huh, cape juga ya Ka"
"Iya Ren, Kaka ngantuk, pengen tidur dulu"
"Iya Ka.."

Tepat jam 14.00, Dimaspun tertidur pulas. Tetapi berbeda dengan Rendi yang masih membuka matanya, ia yang melihat keatas langit-langit rumahnya, diiringi dengan lamunan-lamunan yang mengingatkan dirinya kembali kepada masa dimana pada saat Ayah dan Ibunya masih ada bersamanya.

"Dimas, Rendi ayoo sini ke depan," kata Ibunya
"Iya Ibu sebentar," jawab Rendi
"Iya Ibu tungguin ya, ini masakan makan siang sudah Ibu siapkan," seru Ibunya dengan nada yang sangat lembut
"Iya Bu, Rendi sekarang kesana,
wah Bu ini enak sekali kayanya hehe..."
"Hehehe, iya ini Ibu masak buat hidangan makan siang kalian," kata Ibunya dengan penuh kelembutan dan senyuman yang tergambar dibibir nan indah.

Rendi semakin terlarut hanyut kedalam lamunannya yang membuat ingatan ingatan saat saat masih bersama kembali tertuang didalam ingatannya.

"Iyaa Bu, Ibu hebat, oiya Ayah sama Ka Dimas mana Bu, ko ga ada," tanya Rendi.
"Oooh, Ayah lagi Sembahyang dulu, bentar lagi kesini, Dimas tidur kayanya, coba bangunkan Ren"
"Oiyaa Bu, aku segera bangunkan Kaka"
"Iyaa," jawab sang Ibu dengan senyuman manis dan penuh kelembutan.
"Ka, Kaka, bangun, kata Ibu ayo kita makan siang bersama, Ibu sudah menunggu di depan...."
"Euumhhh, iyaa Ren Kaka kesana sekarang"
"Iyaaa Ka, ayoo"
"Anak-anak ayo sini, kita makan siang bersama, hidangannya sudah siap dimakan," seru Ibu
"Baiiik Bu," jawab Dimas dan Rendi.
Semakin terlarut Rendi dalam ingatan- ingatan yang membuat dirinya teringat pada masa penghuni rumah ini masih lengkap.
"Wah bu ini pasti enaaak..." kata Dimas dan Rendi
"Heheee, iyaaa," jawab Ibu
"Dimas, Rendi ayoo makan "kata Ayahnya.
"Iyaaa Ayah, kalau urusan makan kita berdua selalu prioritaskan hehe"

Tak terasa waktupun berlalu, Rendi yang segera beranjak dan membangunkan kakanya yang sudah terlelap tidur selama 2 jam.

"Ka, Ka bangun sudah sore, kita Sembahyang dulu yu Ka"
"Euuuhmmm, oiyaaa Ren," Jawab Dimas yang masih menandakan rasa ngantuk terlihat dari raut muka dan matanya.
"Iyaaa Ka, nanti ngga keburu loh, ini sudah jam 4 lebih"
"Iyaaa Ren"

Mereka berduapun pergi beranjak dari kamarnya dan bersiap-siap untuk melakukan Sembahyang berjamaah, seperti biasa yang mana telah ditanamkan kedisiplinannya semenjak Dimas berusia 15 tahun dan Rendi berusia 13 tahun.

Ayah dan Ibunya mendidik mereka dengan baik, tulus dan penuh dengan ketegesan serta kasih sayang yang sangat luar biasa, sehingga semua yang dikerjakan dan dibiasakan Dimas dan Rendi sampai saat ini tertanam dengan kokoh didalam hatinya.

                        **********

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang